Nico
Nico bukanlah tipe yang akan bangun pagi dan ketika ada yang membangunkannya tentu saja orang itu akan berakhir dengan patah tulang, ya kecuali beberapa orang.
"Nico bangunlah!' Nico mengenal suara itu tapi matanya sangat berat.
"Bangunlah Nico!" Pukulan keras dipipinya membuat dirinya mau tidak mau harus bangun.
"Engh... ini masih terlalu pagi Apollo!" Nico mendesis kesal dan mengacak-acak rambutnya.
"Tapi aku terbiasa bagun pagi."
"Ck, kau itu dewa matahari tentu saja kau terbiasa bangun pagi!" Nico bersiap kembali tidur tapi sayangnya Apollo menggunakan kekuatan dewanya.
Tubuhnya tiba-tiba bergerak sendiri dan berjalan kekamar mandi padahal Nico ingin tidur. "Kau curang!"
"Maaf Nico tapi Olivia memintaku membangunkan yang lain." Apollo tanpa beban tersenyum memperlihatkan giginya yang putih cemerlang. Setelah itu dia berjalan ketempat tidur Percy dan Jason.
Akhirnya dengan terpaksa Nico mandi. Nico haya membutuhkan waktu 30 menit untuk mandi. Dia segeramengganti baju dengan celana jins dan kaus hitam polos.
Merasakan ada sesuatu disaku celananya Nico merogohnya dan menarik keluar sebuah tongkat. Dia ingat jika dirinya harus membawa itu kemana mana sekarang. Walaupun sedikit aneh untuknya karena terbiasa membawa pedang kemana-mana.
Nico keluar dari kamar mandi dan segera pergi kewabah untuk sarapan. Dia melihat jika semua sudah berkumpul kecuali Percy dan Jason yang masih bersiap.
"Kenapa harus pagi-pagi sekali?" Nico mengeluh saat sudah duduk dimeja.
"Kita harus pergi berbelanja keperluan sekolah." Hazel memberi tahuku.
"Kita akan menghabisakan waktu yang cukup lama disana. Kami harus memberi beberapa buku." Perkataan Annabeth diangguki oleh gadis-gadis lain.
Nico mengerang jengkel. Walaupun mereka seorang demigod tetap saja perempuan dan berbelanja adalah hal yang paling menyusahkan didunia ini.
Anak-anak ada paket untuk kalian dari Amerika. Mrs. Weasley membawa sebuah kardus besar dan setumpuk surat.
"Oh, terimakasih Mrs. Weasley." Piper mengambil kardus itu dan meletakannya di atas meja.
Segera saja Thalia membuka paket itu menggunakan pisau tumpul yang ada di atas meja. Thalia mengambil sesuatu dan memberikannya kepada Olivia. "Tolong bacakan untuk kami."
Yah, kami menderita diseleksia keculia Frank, Apollo, dan Olivia.
"Ini Kue biru." Thalia memberi tahu sambil menunjukan sebuah toples kaca besar. "Disini ada banyak sekali kue mungkin cukup untuk persediaan 1 tahun."
"Teman-teman ini dari ibu Percy untuk kita semua." Olivia memberi tahu lalu meletakan surat itu kembali.
"Biar aku yang simpan kuenya." Annabeth mengambil kardus itu dan pergi keatas.
Nico lebih tertarik dengan setumpuk surat yang ada didepannya jadi Nico mengambilnya dan mulai membaca tulisan yang berada diamplop. Mudah saja membacanya karena itu ditulis dalam bahasa Yunani dan Latin.
"Thalia, ini surat untukmu dan Jason dari ayahmu." Nico melemparkan surat yang berada ditangannya kepada Thalia.
Nico mulai membaca lagi dan membagi-bagikan suratnya. Amplop terakhir adalah surat untuknya dan Hazel.
Nico membaca surat itu dalam hati dan hampir saja tersedak oleh air liurnya sendiri. Walaupun Nico menyukai perhatian ayahnya tapi setiap dia mejalankan misi ayahnya selalu mengatakan jika dia sudah menyiapkan kamar diistana kalu-kalau Nico mati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Demigods Go To Hogwarts
FantasySatu tahun setelah mengalahkan ibu pertiwi Chiron direktur perkemahan mengirim para demigod terbaik yang ada (Tujuh naubat ditambah dengan Thalia, Nico, Reyna, Clarisse, Arabella, Alberta, Lou Ellen dan Calypso). mereka harus pergi ke Hogwarts untuk...