Semester 2 (2)

10 3 0
                                    

Rasa pusing dan kantukku tidak menjadi halangan untuk tetap terbangun karena ingin buang air kecil.  Aku bangun langsung menuju kamar mandi, setelah membuang air kecil perutku mual dan ingin muntah. Aku langsung cepat kewastafel dan muntah yang hanya mengeluarkan air.

Setelah keluar kamar mandi, aku tertegun memperhatikan kamar yang telihat rapi dan maskulin. Tadinya aku pikir ini kamar Semi, namun aku ingat bahwa Semi tinggal bersama orang tuanya.  Suara ketukan pintu dari luar membuatku tersadar.

"Boleh gue masuk?"

"Iya." Jawabku, pakaianku sih masih utuh rapi namun tidak tau dengan wajahku.

Aku langsung menutup wajahku dengan rambut ketika melihat Senja berdiri dipintu.

Aku langsung menutup wajahku dengan rambut ketika melihat Senja berdiri dipintu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Lo gak papa?"

"Iya, ini kamar siapa?"

"Frem?"

"Kenapa aku disini?" Tanyaku bingung, jujur saja aku tidak ingat apa-apa. Ketika Semi membawaku ke bar, kami berdua bercerita sambil drunk. Kemudian aku tidak ingat apa-apa lagi.

"Lo mabuk parah, jadi gue bawa kesini." Jawab Senja. Aku ingin bertanya lagi, namunku tahan karena malu. Aku melihat jam diatas nakas yang menunjukan masih pukul 4 pagi.

"Aku mau pulang." Ucapku sambil mencari barangku diatas ranjang, dan  menemukan tas selempangku saja, dan tidak ada ponselku.

"Ponsel lo diluar." Ucap Senja yang mungkin paham aku sedang mencari apa. Kemudian aku mengekori senja keluar kamar, aku melihat Frem yang tertidur di sofa. Bagus Jingga, kamu merepotkan orang lain.

"Biar gue anter."

"Gue pesan ojol aja."

"Gak bahaya." Ucap Senja penuh tekanan membuatku tak berani membantah.

"Kenapa lo masih bangun?"

"Kebangun denger lo muntah." Rasa bersalahku pun langsung muncul.

"Tapi, Jingga..."

"Hah?" Aku langsung tegang mendengar Senja memanggil namaku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hah?" Aku langsung tegang mendengar Senja memanggil namaku.

"Lo aneh kalo ngomong lo-gue. Gak papa aku-kamu aja."

"Hhh.." Aku langsung bingung ingin menjawab apa.

Ketika Senja mengantarku, kami berdua hanya diam saja sepanjang perjalanan. Jujur saja aku sangat canggung sampai bingung ingin memulai obrolan. Aku langsung tenang ketika mobil Senja sudah terparkir di depan kosku.

"Makasih ya." Ketika aku ingin keluar dari mobil, Senja menahan tanganku.

"Jingga, kalau lo ada masalah. Lo bisa bisa cerita ke gue." Aku langsung tegang mendengar ucapan Senja.

"Aku ngomong apa pas mabuk?" Kepalaku rasanya tambah sakit keyika mencoba mengingat apa saja yang terjadi.

"Gak ngomong apa-apa." Aku langsung mehela napas lega.

"Tapi nangis parah. Gue sampai bingung mau nenangin lo gimana." Ah ini yang dinamakan ingin menghilang dari muka bumi. Aku langsung tertawa canggung, tidak jelas.

"Kalau gitu aku masuk ya, kamu hati-hati dijalan. Makasih." Dengan cepat aku bergegas meninggalkan mobil Senja dan masuk ke kosku. Aku mencuci wajahku kemudian berganti pakaian, mencoba menelpon Semi namun tidak diangkat. Siapa juga yang masih bangun jam segini setelah mabuk parah. Aku merutuk pikiranku, dan berakhir aku tertidur lagi hingga melupakan bahwa akuada kelas jam 7 pagi.

***

Cecil : Jingga, kenapa gak masuk?
Senu : hoi, lo berdua kemana?

Aku membaca pesan Cecil dan Senu melalui notif, melihat jam sudah mendekati pukul 10. Ingatanku tentang Senja membuat aku langsung mengghubungi Semi lagi dan kali ingin diangkat.

"Kenapa?"

"Semalem kenapa Senja yang jemput gue?"

"Dia nelpon, lo mabuk parah dan gue angkat. Udah gitu aja?"

"Gue ada ngomong aneh-aneh gak?"

"Gak ada."

"Serius?" Tanyaku tak percaya

"Dua rius. Tapi ya Senja itu baik banget, sabar gitu kayanya."

"Kenapa?"

"Dia nganterin gue pulang, terus nganterin lo dan.." Semi memotong ucapannya. "Dan apa?" Aku langsung penasaran.

"Pas lo muntah, dia nungguin lo tuh dipinggir jalan sampe selese. Ngurusin lo, sabar banget..." Setelah mendengar penjelasan Semi rasanya aku tidak punya wajah lagi untuk bertemu dengan Senja.

Rahasia SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang