03

2K 318 13
                                    

Malam itu Kyra sedang bermalas-malasan diatas tempat tidur – setelah seharian melakukan pemotretan dengan salah satu merek baju ternama – saat asisten rumah tangganya, bude Surti, mengabari kalau ayahnya sudah sampai di rumah dengan selamat. Ia langsung bangkit dan membereskan kasurnya yang sedikit berantakan, lalu berlari kecil ke ruang keluarga tempat ayahnya berada, sesuai dengan informasi yang asisten rumah tangganya sampaikan.

"Romo," Jika tidak ingat tata karma tentu Kyra sudah berteriak senang dan berhamburan memeluk sang ayah, namun ia masih dapat berpikir sehat untuk hanya memanggil ayahnya dengan intonasi sesopan mungkin.

"Mbakyu," Balas sang ayah yang segera bangkit dari kursinya. "Kemari, mbak. Romo ingin peluk."

Kyra tersenyum senang. Tanpa ia minta ayahnya sudah tau apa kemauannya, jadi Kyra menurut dan memeluk sang ayah. "Bagaimana bisnis romo disana?"

Wajah lelaki yang sudah memiliki kerutan-kerutan halus itu berubah tidak senang. Ia menepuk pelan pundak putrinya lalu berkata, "Nanti dulu bicara bisnisnya, romo ingin tahu kabar kamu, dan si ragil- kemana dia?"

Kyra memamerkan cengiran khasnya. "Tadi dia ijin main sama temennya, romo. Tapi udah dikabarin sama bude kok kalau romo udah pulang. Kemungkinan masih di jalan."

Walaupun sedikit kecewa karena ketidakhadiran putranya, lelaki paruh baya itu memaklumi. Ia juga pernah muda, dan bertemu dengan teman adalah hal yang paling menyenangkan. Jadi kalau sekarang anaknya juga seperti itu, ia tidak tega untuk melarang. "Yasudah, sambil nunggu Raka, kamu aja yang cerita." Ia kemudian memberikan kode kepada Kyra agar duduk di sampingnya dan kemudian dituruti oleh putrinya itu.

"Cerita apa romo?" Kyra sedikit memiringkan duduknya agar masih bisa berhadapan dengan romo, kedua tangannya ia letakkan diatas pahanya.

"Ya apa saja yang kamu lakukan selama romo di Amerika. Romo perginya ga sebentar loh, jadi pasti banyak hal yang bisa kamu ceritakan kepada romo..." mendengar romo yang belum menyelesaikan kalimatnya membuat Kyra belum berani menjawab, dan benar saja beberapa detik berikutnya ayahnya itu kembali berbicara, "Hubunganmu sama pacarmu yang kata Raka brengsek itu gimana? Udah putus?"

Kyra mengulum bibirnya, dan tersenyum kecut. Ia sudah menebak bahwa cepat atau lambat orang tuanya akan menanyakan ini. Bagaimana pun, kehadiran Julian dihidupnya bukan hanya setahun atau dua tahun, jadi tentu keluarganya juga sudah mengenal si lelaki. "U-udah romo..."

Romo mengernyit melihat Kyra yang menghindari tatapannya lalu kembali bertanya, "Beneran sudah putus mbakyu? Kok jawabnya ragu gitu?"

"Beneran k-kok romo... hanya saja dia masih meminta Kyra untuk kembali bersama." Akhirnya Kyra memberitahukan yang sebenarnya: mulai dari bagaimana mereka putus sampai pesan-pesan dari mantan kekasihnya yang terus menghantui Kyra setiap harinya, bahkan lelaki itu menerornya. Iya, alasan kuat yang menahan Kyra untuk menanggapi media adalah itu semua. Ia mengenali Julian dengan baik, sedikit saja kalimat yang ia lontarkan bermakna ganda, lelaki itu akan memakainya untuk mendapatkannya kembali atau minimal menghancurkan reputasinya.

"Gusti. Dari awal romo memang tidak suka dengan lelaki itu. Tapi melihat kamu sangat sayang sama dia, romo memilih untuk membiarkan dia memacari anak romo. Ternyata firasat romo tidak meleset." Kyra dapat melihat kekesalan yang terpancar di mata ayahnya, walaupun lelaki itu sudah menyembunyikannya dengan sangat baik. "Yasudah, minggu depan kamu ikut romo ke Amerika."

Mata almond Kyra melebar, ia masih tidak bisa mendapatkan korelasi dari apa yang dituturkan ayahnya barusan. "Pangaksami romo?" (maaf romo?)

[1] cliché (jjh.lm)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang