[Name] dinyatakan sembuh, ia pun kembali ke sekolah dan belajar seperti biasa. Sejak Suna minta maaf dan menyatakan perasaannya beberapa hari kemudian, mereka dinyatakan resmi pacaran. Yah, baru masuk satu minggu tapi sepertinya seisi kelas sudah heboh--mengingat dulu [Name] sempat mengejar-ngejar Suna tapi selalu ditolak--bahkan sampai mengaku-ngaku jadi pacar. Sekarang mereka sudah resmi dan keduanya memutuskan untuk tidak terlalu membesarkannya, mengingat betapa buruknya [Name] dulu di mata orang-orang. Kalau sekarang, Suna sudah bersiap melawan siapapun yang menghina gadisnya.
"Pagi, Tsumu!" [Name] menyapa si pirang Miya ketika mereka bertemu di koridor. Atsumu tersenyum, mengangkat tangannya dan hendak melambai pada [Name] namun pergerakannya terhenti dan senyumnya pun pudar ketika melihat Suna di belakang sang gadis. "Hee? Kau masih marah sama Rin?"
"Hah? Apa?" Atsumu bertanya ketika mendengar nama depan Suna disebut oleh [Name]. "Rin?"
"Sebenarnya~ Suna Rintarou telah mengaku kalau dia suka padaku dan dia melamarku untuk jadi pacarnya!"
"Kau harus meralat kata-katamu. Aku menembakmu, bukan melamarmu." Suna menyela seraya mencubit pipi sang gadis, membuat [Name] mengaduh.
Atsumu tidak mengerti. Selama seminggu ia tak berbicara dengan Suna, ternyata lelaki itu sudah menjalin hubungan dengan [Name]? Berarti dari mereka berantem, Suna sudah menyadari perasaannya? Rasanya seperti ada sesuatu yang menusuk di benak, tapi bagaimanapun juga Atsumu harus ikhlas. Dia begini karena tidak mau hubungan Suna dan [Name] terombang-ambing tidak jelas bukan? Ia harus ikhlas dan turut berbahagia.
"Oh~ terus kau tidak ke Kobe, [Last Name]-chan?"
"Hah? Siapa yang mau ke Kobe?" [Name] bertanya dengan wajah kebingungan.
"Kobe? Siapa?" Suna ikut bertanya, membuat Atsumu ikut kebingungan.
"Waktu kau pingsan, ibumu bilang akan membawamu ke Kobe setelah kau sadar."
[Name] terdiam, tampak berpikir sejenak lalu ber-oh panjang dan mengangguk-angguk. "Ibu menawarkanku, tapi aku menolak. Mungkin aku akan ke Kobe kalau sudah lulus saja," jelasnya. "Ah, atau mungkin ke Tokyo? Setahuku ibu juga ada kerjaan disana."
"Syukurlah. Jadi kau akan menghabiskan tahun terakhirmu disini 'kan?"
"Tentu saja! Aku tidak mungkin meninggalkan kalian di tengah jalan!" [Name] berucap seraya merangkul Suna dan Atsumu, membuat keduanya saling beradu pandang dan terdiam. Menyadari hal tersebut pun membuat [Name] menarik lengan keduanya. "Baikan dong, kalian 'kan satu tim!"
"Memang, tapi aku tidak mau punya kapten seperti dia." Suna berucap seraya menunjuk Atsumu.
"Hah? Kalau gitu kau saja yang jadi kaptennya! Aku akan keluar dari klub voli."
"Keluar saja, aku bersyukur jika kau tidak ada lagi di hadapanku."
[Name] menggeleng pelan, menjauhkan tangannya dari kedua lelaki itu dan meninggalkan mereka yang beradu mulut. Kalau dia kelamaan disana, bisa-bisa dia jadi sasaran amukan keduanya.
🐥🐥🐥🐥
Sembari menunggu [Name] dari kantin, Suna memainkan ponselnya dan menyandarkan diri di dinding atap sekolah. Angin pada jam makan siang begitu hangat, tapi terpaannya tidak begitu kencang dan cukup menggelitik. Ketika mendengar pintu atap terbuka, kepalanya tak sengaja menoleh dan melihat figur lelaki pirang membuatnya kembali terpaku pada ponsel.
Atsumu mendengkus ketika melihat Suna duduk di sana dan bermain ponselnya. Tangannya membawa dua kaleng minuman bersoda, membuatnya menyapa lelaki tersebut. "Oi," sapanya, tapi tak direspon sang lelaki membuat perempatan muncul di dahinya. Ia duduk di sisi Suna, meletakkan sekaleng soda tersebut di hadapan rekannya, membuat Suna mengernyit.
Suna melihat si pirang yang membuka kalengnya, menyesap isinya dan menghela napas. Ia mengambil kaleng tersebut lalu mengembalikannya lagi pada Atsumu.
"[Name] bakalan marah kalau aku minum itu, aku kembalikan padamu."
"Marah gara-gara apa? Karena kau belum makan?" Atsumu bertanya, menarik tangan Suna dan meletakkan kaleng tersebut ke tangan lawan bicaranya. "Kau bisa meminumnya nanti 'kan? Asal jangan kau berikan pada [Last Name]-chan saja. Dia punya gastritis."
"Iya, aku tahu."
Keduanya terdiam, hanya Atsumu dan kaleng sodanya yang sedikit bersuara. Si pirang itu pun mendengkus, memutuskan untuk memulai pembicaraan duluan.
"Aku mau minta maaf karena telah melempari bola voli, meninjumu dan mengataimu bajingan."
"Ya, memang seharusnya kau minta maaf padaku 'kan?"
Atsumu mulai meremas kaleng sodanya yang telah kosong, membuat Suna menggeleng pelan dan tersenyum tipis. "Tapi, kalau kau tidak begitu mungkin aku tidak sadar akan perasaanku," ujarnya dan menoleh pada Atsumu. "Terima kasih."
Si pirang itu tersenyum bangga dan menepuk dadanya. "Hah! Aku ini berperan banyak dalam hubungan kalian tahu!"
Suna yang melihat kaptennya mulai kepedean itu pun mendengkus. "Aku menyesal sudah mengatakannya padamu."
Mereka saling beradu pandang, tak lama kemudian senyuman lebar terpatri di wajah keduanya dan mereka saling berjabat tangan--menandakan bahwa hubungan mereka telah membaik.
"Jaga [Last Name]-chan baik-baik."
"Tentu."
"Hee~ ada Tsumu juga! Untung aku bawa tiga nasi kepal." [Name] berujar ketika dirinya membuka pintu, melihat si pirang Miya duduk bersisian bersama Suna. Ia pun mengambil posisi dengan duduk di hadapan mereka dan meletakkan belanjaannya. Mereka bertiga menikmati makan siang bersama, diiringi canda tawa dan senda gurau yang tercipta. Tahun terakhir mereka di SMA Inarizaki mulai berwarna dan tak lagi monokrom seperti tahun sebelumnya. Mereka bersyukur dipertemukan karena selain cinta, pertemanan pun ikut dipertaruhkan. Untunglah mereka dapat menyelesaikannya sebagai proses pendewasaan diri. Baik Suna, Atsumu dan [Name], mereka benar-benar bersyukur karena ditakdirkan untuk bersama.
Bagi [Name], ia bersyukur karena Suna telah membalas perasaannya.
Suna sendiri memang menyesal tadinya karena telah bersikap kasar pada [Name]. Namun lambat laun sikap itu pun berubah menjadi lembut. Ia tidak mau menyakiti [Name] lagi.
Atsumu? Ia masih belum ikhlas sampai detik ini, tapi selama [Name] bahagia ia akan bahagia pula. Memang ia menyukai [Name], bukan sebagai teman, tapi sebagai seorang "perempuan". Namun perasaan itu harus disingkirkan segera dan memperkuat rasanya sebagai seorang teman baik.
<fin.>
KAMU SEDANG MEMBACA
ᴛᴡɪᴛᴛᴇʀᴘᴀᴛᴇᴅ [✓] || ꜱᴜɴᴀ ʀɪɴᴛᴀʀᴏᴜ
Fanfiction[Suna Rintarou x Reader; Slight! Miya Atsumu] Sequel: Lebih dari Egoku Tahun terakhir di SMA Inarizaki, ia tidak boleh bertindak ceroboh. Perlahan tapi pasti, ia akan membuat Suna suka padanya!