CHAPTER 22 - MOMENT OF TRUTH

2.7K 230 5
                                    


ETHAN


Kami kembali ke villa tepat pada pukul empat sore. Saat itu kami sudah lelah semua. Kami tidak hanya mampir untuk makan-makan sepuasnya, tapi kami juga mampir ke Jatim Park. Asal kalian tahu saja, kami bukannya MKKB (Masa Kecil Kurang Bahagia), tapi kami butuh penyegaran jasmani, terutama untukku, karena sudah mengalami hal-hal yang berat.

Aku lebih sering bersama Sierra serta kakaknya yang superprotektif, Sam, dan sahabat garis miring sepupuku yang suka membuntuti orang, Ernest, juga teman gotikku, Carlo, sementara Bri lebih memilih untuk pergi sendiri bersama Belle, berdua (sudah kuduga, anak itu pasti mengambil kesempatan untuk berduaan dengan sepupu Sierra).

Kami menjarah seluruh tempat, mencoba mainan-mainan yang bagi orang dewasa terlihat memalukan, dan mengambil gambar di setiap sudut tempat wisata seperti turis norak yang tidak pernah jalan-jalan. Dengan telinga tertutup dan muka badak, kami mengabaikan seluruh ucapan dari ibu-ibu di sekitar kami yang bertanya-tanya apakah kami memang berada di usia yang pas untuk bermain ayunan.

Dan setelah dikatain begitu, aku langsung memilih untuk duduk-duduk saja menunggu yang lain sambil makan es krim.

Kita manusia kudu punya rasa gengsi sedikit, gitu lo. Dan terlebih lagi, rasanya aku jahat sekali tega bersenang-senang sementara Javier berusaha mengeluarkan diri dari rumah itu. Walaupun begitu, aku juga bukan tipe pengangguran yang hanya menunggu kabar bahagia. Beberapa kali aku melakukan telepati dengan Javier, menanyakan kondisinya yang syukurnya baik-baik saja, sembari berusaha mengontak Pierre untuk mencari tahu data terbaru soal Melissa Nevery, cewek bawahan Jac dan Harrison yang diam-diam masih berada di dekat kami. Berhubung Pierre dan Jay sedang berlibur, anak itu jadi slow respond banget.

Setelah puas menghibur diri sendiri, aku mengajak mereka untuk pulang. Sebelumnya, Carlo dan Ernest bersikeras ingin tinggal sebentar untuk berfoto-foto (sumpah deh, baru kali ini aku melihat ada cowok yang demen banget selfie, nyaris ngalah-ngalahin Sierra yang sepertinya kalem-kalem saja). Tapi tentu saja, setelah membujuk Carlo dengan sebungkus es krim dan Ernest dengan foto cewek-cewek cantik, kami berhasil keluar dari tempat hiburan itu dan pulang.

Sesampainya di villa, kami langsung naik ke lantai atas untuk mandi dan sebagainya. Beberapa dari kami memilih untuk tidak mandi hari ini--tidak termasuk yang cewek-cewek, karena mereka jelas masuk ke kamar mandi begitu kami tiba di villa. Carlo dan Bri contohnya. Mereka memilih untuk tidak mandi dan langsung tiduran di ruang santai ( sepertinya aku harus meminta tolong Bi Sri untuk menyemprotkan pewangi ke sofa-sofaku). Sedangkan aku, well, aku jelas memilih untuk mandi, aku tahu aku harus membersihkan diri dari keringat yang hobi sekali menempel di badanku.

"Than, kamu lihat baju kaus merahku?" tanya Ernest saat aku keluar dari kamar mandi.

Aku memeriksa koper yang aku bawa, juga lemari kamarku, barangkali ada baju merah yang terselip. Karena hasilnya nihil, aku menggeleng.

"Memang kamu taruh di mana?"

"Aku sendiri juga lupa. Aku rasa sih di sekitar sana, tapi aku nggak yakin. Tadi aku baru aja ngeluarin," katanya sambil beranjak ke arah meja belajar.

Aku melanjutkan acara ganti pakaianku lalu segera keluar dari kamar. Sebelum keluar, aku mengintip apa yang dilakukan Ernest. Dia masih saja mencari baju kaus merahnya. Aku memperhatikan gerak-geriknya, barangkali ada yang janggal. Tapi tidak. Bahkan dia masih sempat menoleh padaku dan bertanya "Ngapain lihat-lihat?", lalu kembali sibuk mencari kausnya.

"Emang kausmu cuma satu warna itu aja? Pakai yang lain apa susahnya?" kataku lalu menutup pintu kamar.

Aku berkumpul bersama Bri dan Carlo yang sudah duduk di ruang santai. Aku tidak melihat batang hidung Sam, mungkin sedang melakukan sesuatu di dapur. Aku tidak yakin. Tapi yang jelas, Sierra masih tidak terlihat bersama Belle, jadi tentu kakaknya yang mengerikan itu tidak menginterogasi dia soal aku.

TFV Tetralogy [3] : Lego House (2014)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang