PERTEMUAN

24 3 0
                                    

Jam menunjukkan pukul 01.50 dini hari. Adara berjalan gontai menuju matic kesayangannya.

"Dar," panggil Aby

Adara menoleh ia mendapati Aby dengan tampang bodoh menampilkan senyum lima jari kearahnya.

Ia tak menjawab, berlalu memakai helm mengabaikan Aby. Entah mengapa hari ini ia benar-benar lelah dan tak bertenaga.

Aby mendengus sebal, ia mendekat pada Dara.

"Ngapa lo?" tanyanya

"Muka lo pucet anjirr, lo sakit?" panik Aby

"Berisik," sarkas Adara seketika membuat Aby bungkam.

"Gue balik," pamit Adara yang diangguki Aby

"Tiati lo, sampe rumah istirahat jangan telat makan." teriaknya saat motor Adara sudah jauh.

🍂

Pagi hari, Adara sudah siap dengan seragam putih abu-abunya. Tubuhnya sudah sedikit membaik. Pagi ini ia akan sarapan nasi goreng, jangan sampai ia sakit bisa-bisa merepotkan banyak orang.

Setelah sarapan ia bergegas sekolah menaiki matic kesayangannya.

Karena jalanan masih lenggang, mempermudah ia untuk cepat sampai disekolahan. Jam masih menunjukkan 06.15 sekolahan masih begitu sepi satpam penjaga pun baru datang.

"Eh, neng Dara udah berangkat," tanya mang Sukir

Dara mengangguk, "Dara kekelas dulu ya mang," pamitnya sopan.

"Sok atuh silahkan neng,"

Adara berjalan tenang dikoridor, ia memang selalu berangkat lebih awal untuk menghindari keramaian dan perhatian sekitar.

Ia menghempaskan bokongnya diatas kursi, meletakkan tasnya diatas meja lalu menelungkupkan wajahnya diantara kedua tangan.

Waktu sudah menunjukan pukul tujuh lewat 5 pagi. Keadaan sekolah sudah mulai ramai, sahabat-sahabat Adara pun sudah datang.

"Kebiasaan banget sih Dar," ucap Rhea memandang Adara yang sangat lelap dalam tidur. Meski keadaan sudah ramai dan berisik tidak membuat seorang Adara terganggu, ia masih asik bergerilya dalam mimpinya. Biasanya jika berisik seperti ini ia akan segera bangun dan menatap satu persatu dengan tajam yang sudah berani mengganggu tidur nyenyaknya.

Tapi entahlah, sahabatnya pun terheran olehnya mungkin Adara sedang sangat lelah pikir mereka.

"Biarin aja jangan dibangunin, mungkin dia semalem gak tidur," balas Luna.

"Iyee, gak berani juga gue mau bangunin singa," serobot Naya

Kringg..

Kringg..

Bel berbunyi, upacara akan segera dimulai

"Mohon seluruh siswa-siswi Pradana segera memasuki lapangan upacara karena upacara akan segera dimulai, bagi yang ketahuan membolos akan dikenakan hukuman terimakasih!" ucap suara berat khas milik pak Djalil. Si guru botak gigi tonggos dan sok garang itu. Padahal jika diamati lebih rinci, jika dibandingkan dengan drakula saja masih imutan drakula.

Naya mendengus sebal "mager banget njirr,"

"Bacot aja kamoh, yuklah keburu Pak Bonggos survei." Luna berdiri dan menarik paksa lengan Naya dan Rhea keluar kelas.

"Tunggu bego, noh si Nyonya mau dibiarin aja?" tanya Rhea menengok ke kursi pojok tempat Dara.

"Astagfirullah, lupa." cengir Luna dan Naya bersamaan

"Udah sono bangunin pelan-pelan Lun," perintah Rhea

Luna menatap tajam pelaku yang menyuruhnya seenak jidat itu, "giliran bagian bangunin dakjal pencabut nyawa aja gue," ia mendumel sendiri, tapi tak urung melangkah mendekati Adara yang masih tertidur pulas.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 03, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

A D A R ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang