Bagian Dua

69 14 20
                                    

Seminggu setelah kematian Albert Grissham, rumah terasa begitu sunyi. Tidak ada lagi perseteruan setiap pagi antara Hansel dan Gretel, dengan Albert yang melerai mereka. Tidak ada lagi roti lapis spesial buatan pamannya. Kursi yang terletak di dekat rak buku mereka kosong; saat insomnia lelaki itu kambuh, ia akan duduk di sana dan membaca buku-buku yang entah Hansel tidak memahami isinya.

Saat masih belia, Gretel selalu meminta pada pria paruh baya itu untuk menceritakan dongeng-dongeng sebelum tidur, yang menurut Hansel dibuat terlalu berlebihan dan kurang realistis.

Meskipun begitu, Hansel dan Gretel tetap melakukan kegiatan sehari-hari mereka. Mereka akan pergi untuk berburu dan menukarkan hasil buruan di pasar. Pergi saat matahari belum menempati singgasananya, lalu kembali sebelum petang datang.

Hansel tengah memotong kayu-kayu bakar dengan kapaknya, menuangkan kekesalan dan amarahnya dengan mengerjakan pekerjaan kasar. Sedang Gretel tengah sibuk menyiangi kebun kecil di samping rumah, berpindah dari satu sisi ke sisi lain. Saat gadis itu hendak pergi, tanpa sengaja kakinya mengenai sesuatu yang tertanam dalam tanah. Gretel mengernyitkan kening, lalu memeriksa benda yang telah mengganggu langkah kakinya itu. Ia mengetuk permukaan tanah.

Tuk! Tuk!

Gretel melebarkan mata. Dengan segera, ia pergi untuk memberitahu Hansel.

"Hansel!" Pemuda itu tidak mendengar panggilan saudarinya, Gretel memanggilnya kembali, "Hansel!" Saudaranya benar-benar tidak mendengar panggilannya. Gadis itu berjalan mendekat dan memanggil kembali, "Hansel!" Barulah pemuda itu menghentikan ayunan kapaknya dan memusatkan perhatian ada Gretel.

"Ada apa?"

Tanpa mengatakan hal lain, Gretel menarik tangan Hansel untuk kembali ke kebun di samping rumah. Hansel memutar mata dan menuruti kemana saudarinya akan membawanya pergi.

"Ada sesuatu di sini. Dengar." Gretel berlutut dan mengetuk papan kayu itu lalu menatap Hansel seolah mengatakan, "Kau mendengarnya, 'kan?"

Hansel meminta Gretel untuk mengambil sedikit langkah menjauh dari tempatnya. Ia mencoba memastikan sendiri, menginjak dengan kaki dengan dua ketukan.

Buk! Buk!

"Aku akan ambil kapak untuk membukanya," ucap Gretel hendak melangkahkan kakinya, namun sebelum ia pergi dari sana, papan kayu itu patah sebab Hansel sempat melompat-lompat di atasnya dan ia ikut jatuh terjerembab.

Gretel mendengkus. Hansel bodoh, pikirnya.

"Bagus, kuharap kau tidak mematahkan kakimu, Hans!" Dirasa tidak ada jawaban, Gretel mulai khawatir. "Hansel?"

Gadis itu mendekati pintu ruang bawah tanah itu. "Hansel? Jawab aku, bodoh! Kau pingsan?"

"Uhuk! Uhuk! Uh, bweh! Aku, aku aman!"

Gretel menghela napas lega. Ia mengintip dari atas lubang, Hansel tengah berusaha berdiri, menepuk baju dan celana kainnya yang terkena debu lalu menengadah menatap Gretel.

"Turunlah, gunakan tangga ini." Pemuda itu sejenak memastikan bahwa tangga kayu dekat pintu masuk ruang bawah tanah itu aman. "Hati-hati, kayunya sedikit reyot, atau kau bisa melompat saja, aku akan menangkapmu."

Ucapan terakhir Hansel terdengar tidak meyakinkan, Gretel memilih turun menggunakan tangga. Kakinya memijak anak tangga satu per satu dengan hati-hati hingga ke dasar. Ia mengibaskan sebelah tangannya, debunya cukup pekat.

Hansel and Gretel - Into The DawnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang