Bagian Tiga - End of The Dawn

73 13 27
                                    

Langit masih gelap, udara dingin dan aroma petrikor seolah siap menyambut pagi buta. Batas hutan selatan hampir terlihat, Hansel sempat bertatap mata dengan Gretel dan Robin, mengisyaratkan apakah mereka siap melangkah lebih jauh, dan dibalas anggukan oleh mereka.

Langkah mereka sempat terhenti sebelum akhirnya mengambil satu langkah melewati pohon tumbang melintang yang terlihat begitu rapuh dimakan usia. Batas hutan selatan telah mereka lewati. Ketiganya menghela napas lega.

"Lalu apa?" Hansel mengangkat suara. Ia dan Gretel serentak menoleh menatap Robin. Sedang pemuda itu membalas tatap seolah mengisyaratkan, "Apa?"

"Kau tahu jalannya, bukan?" tanya Gretel pada Robin.

"Baiklah, lewat sini."

Sambil melangkah lebih jauh, Robin banyak bercerita tentang hutan selatan-Hansel menganggap Robin seperti buku sumber pengetahuan berjalan. Hutan tersebut dijadikan tempat bersarangnya banyak makhluk supranatural. Lalu menceritakan tentang para leluhur Woodclave yang sempat membuat kesepakatan untuk memberikan para makhluk supranatural tempat tinggal bagi mereka, membuat batasan-batasan dengan manusia lain agar dapat hidup berdampingan. Namun para makhluk supranatural melanggar kesepakatan, mereka mulai memburu manusia sebagai makanan bahkan tumbal untuk memperkuat sihir hitam mereka, hingga membuat kerusakan di banyak tempat, menjadikan warga Woodclave begitu geram dan membatasi wilayah . Dari itu pula banyak peristiwa tragis terjadi di Woodclave dan membuat kota kecil tersebut terkadang dinamai dengan kota terkutuk.

Jauh dari tempat ketiga pemuda Woodclave itu, wanita dengan paras elok tengah mencolek saus merah kental dalam mangkuk kayu dihadapannya. Seorang wanita lain memasuki pondoknya dengan seringai lebar.

"Mereka hampir datang, Odhel!"

Odhel tersenyum miring. "Siapkan sambutan untuk mereka, Rebel, kita harus menyambut tamu dengan baik."

"Grrrr ...."

"Oh! Kupikir kawan baru kita juga setuju," Odhel beranjak dari kursinya, menuju pada sesosok manusia serigala yang dililit rantai-rantai kuat di sekitar tubuhnya. "kau pasti juga setuju jika bocah-bocah ingusan itu segera datang, bukan, Tuan Grissham."

***

Saat jalanan mulai terlihat jelas oleh matahari, Hansel, Gretel, dan Robin berhenti di bawah pohon besar rindang untuk mengisi perut dan tenaga. Beruntung Gretel sempat menyiapkan bekal makan bagi mereka. Setelah mengisi perutnya dengan sepotong roti lapis, Hansel mengisi botol miliknya di sungai dekat tempat mereka beristirahat. Air terlihat begitu jernih. Samar-samar ia mendengar Gretel tertawa akan lelucon yang Robin berikan, ia mengulas senyum. Lama sekali tidak melihat saudarinya tertawa lepas seperti itu.

Dalam pantulan air sungai, Hansel menangkap bayangan gagak melintas.

"GAAAHHHH!"

Gretel dan Robin telah berhenti bergurau. Satu per satu kawanan gagak hinggap di pepohonan dan bebatuan sekitar mereka. Hansel dengan hati-hati berjalan kembali, bergabung dengan Gretel dan Robin.

"Jangan membuat pergerakan terlalu kentara," Robin berbisik mengingatkan, ia mengambil tasnya dengan hati-hati, "dihitungan ketiga, kita lari. Satu ... dua ...."

"TIGA!" Hansel menyahut dengan lantang dan sigap menggandeng Gretel untuk berlari. Robin sempat bersumpah serapah sebelum akhirnya mengikuti kedua bersaudara itu berlari, menghindari kawanan gagak yang memekik dan mengejar mereka. Hansel dan Robin mengarahkan pistol panah, beberapa ekor gagak berhasil tumbang, meskipun terasa sulit sebab berlari sambil membidik target. Namun setelah berlari cukup jauh, kawanan gagak itu tidak lagi mengejar mereka.

Hansel and Gretel - Into The DawnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang