Prolog

983 96 18
                                    

Aku Adara, si pecinta tidur dan kerja. Dua hal yang menurutku penghilang penat paling ampuh. Mungkin kalian berpikir aku tidak waras bagaimana bisa kerja menjadi penghilang penat? Tapi memang begitu nyatanya.

Aku juga penyuka kegelapan tidak dengan keramaian dan kebisingan, entahlah menurutku gelap adalah kesunyian dan ketenangan.

Saat ini aku sedang bermalas-malasan diatas kasur ternyamanku menikmati hari libur sekolah.

"kruyuk kruyuk" bunyi perut tak dapat terelakkan, aku bangkit menuju dapur mencari makanan yang bisa ku makan.

"Yahh, gue makan apa dong" keluhku saat tak mendapati apapun di dapur

"Terpaksa keluar rumah," dumelku lagi. Padahal kesalahanku sendiri kenapa tidak stok makanan banyak dalam kulkas. Biasanya weekend gini kuhabiskan dalam kamar seharian makan, menonton, menulis atau bahkan tidur. Kalian jangan tanya "kenapa gak jalan sama pacar? Ga hangout sama temen-temen pergi ketempat tongkrongan atau bahkan shopping menghambur-hamburkan uang," Jan ngadi-ngadi lu, big no! Gak ada waktu! Yang pertama gue ga punya pacar kedua gue bukan horang khaya ketiga males, males males males pokoknya males mwehehe.

Hidup gue emang udah dilandasi kemageran yang haqiqi dan bersertifikat internasional. Makanya paling handal dan jago dalam bermalas-malasan. Gausah judge, gue tau kita dalam lingkaran yang sama. Gadis cantik pencinta rebahan penyuka drama yang gak berakhlaknya lagi ngeluh capek dan berakhir tidur pules.

Ga perlu dandan atau mandi dulu, ribet banget cuma mau beli makan depan gang aja. Setelah memakai helm, ku kendarai motor matic kesayanganku membelah gang. Hiilih romlah dah kek tol aee lu belah-belah. Drama banget, rumah sampai depan gang gajauh kok kalo jalan kaki cuma 5 menit apalagi naek motor wussh bablas angine. Dahlah capek lucu enggak garing iya, meskipun deket harus tetep pakai helm ya biar safety kek nama author, canda sayang.

"Mpok Jamil, nasi uduk 1 ya pake telor sama gorengan kerupuknya banyakin." Teriakku menyebutkan pesanan saat baru sampai depan warung. Padahal belum juga turun dari motor, kebiasaan tapi tak apa lagipula aku sudah cukup akrab dengannya.

"Siap neng Dara," balas Mpok Jamil

"Tumben keluar jam segini neng?" tanya Mpok Jamil lagi saat aku berdiri disampingnya mencomot gorengan tempe.

"Laper, dirumah gak ada yang bisa dimakan terpaksa keluar." balasku sambil mengunyah tempe.

Mpok Jamil mengangguk-angguk paham.

"Oh ya Mpok, Daffa mana?" tanyaku. Daffa adalah teman Adara ia merupakan adik sepupu Mpok Jamil.

"Auuk, dari pagi ntu anak kagak keliatan dakinya," jawab Mpok Jamil asal

Adara mengangguk "lagi ditilang malaikat kali Mpok," balasnya ikut nyeleneh. Yang dimaksud ditilang malaikat adalah masih khusyuk mengumpulkan pundi-pundi air liur. Memikirkannya saja membuat Adara bergidik jijik

Mpok Jamil hanya membalas gelengan "nih neng pesenannya," ia menyerahkah nasi uduk pesanan Dara

"Makasih Mpok, balik dulu ya," pamitnya seraya memberikan uang 10ribu pada Mpok Jamil.

"Iya neng, tiati yaa." teriak Mpok Jamil dari dalam

"Siap," matic itu melesat pergi menuju rumah.

Awalnya ia ingin ke pasar membeli stok bahan makanan. Tapi karena jiwa magernya sudah beranak cucu, pada akhirnya ia urungkan. Biarlah nasi uduk sudah cukup baginya mengganjal perut sampai sore.

🍂

Tbc!

Assalamualaikum, hallo aku comeback dengan cerita baru mwehehehe

Pecinta MLB harus banget baca cerita ini gak kalah seru kok😋
Please jangan nagih up MLB secepatnya pasti aku up❤

Yang udah baca jangan pelit vote dan coment yaa, ditunggu coment kalian sebanyak banyaknya

Sampai jumpa next capter😚

Salam sayang

Fegy Seftia🌹

21Sep'20

A D A R ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang