-PROLOG-

9 1 0
                                    

Dengan sebuah koper kulit hitam di tangan kanan, pria itu terus berjalan menyusuri gang- gang sempit kota Jakarta. Tinggi pria itu sekitar 180 cm, rambut hitam dipotong pendek, wajahnya tenang tanpa ekspresi. Dengan pakaian rapi ditambah koper kulit itu, sekilas ia akan tampak seperti pegawai kantoran yang sedang terburu- buru. Sesekali ia melirik arloji antik yang tersembunyi di lengan kirinya.

5 menit 43 detik...., pikirnya

Sesampainya di trotoar, Indra melihat kiri- kanannya. Ia lalu menyelinap diantara lalu lintas Ibukota yang akhir- akhir ini semakin padat. Setengah berlari, Indra menyeberangi jalan tanpa sekalipun mempedulikan orang- orang di sekitarnya. Lagipula, siapa yang akan peduli dengan pria setengah baya yang tampak terburu- buru itu? Tidak akan ada. Semua orang sibuk dengan urusannya masing- masing. Dan itu sebuah keuntungan bagi Indra. Setidaknya, setelah ini semua selesai, ia bisa berjalan dengan santai tanpa merasa khawatir.

Tak beberapa lama, Indra sudah menghilang di balik kerumunan massa yang sejak pagi tadi memadati jalanan untuk mendengarkan pidato salah seorang politisi yang menjadi calon Presiden Republik Indonesia. Beberapa wartawan tampak berlalu- Lalang sambil sesekali mewawancarai orang- orang yang dianggap penting.

Pukul 13. 55, 5 menit lagi...., pikir Indra.

Dengan cepat, Indra menyelinap masuk ke salah satu gedung yang tidak begitu jauh dari kerumunan massa itu. Lagi- lagi tidak ada orang yang benar- benar peduli dengan tindakannya. Gedung itu kosong dengan dinding lusuh tanda terbengkalai. Beberapa jendela kaca tampak sudah pecah. Sesekali, beberapa ekor tikus berlari hingga menimbulkan suara yang sedikit gaduh, seolah protes dengan kehadiran Indra yang dirasa merebut tempat tinggal yang beberapa bulan terakhir menjadi milik mereka.

4 menit, 36 detik

Indra mempercepat langkahnya. Ia bisa mendengar pidato sudah dimulai. Sesekali ia bisa mendengar teriakan antusias massa. Sebenarnya, dia sudah sedikit terlambat dari rencana. Tapi dia tidak begitu khawatir mengingat pidato biasanya akan berlangsung cukup lama. Setidaknya 30 menit atau lebih. Bahkan mungkin saja sampai berjam- jam. Orang- orang dunia politik yang sehari- harinya belajar menggombal itu benar- benar tahu bagaimana caranya bersikap persuasif dan meyakinkan. Lagipula dia sudah diberi wewengan penuh dalam misi ini.

4 menit....

" Saya senang hari ini bisa berdiri di depan rakyat Indonesia yang saya cintai...," kata Hadiwijaya dalam pidatonya. Belakangan ini namanya memimpin dalam sejumlah penelitian yang diadakan berbagai lembaga survei. Bahkan beberapa orang sangat yakin kalau dia akan memenangkan kontes politik yang hanya beberapa minggu lagi itu. Isu ini tentu saja membuat para pendukungnya bersemangat.

Hadiwijaya sendiri adalah seorang politisi yang sejak mudanya sudah berkecimpung di dunia politik. Kariernya di dunia ini pun cukup mengesankan. Kendati beberapa kali mendapat tuduhan skandal, tapi seolah angin lalu, semua itu dilaluinya bahkan sebelum sampai di meja hukum. Hal ini karena tidak pernah ada bukti yang cukup untuk menjeratnya secara hukum. Dan luar biasanya lagi, berbagai tuduhan itu bukannya membuat rekam jejaknya menjadi buruk, tapi justru semakin melambungkan namanya dalam dunia politik. Beberapa pihak curiga bahwa ada permainan politik licik yang dimainkan oleh Hadiwijaya. Tapi lagi- lagi, tidak pernah ada bukti yang mumpuni untuk menjeratnya. Setidaknya hingga saat ini.

Wakil Hadiwijaya adalah seorang pengusaha sukses yang menguasai sekitara 70% perdagangan kain batik di Indonesia. Rekam jejaknya bersih sama sekali dari skandal. Karirnya dalam dunia politik dimulai sekitar 5 tahun yang lalu. Berbeda dengan Hadiwijaya yang populer sejak masa mudanya, pengusaha muda berusia 35 tahun ini justru mulai dikenal setelah menjadi wakil Hadiwijaya dalam panggung perpolitikan. Kendati demikian, kedekatannya dengan kaum muda dipercaya sangat membantu Hadiwijaya.

EAR--MIRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang