-BAB 1-

10 1 0
                                    



Dear diary....

Pernahkah kau berharap untuk merasakan pelukan seorang ayah? Atau setidaknya, pernahkah kau berharap merasakan kehadiran seorang ayah? Aku bahkan tidak tahu ayahku siapa dan seperti apa. Sialnya, Ibuku bahkan sama sekali tidak memiliki fotonya. Suatu hal yang aneh menurutku karena..., yah, tahu sendiri kan kalau orang berpacaran? Pasti ada alasannya. Dan aku tidak tahu. Bukan berarti aku tidak mencari tahu.

Setiap kali aku bertanya, Ibuku akan berpura- pura tidak tahu, dan mengalihkan pembicaraan. Awalnya aku memilih untuk pasrah dan tidak pernah bertanya lagi. Tapi saat umurku 13 tahun, aku tahu kalau aku tidak bisa berdiam diri. Aku harus melakukan sesuatu, atau aku akan kehilangan kesempatan sama sekali. Dan kini umurku sudah hampir 16 tahun. Artinya, hampir 3 tahun aku mencoba mencari informasi tentang ayahku. Tapi semuanya nihil dan aku hampir frustasi...

Mira menutup buku hariannya, menarik napas dalam dan menghempaskan diri di tempat tidurnya. Kamarnya terlihat sedikit berantakan. Buku- buku berserakan dan hampir memenuhi ruangan. Tapi siapa yang peduli dengan semua itu kalau pikiranmu sedang berkelana di dunia yang bernama khayalan? Bahkan Ibunya sudah menyerah untuk mengingatkan Mira membersihkan kamarnya. Biasanya "mode tidak berantakan" kamar Mira hanya bertahan selama 10 menit, sebelum si kutu buku itu kembali membuat ruangan itu penuh dengan buku. Rekor terlama adalah sekitar 11 menit. Dan hal itu hanya pernah terjadi sekali seumur hidup Mira.

Kamar Mira sebenarnya cukup luas kalau hanya dipakai untuk tidur. Masalahnya, kamar itu juga merangkap menjadi perpustakaan pribadi miliknya. Alhasil, kamar itu lebih mirip dibilang perpustakaan daripada kamar tidur. Di sudut ruangan terdapat sebuah komputer hitam yang masih menyala.

Mira menutup matanya dan mencoba membayangkan wajah ayahnya. Sebuah hobi aneh yang dilakukannya setiap kali merindukan sosok yang tidak pernah dikenalnya itu. Satu- satunya hal yang membuatnya ingat bahwa ia punya seorang ayah. Satu- satunya karena bahkan ibunya sama sekali tidak pernah lagi menyinggung soal ayah Mira. Setidaknya dalam 5 tahun terakhir.

Mira hanya pernah mendengar dari Ibunya kalau ayahnya, Indra Nugraha, adalah seorang perwira TNI yang sempat menjadi anggota pasukan perdamaian PBB. Saat umur Mira masih 1 tahun, ayahya dipanggil untuk menjadi anggota pasukan khusus yang baru dibentuk TNI. Sejak itu kabar tentang ayahnya sama sekali lenyap. Secara resmi, pihak TNI mengatakan bahwa ayahnya terlibat dalam sebuah misi yang dirahasiakan.

Saat umurnya menginjak 13 tahun, Mira tahu kalau dia tidak bisa percaya begitu saja dengan informasi yang menurutnya aneh itu. Otak cerdasnya berkata bahwa tidak mungkin ayahnya tidak pulang dan bahkan sama sekali tanpa kabar selama 10 tahun lebih. Pasti ada sesuatu. Hal aneh lainnya adalah karena pihak TNI sama sekali tidak mengklaim bahwa ayah Mira gugur dalam misi. Artinya, ayah Mira masih hidup. Kenyataan itulah yang memotivasi Mira untuk mulai mencari ayahnya. Tentu dengan caranya sendiri.

Mira mulai mempelajari hal- hal yang berhubungan dengan teknik hacking dan cracking. Dia banyak berkutat dengan buku. Awalnya dia mencoba untuk membobol sistem keamanan jaringan milik tetangga, perusahaan, bank, bahkan akhirnya gudang data digital milik TNI. Ia berhasil menemukan berkas- berkas milik ayahnya. Berkas itu berisi tentang perjalanan karir Indra di militer hingga akhirnya menjadi komandan sebuah pasukan khusus. Sayangnya, berkas itu hanya menjelaskan sampai disitu. Selebihnya kosong.

Selama 3 tahun sejak saat itu, Mira terus mencoba mencari informasi tentang ayahnya. Berbagai badan inteligen dunia sudah ditelusurinya. BIN, CIA, RGB, NSA. Mira benar- benar yakin kalau ayahnya terlibat dalam dunia itu. Tapi lagi- lagi hasilnya nihil. Sama sekali tidak ada informasi yang berarti. Nihil. Seolah ayahnya lenyap begitu saja tanpa meninggalkan jejak.

EAR--MIRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang