° 5

3K 517 57
                                    

[Name] bersorak dengan riang gembira seraya mengeluarkan tiga kertas warna-warni  dan memberikannya pada Atsumu dan Suna. Keduanya menerima kertas yang merupakan jadwal belajar mereka dan membaca isinya.

"Aku memberi nuansa kuning oranye ke Atsumu dan biru ke Suna hehe," ujarnya seraya menyengir lalu mengangkat kertas jadwal miliknya. "Sedangkan aku warna merah muda!"

"Ini keren sekali, [Last Name]-chan!" puji Atsumu. "Hari ini kita mulai belajar bukan?"

[Name] mengangguk cepat dan menatap Suna, menuntut jawaban. Atsumu ikut berdiri bersisian dengan sang gadis, sama-sama menatap lelaki di hadapan. Suna masih membaca isi kertas tersebut merasa terintimidasi, membuatnya menggerakkan matanya dan melihat dua orang bodoh di depannya lalu mengernyit.

"Apa?"

"Hari ini kita mulai belajar 'kan?" tanya [Name] antusias.

"Memangnya kau tidak ada kegiatan klub?"

"Oh, klub Biologiku hanya dilaksanakan setiap sabtu pagi. Lagipula sekarang aku sudah kelas tiga jadi tidak begitu padat seperti dulu jadi aku cukup bebas~" Gadis itu menjelaskan seraya menaruh jarinya yang berbentuk huruf "L" di bawah dagu. "Gimana Suna? Kita bisa belajar 'kan hari ini?"

Suna menaruh kertasnya di atas meja dan duduk di bangku. "Ya," jawabnya singkat lalu memainkan ponselnya. [Name] dan Atsumu merasa senang membuat mereka saling beradu tos dengan kedua tangan. Tak sengaja kepalanya menoleh pada dua orang di sisinya lalu mengernyit. "Kenapa kalian bersemangat sekali?"

"Loh sebentar lagi kita akan masuk perguruan tinggi 'kan? Harus semangat dong!"

"Benar, aku akan bermain voli lagi saat kuliah!"

"Woah, keren!" [Name] memuji. "Kalau kau bermain di timnas beritahu aku ya."

"Tak masalah!"

Suna mendengkus, memutuskan untuk tidak mendengarkan pembicaraan mereka kembali. Ia sendiri belum tahu mau jadi apa setelah lulus SMA. Maniknya beralih pada kertas jadwal di atas meja, melihat setiap warna, goresan dan gambar yang dibuat sendiri oleh [Name].

Gadis itu hampir sama dengan Atsumu, sama-sama bodoh. Namun ia bisa sedikit melihat usahanya dalam belajar, misalnya membuat catatan. Duduk di sampingnya membuat Suna tahu isi catatan gadis itu tetapi ia hanya sedikit melihat dan tidak mau peduli, tentu saja.

🐥🐥🐥🐥

"Coba kalian buat kalimat dengan past tense." Suna mengarahkan sembari mengetuk pennya di atas meja. Mereka bertiga sekarang berada di sebuah kedai makanan untuk belajar bersama sambil makan juga. Jika kalian bertanya siapa yang memilih tempat ini jawabannya adalah [Name]. Gadis itu tahu tempat makan yang enak dan pas untuk dijadikan tempat belajar. Lumayan, setelah menguras otak mereka akan mengisinya dengan makanan.

"Past tense itu gimana?" Atsumu bertanya seraya menggaruk kepalanya yang tidak gatal, bingung karena tidak tahu bentuk tenses dalam bahasa Inggris.

[Name] juga ikutan bingung, tetapi tubuhnya langsung menegak seakan-akan mengingat sesuatu. "Oh, aku ada menyatatnya!" ucapnya dengan bersemangat. Ia pun membuka catatan yang diletakkan di atas meja, melompati setiap halaman yang ditempel pembatas warna-warni dan ditemukan materi mengenai "past tense".

Lelaki bermahkota pirang yang duduk di seberang [Name] berdecak kagum melihat isi catatan sang gadis. "Wah, kau hebat, [Last Name]-chan!" Ia pun memajukan tubuhnya. "Bagi dong, aku mau lihat."

[Name] mengangguk, membalikkan catatannya agar bisa dilihat oleh Atsumu. Suna yang duduk di samping gadis itu melirik sekilas, tampak kedua insan tersebut berdiskusi mengenai materi yang mereka bahas. Tanpa sadar ia berdeham cukup keras membuat kepala mereka terangkat dan menatap Suna secara bersamaan.

"Suna mau lihat juga?" tanya [Name]. "Kau sudah pintar 'kan?"

"Siapa bilang aku mau lihat catatan?" Suna bertanya, tapi agak nyolot. "Tenggorokkanku sakit, aku mau tambah air lagi," ujarnya seraya beranjak dan membawa gelas miliknya.

"Eh tapi gelasmu masih penuh loh." Atsumu menimbrung seraya menunjuk gelas yang dipegang Suna, membuat lelaki itu melihat ke gelas yang dipegangnya dan mendecih.

"Aku mau ganti."

[Name] dan Atsumu mengangguk serentak dan kembali pada aktivitas mereka. Entah kenapa melihat pemandangan ini membuat Suna kesal, ia pun menaruh gelas dengan kasar hingga menimbulkan bunyi membuat dua penghuni di mejanya tersentak.

"Kau kenapa sih? Mules?" tanya Atsumu, merasa kesal karena sikap Suna yang aneh. [Name] sendiri melihat lelaki yang dia sukai dalam diam.

Pihak yang ditanya merapikan jas miliknya dan berucap, "Aku mau ke toilet." Ia pun berjalan meninggalkan kedua orang itu dengan sejuta pertanyaan.

"Jangan-jangan Suna cemburu?" [Name] bertanya seraya mengetukkan pulpennya ke dagu, lalu menatap Atsumu dengan tatapan kesal.

"Hm? Kenapa?"

"Jangan dekat-dekat!" titahnya seraya memundurkan tubuh dan menempelkan punggungnya ke sandaran sofa, mengarahkan pulpen pada lelaki itu. "Nanti Suna cemburu tahu!"

"Salah siapa coba menyia-nyiakan cewek kayak kau?"

[Name] menopang kedua pipinya dan cemberut. "Jangan suka sama aku ya, kasihan nanti soalnya aku sukanya sama Suna."

"Aku udah ditolak aja, belum juga jalan."

"Pokoknya gak boleh nanti Atsumu sakit hati."

Atsumu menghentikkan tangannya yang menggerakkan pulpen di atas buku, menopang pipi dan menatap gadis di hadapan seraya mematri senyuman tipis. "Kalau nanti kau sukanya sama aku, aku gak tanggung loh ya."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
ᴛᴡɪᴛᴛᴇʀᴘᴀᴛᴇᴅ [✓] || ꜱᴜɴᴀ ʀɪɴᴛᴀʀᴏᴜ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang