Prolog

13.6K 1K 56
                                    


"There is always some madness in love. But there is also always some reason in madness."

-Friedrich Nietzsche-

Bagi Kinanti Neysha, tak ada yang lebih lucu daripada konsep cinta dan pernikahan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bagi Kinanti Neysha, tak ada yang lebih lucu daripada konsep cinta dan pernikahan. Bukan karena keluarganya tidak harmonis. Justru karena keluarganya sangat harmonis, Kinanti jadi tidak habis pikir bagaimana mungkin dua orang yang benar-benar berbeda kepribadian, bisa sepakat untuk menjalani kehidupan bersama dalam sebuah ikatan yang disebut pernikahan.

Kinanti mengembuskan napas bosan seraya memandangi pasangan pengantin yang tengah berdansa di tengah-tengah taman. Acara pernikahan meriah seperti ini sama sekali bukan favoritnya. Jika disuruh memilih, Kinanti lebih suka mendekam seharian di kamar sambil menonton film-film Hollywood ketimbang terjebak di acara pernikahan. Sekalipun itu adalah acara pernikahan kakaknya sendiri.

Lagi-lagi Kinanti harus menahan dengusannya, setiap kali memergoki Kirana ―kakaknya yang super romantis― tersenyum bodoh pada Sam. Seorang pria blasteran Indonesia-Inggris bermata biru gelap dan berambut coklat yang kini telah resmi menyandang status sebagai suaminya. Begitupun sebaliknya. Kedua mata biru gelap Sam hanya terfokus pada Kirana. Seolah kakaknya itu adalah pusat dunianya.

Satu di antara banyak hal tentang cinta yang tidak pernah bisa diterima pikiran logis Kinanti. Semua itu terlalu berlebihan dan mengada-ada. Bayangkan saja, beberapa bulan lalu mereka hanyalah dua orang asing yang kebetulan bertemu. Tapi hari ini mereka menikah! Bagaimana mungkin dua orang yang baru bertemu dan kenal selama beberapa bulan, mendadak yakin kalau mereka berdua berjodoh seumur hidup?

Kinanti berjalan menuju tenda putih prasmanan yang dipasang di salah satu sudut taman, lantas menyambar segelas jus mangga di atas meja dan menenggaknya sampai habis. Kedua matanya diam-diam mengawasi pasangan pengantin dari jauh, lalu mendengus pelan kala pandangannya jatuh pada sepasang tangan yang saling terjalin erat.

Apapun misterinya, Kinanti tidak tertarik untuk mencari tahu tentang hubungan yang bisa terjalin antara pria dan wanita. Usianya baru saja menginjak angka dua puluh. Kinanti masih akan memegang kuat prinsipnya untuk menjaga pikiran serta hatinya tetap terkendali dengan menghindari hal-hal yang tidak logis dan berlebihan seperti cinta.  Meskipun Kinanti sendiri belum tahu apa yang akan dilakukannya ketika virus merah jambu itu memutuskan untuk menjangkitinya.

Terlepas dari konsep cinta dan pernikahan yang tidak masuk akal, Kinanti menikmati keberadaannya di pulau Pelangi. Satu di antara banyak pulau yang tersebar di teluk Jakarta. Tepatnya di sebuah taman buatan yang terletak di bagian ujung pulau yang tersembunyi dan di kelilingi pemandangan laut biru. Tempat yang dipilih kakaknya untuk melangsungkan pernikahan.

Harus Kinanti akui, siapa pun yang membuat taman ini, imajinasinya benar-benar indah. Lihat saja bagaimana dia sengaja menempatkan beberapa pohon besar di beberapa titik strategis, sehingga bagian dari dahan-dahan pohon tersebut tampak menyatu dan membentuk sebuah lingkaran atap daun yang teduh. Tak ketinggalan, beberapa kursi santai dengan bantalan busa yang empuk dipasang tepat di bawahnya.

Diorama Cinta (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang