"what do you think about love?"
"pengorbanan, memaafkan, toleransi, menerima"
"yeah that's true, that's love" Adler baru saja selesai menonton sebuah video, bukan kali pertama Adler mendengar ataupun membaca kalimat tersebut.
Ah ya aku belum memperkenalkan diriku, namaku Adler Renstich Holmes. Aku sudah merasakan yang namanya jatuh cinta, dan aku pun sudah merasakan yang dinamakan dengan sakit hati, hal tersebut membuatku sering memberikan harapan kepada banyak pria tanpa memberi mereka kepastian.
"Malam ini kau tidak boleh bermain ponsel lagi hingga malam Stich, besok kamu akan mulai masuk sekolah, holiday it's over" ujar sang ayah, Sherlock. "yeah dad, aku tidak akan bermain ponsel, tapi aku akan membaca novel" kata Adler dengan wajah meledek, melihat hal itu Sherlock tidak tinggal diam dia mengejar Adler yang sudah lari karena tahu ayahnya akan memangsa-nya karena berbicara hal seperti itu. "stop dad, i promise i not playing my phone" kata Adler karena sudah tertangkap sekaligus kelelahan. "good job" kata Sherlock sambil mengelus kepala
Flashback
"Jadi kau kenapa? Apakah kau mempunyai masalah dengan Anthony?"
"Aku berfikir untuk menjauhinya, aku takut aku akan jatuh semakin dalam ke pesonanya, he is so charismatic, but he is a genius, playboy, and billioner, tidak ada yang tidak mau dengannya, aku takut aku akan terluka karena sikap playboy-nya tersebut, Happy"
"He's my boss and also my bestfriend, and i think he loves you more than you know, but he can't expressed him self, selama ini dia dekat denganmu dia tidak pernah lagi bermain dengan perempuan, bahkan dia jarang sekali pergi ke club terkecuali dia sedang bertengkar denganmu"
"yeah, ntahlah, aku tetap takut akan hal tersebut"
"jadi keputusanmu?" tanya Happy "Aku akan pergi ke London bersama dad, dan mungkin aku akan meninggalkannya" Adler menjawab "So you will end your relationship with Tony?"
"Happy listen, this relationship not start yet, bagiku hubungan ini belum dimulai, jadi apa yang harus di akhiri? Jawab Adler lelah karena Happy terus membuat ia ragu akan keputusannya sendiri
flashback end
"Hey Stark, how are you? it's a nice or terrible holiday, huh?"
"Anthony Edward Stark, mengapa kau menghiraukaku?" Tony pun tersadar akan lamunanya, "Maafkan aku Steve, jiwaku sedang tidak bersamaku, ntah dia pergi kemana dan mungkin dia takkan kembali lagi"
"Oh c'mon ini sudah 2 tahun dan kau masih belum bisa melupakan kenangan itu, apa kau ingin pergi minum bersama yang lain? maybe that can make you better" tawar Steve "baiklah, aku juga tidak ingin berada di rumah"
At Club
Tony bersama teman- temannya sudah meneguk banyak sekali alkohol, tapi dari semuanya yang balik banyak minum adalah Tony, dia meluapkan semua perasaanya, pikirannya dengan meneguk alkohol, tanpa membagi sedikit beban itu kepada teman ataupun sahabatnya. Sejauh ini yang mengerti betul perasaannya hanya sekretarisnya, sahabatnya hanya tau dia tidak bisa move on, tetapi sekretarisnya tau setiap yang ia lakukan
"you want someone accompany you sleep?" Tawar Rhodes "Not today, i go now" Tolak Tony "Siapa yang akan mengantarmu? Apakah Happy ataupun sekretaris mu akan menjemput?" Tanya Natasha "yeah aku sudah memintanya"
"Hey boss" - Pepper "oh you are already here, lets go", Pepper pun membantu boss-nya itu
"Mengapa kau terus mabuk- mabukan boss?" Batin Pepper yang tidak lain adalah sekretarisnya yang paling mengerti diri seorang Anthony
"Where are you?, why you leave me alone? I hate you so much" Tony terus meracau tidak jelas, keadaannya sangat kacau
"Gone but not forgotten, She's gone but you never forgot about her, you love her so much" batin Pepper, ia iba melihat boss-nya yang kerjaannya sepulang kantor selalu pergi ke Club dan berujung dengan mabuk, lalu memintanya atau Happy untuk menjemputnya, atau bahkan terkadang sampai petugas club yang menelfonnya untuk menjemput boss ny itu
In the morning
Good morning at 7 am in Malibu 27 degree is cloudy day, alarm di yang berada di dalam kamar Tony sudah berbunyi, tidak lama setelah itu masuklah Pepper ke dalam kamarnya "Hey, Edward wake up, you have meeting today with Mrs. Renstich" Tony masih belum juga bergerak dari tempat tidurnya, ia berusaha mencerna setiap perkataan yang keluar dari mulut sekretarisnya tersebut, tidak lama setelah itu bangunlah ia dari tempatnya dan mulai berjalan menuju kamar mandi untuk bersiap menuju kantornya.
At Stark Industries
Salah 1 karyawannya menghampirinya "Mrs. Renstich sudah menunggu anda di ruang meeting sir" Tony hanya menatapnya dan segera berlalu ke ruang meeting. Sesampainya di ruang meeting ia pun terkejut karena orang yang ada di ruangan tersebut adalah Adler Renstich orang yang membuatnya menjadi orang paling dingin di dunia ini serta orang yang sangat ia rindukan. Tidak kalah dari Tony, Adler pun merasa ingin memeluk pria itu, pria yang sangat ia rindukan, pria yang terus bersarang di pikirannya. Saat itu mereka saling tatap seolah menyalurkan kerinduan masing- masing tetapi tidak lama setelah sepersekian detik Tony mengubah tatapannya menjadi tatapan dingin dan melanjutkan jalannya ke tempat duduknya. Ada rasa sakit yang timbul di hati Adler, tapi rasa sakit itu tidak sebesar milik seorang Anthony, ia sangat merindukannya tetapi hal tersebut terus membuatnya ingat akan luka yang ditinggalkan gadisnya itu- dulu.
Akhirnya meeting pun terus berlanjut, Pepper, sekretarisnya itu tahu kalau bos ny ini sedang tidak fokus, ia berusaha memahami setiap isi meeting ini dan mencatatnya untuk bosnya itu.
"Finally, akhirnya aku bisa segera keluar dari semua ketegangan yang terjadi di ruangan ini" batin Pepper ketika meeting ini akan ditutup. Meeting pun selesai semua orang sudah keluar kecuali dirinya, bosnya, dan wanita yang ia ketahui sebagai mantan kekasih bosnya itu, yang mengubah bosnya menjadi orang yang dingin dan terkesan kejam, tetapi Pepper masih bisa melihat kerapuhan hatinya, bosny itu masih duduk tidak bergerak di kursi nya sambil bertatapan dengan mantan kekasihnya itu, Pepper yang menyadari hal tersebut buru- buru mengangkat barangnya, melewati kursi bosnya untuk bergegas keluar, tapi baru dua langkah dari kursi bosnya, bosnya sudah menahan lengannya lalu tanpa berkata apapun merangkul pinggangnya dan membimbingnya menuju pintu keluar. Ketika sampai di ruangan bosnya, "Thanks you always save me" lalu berlalu begitu saja meninggalkan Pepper masih berusaha mencerna perlakuan bosnya itu, tidak bisa dipungkiri ia memang merasakan suatu debaran ketika berada di dekat bosnya itu. Tapi ia selalu berusaha menutupinya karena ia tahu ia hanya sekretarisnya dan lagi bosnya masih belum move on dari mantannya.
Masih dalam kebingungan tiba-tiba ia mendengar suara Tony "Aku akan pulang, aku sangat lelah, tolong kosongkan jadwalku selama seminggu kedepan"
KAMU SEDANG MEMBACA
Complicated Love
Ficção Adolescente"what do you think about love?" "pengorbanan, memaafkan, toleransi, menerima" "yeah that's true, that's love"