Kenal Arjun

5 0 0
                                    

Bukan masalah ikhlas atau tak ikhlas.
Melepasmu, sepenuhnya bukan kuasa-ku.
Anysa Darmawan, Agustus 2020
*********

Juli, 2019.

Pagi ini cukup terik, cahaya matahari menembus daun-daun dipinggir lapangan. Aku dan yang lain sedang menyusun barisan dihari senin pertama kami menjadi siswa di SMK Kencana, saling tersenyum canggung satu sama lain.

Bisa ku dengar pemberitahuan upacara akan segera dimulai, anak-anak mulai diam dan melaksanakan upacara dengan khidmat.

Seusai upacara, kami langsung bubar dan menuju ke kelas. Hari semakin siang dan kian terik, untungnya setiap kelas di sekolah ini disediakan AC.

Aku duduk sendiri di dekat jendela, di bangku urutan ketiga dari depan. Aku tidak dekat dengan satu orangpun dikelas ini, hanya sesekali tersenyum saat ada yang melirik ke arahku. Tiba-tiba, seorang lelaki bertubuh jangkung duduk disebelahku. Kaget.

“Lo duduk sendiri? Bolehkan gua duduk disini? Gak kebagian tempat duduk lain soalnya”

Cengo. Aku menatap dirinya yang sedang mengeluarkan handphone dari saku kemeja putihnya.

“Oh ya, nama gua Arjuna Maheswara. Lo bisa panggil gua Arjun” katanya sambil tersenyum dan mengulurkan tangan untuk ku jabat.

“Anysa Darmawan, panggil aja Sasa” jawabku sambil menjabat uluran tangannya.

Tampan. Arjuna benar-benar tampan. Untuk seperkian detik aku kehilangan kontrol pada diriku sendiri, menatap dirinya yang juga menatapku dengan ekspresi bingung. Malu, langsung ku tolehkan pandanganku dari wajahnya.

‘bodoh banget sasaa!! Pasti sekarang muka gua udah macem kepiting rebus!’ batinku.

Tak lama setelah itu, seorang guru wanita masuk ke kelas kami dan memperkenalkan diri sebagai wali kelas kami selama kelas X. Bu Nabilla, dengan sapaan akrab Buna. Tapi bagiku bukan itu yang penting, yang penting adalah gelak tawa lelaki disampingku saat seorang teman kami melontarkan lelucon saat Buna perkenalan tadi. Tawa renyahnya benar-benar menawan! Kasihan jantungku.

2 jam terasa sangat sulit untuk tetap tenang bersama Arjun, ditemani pertanyaan-pertanyaan kecil darinya yang suka bikin salfok. Malah liatin mukanya :(

“Sa, ke kantin bareng yuk!”

Aduh, cobaan apalagi ini tuhan!

“Sa, ayo” Arjun mengulurkan tangannya untukku sambut. Aku mengangguk dan menyambut tangannya.

Kami berjalan beriringan sepanjang koridor, sama sekali tidak ada yang memulai percakapan.

Sampai dikantin dan menemukan tempat duduk bersampingan dengan teman sekelas kami yang lain.

“Eh Sasa, Juna, gua kira kalian ga ke kantin” laki-laki disamping Juna yang kuketahui namanya Ardi memulai percakapan.

“Ke kantin kok Di, cuma tadi nungguin Sasa dulu” jawab Arjun. Ardi ber-oh-ria dan menatapku.

“Sa, tau gua kan?”

“Lo Ardi kan?” tanyaku memastikan.

“Pinter, eh tapi siapa juga yang ga kenal cowo ganteng kaya gua hahaha”

“Kadal albino, lo tuh cuma menang putih doang ya, sisanya zonk!” kata gadis disampingku. Memang sih Ardi adalah cowo yang memiliki kulit putih, bahkan Arjun saja tidak seputih Ardi.

“Kenalin nama gua Deviar Ningsih, lu bisa panggil gua Devi. Salam kenal” gadis yang memperkenalkan dirinya sebagai Devi mengulurkan tangannya untuk ku jabat.

Arjun'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang