03 : Hukuman

4 5 1
                                    

Manusia itu sama, hanya sifatnya saja yang berbeda.

****
Fiya menarik nafas pelan, dalam kesunyian malam ini. Ia sedang duduk dikursi yang terbuat dari kayu didepan rumahnya seorang diri.

"Fi," panggil Mirna yang kini berada ditengah pintu.

Fiye menoleh.

"Masuk Fi, makan malam dulu," ucap Mirna lembut.

"Iya, ayok bu." Fiya bangkit lantas mereka berdua memasuki rumahnya dan menutup pintunya.

Mereka makan dengan ampar karpet dan sudah tersedia tempe goreng, tahu goreng, ikan asin dan tak lupa sambal yang melengkapi makan malam mereka.

Fiya dan Mirna mulai memakan hidangan yang ada didepan mereka dengan pelan.

"Gimana hari pertama kamu sekolah Fi?" tanya Mirna yang makanannya sudah habis.

Fiya menatap ibunya. "Gak gimana-gimana bu."

"Gak seneng?" tanya Mirna sambil mencuci tangannya dikobokan yang sudah ia sediakan.

"Seneng kok bu," sanggah Fiya sedikit tersenyum.

"Alhamdulillah kalo kamu seneng, terus kamu udah punya temen baru?" Mirna menumpukkan piring kotor untuk ia bawa kedapur.

"Eumm, udah si......"

Mirna megernyit. "Kok pake si segala."

Fiye menyengir. "Udah kok bu. Lagian gak punya temen pun Fiya gak masalah."

"Kamu tuh gak pernah berubah, selalu kaya gitu. Gak boleh ngomong seperti itu, Fi. Kamu itu butuh teman," tegur Mirna menasehati.

Fiya hanya diam.

"Fi, gak semua orang memandang kasta," lanjut Mirna.

"Tapi kebanyakan kaya gitu bu," ucap Fiya pelan.

"Iya, tapi tetap aja kamu gak boleh mandang orang itu sama, namanya manusia pasti mempunyai sifat yang berbeda-beda."

Fiya diam bingung harus menjawab apa, yang dikatakan Mirna memang ada benarnya juga.

Mirna memegang bahu Fiya. "Fiya butuh teman untuk bergaul, untuk nemenin Fiya kalo kesepian, untuk cerita masalah Fiya yang mungkin gak mau Fiya ceritain ke ibu, begitu juga sebaliknya. Fiya juga harus ada buat teman Fiya kalo mereka butuh Fiya."

"Iya bu, Fiya udah punya temen kok. Ituloh bu yang tadi duduk diwarung kita."

"Yang mana toh, ibu gak terlalu merhatiin."

"Nanti deh Fiya kenalin," ucap Fiya sedikit ragu. "Tapi nanti aja loh ya."

"Iya yasudah, sana siapkan perlatan sekolahmu. Ibu mau beresin ini dulu."

"Biar Fiya bantu bu," ucap Fiya yang hendak mengambil piring kotor tersebut.

"Eh gak usah, mening kamu sana masuk kamar terus siapin peralatan sekolahnya buat besok."

"Eum, yaudah deh bu." Fiya bangkit lantas berjalan memasuki kamarnya.

Fiya lantas melihat jadwal pelajaran untuk besok lalu memasukan buku-buku kedalam tasnya.

Ia berbaring dikasurnya dan menghembusan nafas berat lantas berdoa setelah itu memejamkan matanya.

****

Fiya baru saja sampai dikoridor tetapi ia sudah disuguhkan oleh pemandangan yang baru pertama kali ia lihat.

Fiya mengernyit melihat tiga orang perempuan yang Fiya yakini adalah seniornya, dan ia juga melihat satu peremuan yang sudah menangis dan terduduk ditengah lapangan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 21, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DifferenceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang