Chap 2

481 56 13
                                    

Semua konselor dari masing-masing cabin sudah berkumpul. Percy mengeluh beberapa kali karena dia dipanggil mendadak kemari saat dirinya sedang tidur padalah ini hari Minggu.

"Jadi, ada apa memanggil kami semua secara tiba-tiba seperti ini?" Annabeth bertanya, mata abu-abu warisan dari ibunya menyipit menatap Chiron.

"Aku sungguh menyesal memanggil kalian kemari secara tiba-tiba tapi, ada ramalan baru." Chiron mengumumkan dengan segera dan semua orang disana mengerang jengkel.

"APA? Ta...tapi kenapa? Ada masalah apa lagi yang mengancam dunia?" Percy menatap Chrion tidak percaya. Misi terakhir dia dan teman-temannya sering sekali hampir mati. Memang benar apa yang dikatakan Luke, mereka hanya pion para dewa saja.

Nico yang duduk diantara Annabeth dan Piper menyandarkan kepalanya diatas meja dengan lesu. Saat tidur siang tadi ayahnya sudah memberi tahu akan terjadi sesuatu yang besar dan mendengarnya langsung saat ini membuat Nico sedikit jengkel.

"Percy tolong tenang nak. Misi ini tidak akan terlalu berbahaya-" Perkataan Chiron terpotong oleh sindiran Piper.

"Oh waw, misi ini tidak berbaya teman-teman hanya akan memakan korban saja." Chiron meringis pelan. Dia memaklumi sikap mereka semua karena sudah banyak hal yang mereka lalui.

"Dengarkan dulu penjelaskanku dan tolong jangan memotong apapun. Misi ini tidak akan terlalu berbahaya karena Apollo akan ikut."

"Apollo?" Jason bertanya tidak percaya.

"Benar, dan untuk ramalannya akan Racel katakan."

Racel segera berdiri dan maju beberapa langkah. Tubuhnya segera menegang dan asap hijau mengelilinginya. Semua menunggu dengan cemas.

'10 Demigads bersama 1 orang dewa dan manusia fana akan pergi ke negeri sang penyihir.

Melintasi waktu untuk sampai disana.

Permusuhan harus diakhiri.

Kegelapan akan bangkit.

Udara, laut, dan tanah akan menghimpun kekuatan.

Cahaya mentari akan memberi harapan.

Nasib Olympus dipertaruhka, binasa atau berjaya.'

Setelah itu Racel jatuh pingsan dan segera saja Lou Ellen dan Butch menangkapnya. Annabeth dan Piper segera memutar otak mereka mengurai sedikit demi sedikit ramalan.

"Udara, laut, dan tanah." Annabeth menggumam. "Itu artinya anak-anak big three. Jason, Percy, Nico, dan Hazel."

"Dan jika mereka pergi maka aku dan Annabeth harus ikut. Begitupun Frank dan Reyna. Tapi bukankah Lou Ellen harusnya ikut karena itu adalah wilayah ibunya?" Piper bertanya.

"Wah, sayannya tidak Piper." Semua menoleh kearah pintu rumah besar. Disana berdiri Apollo dan seorang gadis berusaia sekitar 20 tahun lebih. "Yang akan pergi adalah kau, Jason, Percy, Nico, Hazel, Annabeth, Reyna, Frank, Leo, dan Thalia."

"Thalia? Dia ikut?" Percy bertaya tidak percaya.

"Iya." Apollo mengangguk singakt. "Oh, Ini Olivia dia pacarku."

"Olivia? Olivia itu?" Piper dan Jason bertanya bersamaan.

"Hallo semua salam kenal." Olivia tersenyum manis.

"Kau mengenalnya?" Leo bertanya pada Piper lalu mengamati Olivia.

"Eh, tidak hanya saja dia yang mengorbankan nyawanya untuk menghidupkan Jason kembali saat itu." Piper memberi tahu lalu dia berjalan kearah Olivia dan memeluknya.

"Jadi sudah diputuskan, kalian akan pergi sekarang silakan mengemas beberapa pakaian saja karena kalian akan memakai baju sekolah." Chiron mengumumkan dan membuat sedikit kegemparan.

"Sekarang? Yang benar deh!" Percy dan Jason mengeluh bersama.

"Sekolah? Benarkah?" Annabeth bertanya antusisas dan semua mengerang.

"Nah, pertama-tama tolong jelaskan lebih rinci karena ini sedikit rumit." Nico mengangkat tangannya meminta penjelasan.

"Sekolah akan dimulai pada tangga 1 september dan kalian harus berangkat dari sekarang untuk beradabtasi. Kalian akan membeli peralatan sekolah disana nanti. Lady Hecate akan datang 30 menit lagi bersama teman-teman kalian yang lain." Chiron menjelaskan dengan rinci.

"Apa nama sekolah itu?" Piper bertanya.

Chiron terlihat tidak yakin tapi dia tetap mengatakannya. "Hogwarts."

Semua orang diruangan itu saling memandang satu sama lain lalu tertawa terbahak-bahak. Chiron menggelengkan kepala pelan lalu melihat kearah Apollo yang sepertinya hampir mati karena tertawa.

Setelah menunggu beberapa saat akhirnya tawa semua orang sudah berhenti. Mereka segera menuju cabin masing-masing dan berkemas.

_______________

"Karena kalian semua sudah berkumpul disini maka tidak perlu membuang waktu lagi." Lady Hecate melambaikan tanggannya dan kotak dengan warna berbeda muncul didepan semua orang.

"Ini Adalah tongkat sihir kalian. Karena kalian memiliki darah kuno para dewa tongkat itu dibuat dari perunggu langit, emang emperial, dan besi stygan agar sihir yang dikeluarkan bisa ampuh. Selain itu aku akan mengubah kalian menjadi anak berumur 15 tahun agar sesuai."

"Ah, tunggu-tunggu. Kenapa tidak ada yang mengatakannya terlebih dahulu?" Leo melambaikan tanggannya tidak setuju. "Walaupun umurku 16 tahun tapi tubuhku ini ceking banget jadi sebaiknya tidak perlu diubah."

"Ya, kecuali yang memiliki badan kecil tidak akan aku rubah." Lady Hecate menatap Leo dengan sebal.

"Umurku 15 tahun jadi tidak perlu dirubah." Nico menyeringai senang dan itu membuat Percy Kesal.

"Aku bisa mengubah diriku sendiri jadi tidak perlu deh." Apollo menolak diubah oleh Lady Hecate karena dia mengalami sedikit trauma.

"Baiklah, kita mulai." Segera semua orang dikelilingi oleh kabut kecuali Nico dan Leo. Setelah kabut mulai menghilang tubuh semua menjadi menyusut dan pipi mereka menjadi tembam.

"Eh, sepertinya warna matanya akan aku ubah agar mirip Annabeth." Apollo sibuk dengan dunianya sediri dan merombak Olivia seperti dia adalah mainan boneka barbie.

"Nah, sudah selelai. Sekarang kau dan Annabeth akan mengatakan kalian saudara kembar begitu juga dengan yang lain. Hazel dengan Nico, Jason dengan Thalia, Percy dengan Frank, dan Piper dengan Reyna."

"Ini adalah daftar yang harus kalian beli. Dan untukmu putri Athena kau bisa membeli beberapa buku tambahan tentang semua hal yang pernah terjadi disekolah tersebut dan buku ini panduan mendasar dunia sihir." Lady Hecate memberikan sebuah buku dengan tebal satu jengkal serta satu buah surat. Annabeth mengambilnya dan segera memasukannya ke dalam tas.

"Portal di belakang kalian akan membawa kalian kedunia sihir milikku. Ingatlah jika tahun disana berbeda dengan tahun ini dan satu hal lagi, jangan pernah tinggalkan tongat sihir kalian karena hal itu seperti senjata didunia kalian para demigods. Aku sudah memberkati kalian dengan ilmu sihir standar kelas 4. Kalian akan masuk di tahun ke 5 bersama bocah terpilih. Selamat tinggal dan jangan mengecewakanku."

"Olivia kemari lah dan berkumpul dengan kami." Piper dan Annabeth segera menarik Oliviadari sisi Apollo lalu mereka bertiga tanpa ragu masuk kedalam portal diikutioleh yang lain.

Demigods Go To Hogwarts Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang