5. Serial Killer

103 14 0
                                    

Love

Jiwon mulai sadar. Tidak seharusnya dia bercinta dengan pembunuh ayahnya. Tapi rasa nikmat itu membuatnya kehilangan akal. Jiwon segera beringsut menjauhi Jungkook.

Jungkook tersenyum. Nafas pria itu terdengar tak beraturan.

"apa kau masih ingin ku bunuh?"

"menjauh dariku" Jiwon mendorong Jungkook agar memberi jarak pada dirinya. Tapi pria itu tanpa tau malu mendekatkan tubuhnya dan memeluk erat Jiwon yang membelakanginya.

"apa kau tau kalau seseorang seperti diriku ini tidak memiliki perasaan ataupun ekspresi. Aku tak bisa membedakan apa itu bahagia, takut, sedih dan iba kepada seseorang"

Jiwon tidak menjawab. Tapi dia menyimak apa yang Jungkook katakan.

"hanya saat bersamamu aku bisa memiliki itu semua. Aku tidak akan menyakitimu. Jadi berhentilah berpikiran yang tidak-tidak."

Mata Jiwon kembali berkaca-kaca. Air matanya kembali mengalir. Dia tak dapat membendungnya. Terlalu banyak hal yang harus ia pikirkan. Posisi Jiwon sekarang sangat rumit.

...

Keesokan paginya Suho bergegas menuju meja Daniel untuk menanyakan perihal data kemarin.

"hey bagaimana kau sudah mencarinya?" ucap Suho antusias, sementara Daniel tidak meresponnya sama sekali. Pria itu tengah sibuk dengan laptopnya seperti terakhir kali mereka bertemu. "apa kau sedang mengabaikanku sekarang?"

"iya...iya...astahga...kau datang pagi-pagi buta begini ke mejaku hanya untuk menanyakan data itu?" Daniel memutar bola matanya dengan malas. Menatap Suho yang sudah stand by bertengger didepan mejanya.

"itu adalah data penting. Bukan sekedar hanya" Suho memutar jengah bola matanya sedangkan Daniel masih sibuk menatap layar laptopnya.

"sudah ku cek. Hanya ada satu kasus pembunuhan di Myeongdong pada tanggal itu"

"nice" puji Suho yang kemudian langsung melenggang pergi meninggalkan Daniel.

...

Ponsel Jiwon berdering. Membuat Jungkook dan Jiwon terbangun dari tidurnya.

Jungkook pun bangun dan mengambil ponsel itu yang ia letakan diatas nakas disamping tempat tidurnya.

"halo..." jawab Jungkook pada panggilan masuk itu.

Jiwon menatap Jungkook penasaran. Sementara Jungkook juga menatap Jiwon dengan pandangan datar.

"saya suaminya. Pak detektif bisa memberitahukannya kepada saya"

Mata Jiwon membulat. Tanpa diberitahu pun, Jiwon tahu siapa yang menelponnya.

Setelah selesai berbincang, Jungkook pun mematikan sambungan panggilan.

Jungkook tersenyum sebelum akhirnya angkat bicara. "mengapa kau masih menanyakan itu jika kau sudah yakin kalau memang aku adalah pelakunya"

Jiwon memalingkan wajahnya. Tentusaja hati kecilnya tak dapat menerima mentah-mentah apa yang ia baca dari buku catatan itu. Tapi setelah apa yang ia alami tadi malam membuatnya sadar, kalau Jungkook memanglah orang yang membunuh ayahnya.

Jiwon menatap Jungkook dalam-dalam. Dengan tatapan sayu itu Jiwon berkata "kau sudah ketahuan sekarang. Kenapa tidak menyerahkan diri saja? Kau juga tidak bisa mengurungku seperti ini selamanya kan?"

Jungkook mengepalkan tangannya. Menahan perasaan kalut yang berkecamuk didalam dirinya. "kenapa? Aku bisa melakukan ini selamanya..." Jungkook menggigit bibir bawahnya lalu menatap Jiwon dalam-dalam "...asal bersamamu"

Psycho PhylosophyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang