03-🥀Perdebatan

45 8 26
                                    


"Mmah, Pppah Mmisya pulang, bukain pintunya. Mmisya kedddinginan."

Misya sekarang sudah berada di depan rumahnya, tentunya dengan keadaan basah kuyup, karna ia menerobos hujan yang sangat deras.

"Buka sendiri, gak dikunci," ujar yang ada didalam.

Misya membuka pintunya dengan gemetar karna kedinginan.

Terlihat kakak laki lakinya sedang bermain handphone dengan anteng di sofa ruang tamu.

"Mmammah ssama pppapah manna kkkak?" nada Misya terdengar menggigil.

"Keluar, gak tau kemana," jawabnya tanpa mengalihkan pandangan dari handphone nya.

Kevin Putra Leas, Kakak laki laki dari Keymisya, mereka selisih 2 tahun. Entah mengapa kakak nya itu memiliki sifat yang sangat aneh menurutnya. Mengapa? Terkadang kakaknya itu perhatian namun juga tidak pedulian.

"Bbbbilangin ke mmamah bbelaannjaannya ggue ssimpen ddi daappur," katanya masih dengan nada menggigil.

Setelah menyimpan belanjaan di dapur, Niat Misya akan pergi ke kamarnya, namun pertanyaan dari kakaknya berhasil mengurungkannya.

"Kenapa hujan-hujanan?" tanyanya sambil bersedekap dada.

Astaga, apa kakak nya ini tidak tahu? Sebab ia pulang cepat? Padahal kakaknya ini jelas-jelas melihat secara langsung kejadian saat ia masih duduk di bangku SMP.

Ya, kejadian dimana saat ia pulang terlambat dan kedua orang tuanya mencaci makinya.

Misya yang membelakanginya lantas berbalik dan menatapnya.

Misya tersenyum getir menahan tangis, entah apa yang membuat dirinya ingin menangis, "Menurut kakak?"

Kakaknya Menatapnya tajam lantas mendelik, "Gue nanya sama lo, kenapa nanya balik hah?" katanya dengan intonasi yang lumayan tinggi.

"Gue lagi males debat kak, capek mau istirahat," katanya dengan suara serak akibat kedinginan.

Saat akan beranjak, kakak nya itu kembali berbicara dan mengurungkan niatnya yang akan pergi ke kamar "Gue Cuma nanya kenapa hujan-hujanan ribet amat." Katanya sambil beranjak dari sofa.

Namun Misya tak bergeming dari tempatnya. Ya, posisinya kali ini sedang membelakangi sang kakak.

"Kak, please..." nada Misya terdengar Parau.

"Kenapa hah?"

Misya mengepal kan tangannya menahan amarah,"Misya capek kak," katanya dengan nada bergetar, dan benar saja ia sedang menangis.

Misya membalikkan tubuhnya dan berjalan mendekati sang Kakak, "Kakak sayang Misya?" tanya nya dengan senyum kecil sambil menyeka air matanya menggunakan tangannya yang dingin.

Tak peduli dengan suhu tubuhnya yang sudah mulai naik akibat tidak berganti baju terlebih dahulu.

Yang ditanya tidak menjawab apapun, ia hanya menatap Misya dengan wajah datarnya sesekali tersenyum miring mendengar pertanyaan dari sang Adik.

Karna pertanyaan nya tidak dijawab oleh Kevin, Misya akhirnya berbicara kembali, kali ini intonasinya lebih tinggi dari sebelumnya.

"Jawab Kak!!" katanya berteriak.

Kakaknya kembali tersenyum miring, lantas menjawab "Gue harus lakuin apa biar lo percaya kalo gue sayang sama lo?"

Misya tertawa sangat singkat.

Kevin mengangkatkan sebelah alisnya, pertanda bahwa ia tidak mengerti.

"Iyakah kakak sayang Misya? Kalo iya, kenapa kakak gak bela aku waktu aku dicaci maki Mama Papa?" tanyanya masih dengan keadaan menangis.

LelahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang