Silent

433 264 5
                                    

Publikasi: 09 Agustus 2021

Jari-jari itu terus saja Rai ketukan pada jendela kamarnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Jari-jari itu terus saja Rai ketukan pada jendela kamarnya.

Satu ketukan

Dua ketukan

Tiga ketukan

Sembilan ketukan

Rai Nalendra, laki-laki yang tidak dianggap oleh keluarganya, anak terakhir dari dua bersaudara. Brama Widarma, nama kakaknya. Berbeda marga dengan kakak nya, Rai tidak pernah sama sekali menanyakan hal tersebut kepada bunda maupun ayah nya.

Rumah untuk Rai bagaikan neraka dunia, ketidakadilan terpampang nyata. Rai pernah berpikir untuk apa dirinya dilahirkan jika hanya diberikan ketidakadilan seperti ini! Kenapa orang tua nya tidak membunuh diri nya saja ketika kecil? Agar Rai tidak tahu sakit nya ketika dibedakan.

Rai tidak pernah mendapatkan kasih sayang, tidak pernah melihat orang tua nya khawatir saat diri nya sakit, hanya bibi Wati yang menyayangi nya, Berbanding balik dengan kasih sayang yang orang tua nya berikan pada Brama, kakak nya. Hidup Rai seakan tidak diinginkan oleh bunda dan ayah nya.

"Apakah akan baik-baik saja?" tanya Jio pelan pada dirinya sendiri seraya menundukkan kepalanya. Dan tidak lagi mengetuk jendela kamarnya.

"Seperti nya tidak!" gumam nya lagi, Rai melihat pemandangan diluar jendela kamar yang sedikit membuat nya tersenyum.

Senyumannya seketika langung luntur saat mengingat sesuatu yang tidak menyenangkan hati. Ingin sekali rasanya Rai mendapatkan keadilan, ingin sekali rasanya menjadi Brama, dan ingin rasanya memeluk bunda walau hanya sedetik. Tapi mungkin itu tidak akan terjadi.

Rai ingin mengungkapkan perasaan nya kepada orang tua nya, bahwa ia juga butuh kasih sayang keduanya. Tapi tidak bisa, yang Rai bisa hanya diam, dan membiarkan semuanya terjadi walau melukai diri nya sendiri.

Rai membaringkan badannya di tempat tidur, tangannya ia lipat dan ditaruh di bawah kepala, mata nya melihat kearah atas. Membuang nafas lelah dan kasar, lalu menutup mata nya. Bersiap untuk istirahat karena ia butuh tenaga untuk menghadapi ketidakadilan. )(

SILENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang