Badan Kara rasanya sudah sangat segar. Setelah terbangun tadi Kara memutuskan untuk membersihkan badanya. Tak terasa ketika ia bangun tidur hari sudah menjelang malam.
Dikamar Kara tak menemukan keberadaan suaminya. Entah dimana suaminya itu berada Kara tak tahu. Daripada bosan dikamar Kara memutuskan untuk ke lantai bawah, dia akan memasak untuk makan malam.
Kara sampai di dapur mengambil bahan makanan dalam kulkas dan mulai berkutat untuk segera memasak.
Kara sebelum sampai di dapur tadi ia sempat bingung sesampainya di lantai bawah, dia tak tahu dimana keberadaan dapur. Lagipula kemarin malam Kara belum sempat untuk melihat seisi rumah suaminya. Suasana lantai bawah pun sepi seakan tak ada kehidupan lainya.
Ada asisten rumah tangga tapi mereka pulang sore setelah bekerja. Bekerja hanya membersihkan mansion saja.
Kara berjalan mengelilingi mansion dan menemukan letak dapurnya berakhirlah dia sekarang berada di dapur.
Kara tersentak kaget ketika ada lengan kokoh yang melingkari perutnya.
"Sayang. Kamu masak apa hm?" tanya Gilang mengecup pipi kanan Kara.
"Masak rica-rica ayam, tempe goreng, tahu goreng, sama capcay mas," jawab Kara agak sedikit canggung. Pasalnya Kara belum terlalu terbiasa berdekatan dengan suaminya.
"Dari bau harumnya pasti enak. Ga sabar aku pengin makan."
"Mas tunggu aja di meja makan bentar lagi matang."
"Ga aku disini aja." Gilang mempererat pelukanya pada perut Kara.
"Ih mas aku susah gerak ini. Lepas dulu dong pelukanya."
"Engga."
Kara hanya menghela napas pelan. Makanan yang di masak Kara pun sudah tersaji di meja makan.
Kara seperti istri umum layaknya mulai menyendokan nasi beserta lauk pauknya untuk sang suami.
Gilang menerimanya dengan senang hati. "Terimakasih sayang." Kara membalasnya dengan senyuman tulus
Mereka makan dalam hening tak bersuara hanya dentingan sendok dan garpu yang terdengar.
Selesai makan Gilang menuju ruang keluarga untuk menonton tv sedangkan Kara membereskan bekas makan malam mereka dan mencucinya.
Kara menyusul sang suami dan duduk di sebelah Gilang. Gilang mengalihkan fokusnya ke arah tv ke Kara.
"Sayang kamu geser ke ujung sofa dong," pinta Gilang.
Kara bergeser hingga mentok ke ujung sofa. Gilang segera merebahkan kepalanya di atas paha Kara. Menyusupkan wajahnya pada perut datar Kara.
"Kapan ada baby dalam perut kamu?" Gilang mengelus perut datar Kara.
Ucapan Gilang membuat tubuh Kara menegang dan terdiam kaku.
Baby? Kenapa dia tak memikirkan bayi? Setiap pernikahan pasti ada keinginan untuk mempunyai seorang bayi yang lucu-lucu. Tapi dirinya belum siap apalagi masih sekolah!. Takut tidak bisa membagi waktunya! Apa kata teman-temannya nanti ketika ia mengandung dalam keadaan masih sekolah! Walaupun ia mengandung di dalam pernikahan yang sah! Tapi tetap saja, pemikiran orang pasti berbeda pikir Kara.
Menyadari keterdiaman Kara, Gilang mendongakan kepalanya dan melihat wajah istrinya yang tegang.
"Kamu engga mau punya baby?" tanya Gilang mengelus pipi Kara dari bawah.
Kara tersadar dari lamunanya. "Mau tap..."
"Kamu jangan khawatir soal sekolah kamu. Kamu bisa homeschooling nanti ketika hamil dan itu bisa untuk menghindari omongan dari teman-teman kamu kalau kamu hamil dalam keadaan masih sekolah. Jika itu yang membuat kamu keberatan soal hamil. Atau mungkin kamu malu hamil anak aku?"
"Aku engga mungkin malu hamil anak mas."
"Lalu kenapa kamu diam saja?"
"Aku hanya berpikir aku masih sekolah kalau aku hamil nanti aku takut engga bisa bagi waktu buat anak kita pas udah lahir. Soal sekolah, iya awalnya aku takut mereka nanti akan memandang aku buruk hamil di saat masih sekolah tapi aku berfikir lagi apa salahnya hamil toh aku hamil di pernikahan yang sah."
"Kalau itu kamu ga perlu khawatir dan takut ada aku yang akan membantu kamu untuk mengurus baby kita nanti. Soal sekolah kamu homeschooling saja."
"Kamu mau kan punya baby?"
Kara mengangukan kepalanya dan tersenyum. Gilang pun balas tersenyum lebar. Keinginanya untuk punya baby sudah di setujui oleh istrinya. Tinggal usaha untuk membuahkan hasil.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Little Wife - Tamat
RomansaKara Dania Ransquif harus rela menikah di usia muda demi menyelamatkan perusahaan keluarganya. Sebenarnya Kara bisa saja menolak. Namun, Kara juga harus bisa berguna untuk membantu keluarganya. Gilang Darren Kennedy dipaksa menerima menikah dengan s...