"Kau berhutang cerita kepadaku, Tone" Tony hanya melihatnya sekilas lalu segera mengalihkan pandangannya kepada orang yang baru saja masuk, ia memberikan tatapan bertanya kepada orang tersebut.
"Permisi pak, ada seseorang yang ingin bertemu dengan bapak, sepertinya ia sedang kesusahan dengan bisnisnya, sehingga ingin mencari bantuan dengan menawarkan kerjasama"
"Baiklahh, suruh saja ia taruh proposalnya di meja sekretaris saya, dan tolong minta dia untuk membatalkan semua jadwal saya hari ini"
Setelah itu orang itu keluar dan memberitahukan apa yang di suruh bosnya kepada sekretaris bosnya itu. Pepper yang mendengar hal tersebut sedikit kesal karena bossnya itu belakangan ini ering membatalkan jadwalnya sehingga ia kerepotan untuk merapikan jadwal bosnnya itu.
Tidak lama setelah itu bos yang membuatnya kesal itu keluar dari ruang kerjanya. "Anthony! Kenapa kau sering sekali kabur dari jadwalmu, kau sangat merepotkanku!" oceh Pepper. Robert hanya menatapnya dengan tatapan tidak suka karena ini tempat kerja dan sekretarisnya itu berani- beraninya mengocehinya, lalu ia berlalu pergi.
Kemana bossnya ini akan pergi pikir Pepper, akhirnya ia bergegas untuk merapikan barangnya dan segera membuntuti Tony, karena ia sangat-sangat penasaran kemana Tony akan pergi.
Di perjalanan Pepper menyadari kalau ini adalah ke arah rumah bossnya itu, Pepper berpikir keras apa yang membuat bossnya itu pulang ke rumah di jam kerja, dan terus membuatnya kerepotan karena harus terus mengatur ulang jadwal bossnya itu.
Sesampainya di rumah Tony, Pepper langsung masuk ke dalam rumah Tony tanpa permisi karena ia memang sudah biasa seperti itu. Lalu ia menemukan Tony sedang membuka sebuah kotak yang sudah usang, kotak itu adalah tempat perkumpulan para masa lalu Tony.
"Apa yang sedang kau lakukan? Duduk bersantai dan menyusahkan ku dengan membatalkan seluruh meeting dengan seenaknya? Apa kau sudah gila?"Pepper mengatakannya dengan emosi yang sudah meluap-luap.
"Dia adalah orang yang pernah kubenci, kemudian kucintai, dan kembali ku benci.." Tony mulai berbicara.
"Dia yang membuatku percaya akan cinta tapi dia juga yang menghancurkan kepercayaan tersebut" Tony kembali menjeda ucapannya, setiap orang yang mendengarnya berbicara saat ini seharusnya dapat merasakan adanya luka yang dalam di dalam diri Tony.
"Hanya dia yang mampu membuat ku bertekuk lutut kepada wanita, tapi dia pergi begitu saja dari hidupku. Ketika aku menunggu waktu yang tepat untuk menyatakan perasaanku, tapi nyatanya waktu yang tepat untukku tidaklah tepat untuknya, di hari aku ingin menyatakannya dia sudah menghilang dari hidupku." lanjut Tony
flashback on
"Dimana dia?"
"Aku sudah mencegahnya, tapi dia memaksa untuk tetap pergi" jawab Happy, Tony hanya menunjukkan ekspresi bingungnya itu
"Dia takut kau hanya mempermainkannya, dia takut hatinya jatuh terlalu dalam" Happy menjeda sebentar perkataannya "Dia tidak sepenuhnya salah, aku rasa dia hanya melindungi hatinya dari luka yang mungkin menghampirinya"
"Tapi aku bersungguh- sungguh terhadapnya. Aku benar- benar mencintainya." setelah sekian lama bergulat dengan pikirannya akhirnya Tony membuka suara
"Menurutku kau membuatnya menunggu terlalu lama, andai kau lebih cepat mungkin dia tidak akan ragu atas keserisusanmu itu" Happy memberikan pandangannya
flashback off
"Dan aku terus memikirkan kata- kata happy saat itu, bahkan ketika bertemu dengannya lagi aku merasa menyesal" begitulah Tony mengakhiri ceritanya kepada Pepper
"Aku kalah dengan keadaan ini" kata Tony dengan cengirannya yang khas di bibirnya
"Ternyata kau mempunyai hati seperti kapas, sangat halus hahahahaha" ucap Pepper diakhiri dengan tawanya yang garing. Ya garing karena itu adalah tawa yang sangat dipaksakan, memang benar tawa itu adalah tawa yang di dalamnya tersirat rasa sakit dan sedih.
Tony mulai peka terhadap sekitarnya saat ini, ia berpikir mengapa Pepper bisa tertawa sehambar itu, tapi ia memilih untuk acuh terhadap hal tersebut dan kembali sibuk dengan pikirannya sendiri, karena sesungguhnya pun ia masih ragu akan pilihan hatinya.
Pepper pov
Apa kamu begitu jauh dari gapaianku? Apa ada ruang dihatimu untukku menetap dan berlindung disana?
Aku rasa memang sudah tidak ada sedikitpun rasamu dan ruang hatimu untukku? Apa aku harus segera membuang segala persaanku untukmu?
Anthony pov
Cinta benar- benar rumit
Terkadang kamu terlihat begitu kentara , dilain sisi kamu bersembunyi entah dimana
Sulit mengetahui kapan kamu akan datang dan pergi
Karenamu kami begitu bahagia, tapi juga bisa membuat kami begitu terpuruk karenamu
Aku ragu... argh benar- benar memusingkan, mengapa aku haru terus memikirkan apa yang dikatakan oleh si kembar itu. Tapi apa benar yang dikatakan mereka? Padahal aku masih merasa perasaanku hanya untuk Adler, mengapa aku juga merasakan kenyamanan jika berada di dekat Pepper? Hati memang tidak bisa diajak bekerjasama, kumohon bekerjasamalah dengan baik denganku kali ini, agar kamu tidak akan terluka lagi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Complicated Love
Novela Juvenil"what do you think about love?" "pengorbanan, memaafkan, toleransi, menerima" "yeah that's true, that's love"