Silent|02

326 243 4
                                    

Publikasi: 24 September 2021

Brama memasuki area sekolah dengan mobil sport hitam nya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Brama memasuki area sekolah dengan mobil sport hitam nya. Brama sangat terkenal di sekolah, bagaimana tidak. Brama adalah ketua OSIS SMA Darksinaraga, tidak memungkin kan orang-orang tidak mengenalnya. Bahkan SMA lain pun bisa saja mengenal Brama.

"Pagi kak," sapa seorang adik kelas.

Brama tersenyum membalas. Adik kelas itu sepertinya salah tingkah karena mendapatkan senyuman Brama.

Melihat wajah Brama membuatnya sangat muak, lelaki yang begitu banyak memiliki muka, bukan bermuka dua, mungkin hampir bermuka lima. Memang Rai akui, kepintaran otak Brama tidak di ragukan, tetapi sifat nya yang perlu di ragukan. Mungkin banyak sekali orang yang tidak mengetahui sifat asli Brama bagaimana, karena Brama hanya menampilkan muka polos dan berwibawa nya serta senyuman cerahnya kepada para siswa ataupun para guru, dan membuat mereka banyak mengangumi Brama.

Rai sedang berdiri di sebuah pohon mangga depan kelasnya, melihat Brama dari jauh.

"Woi ngelamun aja lo, ngeliatin apaan sih?" tanya Beni seraya duduk di bawah pohon, dan pandangan Beni terarah pada Brama yang ada di lapangan basket, yang sedang berbicara pada temannya, mungkin.

"Ngeliatin kak Brama lo?" Beni bertanya lagi dengan curiga, "Rai, gue tau kak Brama itu tipikal orang yang sempurna. Tapi lo ngga mungkin kan suka sama dia,"

Rai, Beni, Kevin dan Jio. Mereka kelas 11, berbeda dengan Brama yang sudah kelas 12, dan sebentar lagi akan lengser dari ketua OSIS nya. Rai sangat risih saat Beni, Kevin, dan Jio saat memanggil Brama, dengan "kak Brama"

Rai menatap tajam Beni yang ada di bawah kaki nya, Beni hanya menampilkan gigi nya.

"Bacot lo!"

"Sabar banget gue punya temen beginian, kebanyakan diem nya, kalo ngga diem pasti ngegas!"

"Kevin sama Jio mana?" tanya Rai mengganti topik pembicaraan.

"Tuh mereka di dalem kelas, lagi nyalin tugas. Kebiasaan!" jawab Beni seraya menunjuk kedua orang itu yang sedang menyalin tugas dengan fokus.

Rai berdiri, membersihkan celananya yang kotor akibat duduk di tanah pohon mangga. Setelah selesai Rai berjalan meninggalkan Beni yang kebingungan.

"Mau kemana lo?" tanya Beni.

Rai tidak menjawab, Rai hanya berjalan sembari diam. Saat di tengah jalan, Rai berpapasan dengan Brama yang tersenyum cerah kearahnya, senyuman yang palsu tentunya, sedangkan Rai hanya memasang muka datar dan cuek nya.

"Hai, beban keluarga," bisik Brama pada telinga Rai.

"Oh atau lo adalah beban negara? Kasian ya harus mempunyai warga negara kayak lo!" kata Brama dengan senyuman nya, Brama berkata dengan pelan. Mungkin takut jika terdengar guru atau siswa lain.

SILENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang