Unpredictable

38 4 2
                                        

Kejadian hari itu ternyata ada dua orang sahabat lama Tony yang juga menjabat sebagai sepupunya Larry Paul dan Paul Avery, anak kembar yang memiliki kemampuan membaca perasaan serta psikologi orang melalui mimik wajahnya. 

On that day, at Tony's mansion

Hari ini Tony mendapat kunjungan dari dua orang sahabat lamanya yang juga menjabat sebagai sepupunya, Larry Paul dan Paul Avery, anak kembar yang memiliki kemampuan membaca perasaan serta psikologi orang melalui mimik wajah.

Ketika Tony memasuki rumahnya, ia melihat atensi dua orang yang sedang menunggu kehadirannya. Ya, kedua anak kembar itu. "What are you guys doing in my mansion?" tanya Tony to the point. Bukannya tidak senang dengan kehadiran sepupunya tersebut hanya saja bagi Tony ini adalah hari yang sangat berat dan melelahkan. 

"relax, you don't have to ask us how we're doing."Jawab Larry "Why you won't to accept the fact, that you have already moved on to your secretary?", lanjut Avery langsung ke intinya. Tony masih bingung dengan topik apa yang dibiacarakan oleh saudara kembarnya itu, "We saw you in your office. You were aware, that we can read your expression like an open book, right?" kata Larry yang mengerti akan kebingungan Tony. 

"whatt ?!? Aku tidak menyukainya" elak Tony yang mulai mengerti arah pembicaraan mereka. "Baiklah, i understand that you're still not aware of your own feelings" Kata Larry, "Semoga kau cepat menyadari dan mengakui perasaanmu sendiri Ton, kasihan dia jika harus menunggu kamu dengan sangat lama" lanjut Avery, Tony hanya diam. "Kami akan pulang, jaga dirimu, dan jangan terlalu sering mabuk" Kata Avery, tanpa menunggu respon Tony mereka berdua sudah meninggalkan mansion itu. 

Apa aku benar jatuh kepadanya? Tetapi aku masih merasakan sakit, sakit yang diberikan oleh dia yang meninggalkanku. Apa sebenarnya luka itu telah terobati hanya bekas luka itu yang perlu ku lupakan? gumam Tony kepada dirinya sendiri. Arghhh sudahlah aku ingin ke lab ku saja, sejenak melupakan segalanya. 

In the same time, Pepper's side 

Ahh hujan lagi, gumam Pepper. Aku suka kamu hujan, suara kamu indah, kamu bisa mengerti persaanku. Sekarang setiap hari hujan, begitu juga dengan hatiku. Bumi membutuhkan matahari menghangatkannya, begitu juga dengan diriku yang memerlukannya untuk memelukku, menghangatkan hatiku. 

Entahlah aku menginginkan dirinya lebih dari apapun, kenapa kamu harus terus memikirkannya disaat aku adalah orang yang selalu ada di sampingmu? Tanya Pepper kepada dirinya.

Flashback one year before

Good morning sir, i am Pepper Potts, your new secretary. Huftt apakah dia bos yang baik? Aku menyapanya saja dia tidak membalas sapaan ku, benar- benar bos yang menyebalkan! 

"Ms. Potts tolong masuk ke ruangan saya, beritahu ada jadwal apa saja saya hari ini." ya itu suara dingin bosnnya yang baru saja ia umpat

Pepper masuk dan segera membacakan jadwal yang sudah dibuatkan oleh sekretaris sebelumnya ketika mengajarkannya untuk menjadi sekretaris yang sesuai dengan kriteria bosnya itu. 

Tetapi ketika ia selesai membacakan jadwal bossnya itu, ia tidak mendapat respon apapun dari bossnya, ia mulai berfikir apakah ia melakukan kesalahan di hari pertama ia bekerja? 

Ketika tak kunjung diberi respon oleh bossnya ia memberanikan diri untuk bertanya "Apakah saya melakukan kesalahan dalam menyusun jadwal ini pak? Saya hanya mengikuti langkah- langkah yang sudah diberikan oleh sekretasi bapak sebelumnya." Tapi bossnya itu tidak juga kunjung menjawab pertanyaannya, ia merasa panik dan mulai mengulang-ngulang kalimat sebelumnya di depan bossnya itu. Bossnya yang mendengar hal itu berulang-ulang kali mulai merasa terganggu, ia pun akhirnya merespon sekretarisnya itu "Sudah cukup. Tidak ada yang salah dari jadwal yang anda buat, dan sekarang tolong ambilkan saya wine di rak wine yang berada di dalam ruangan khusus saya, di sebelah sana." Tetapi bukannya segera mengambil wine yang diminta bossnya, ia malah lancang bertanya kepada bossnya "Untuk apa pak? Bukankah dilarang meminum minuman beralkohol di jam kantor?" "Dan bukankah saya adalah bossnya? Apakah saya tidak bisa membuat pengecualian untuk diri saya selaku founder dan CEO perusahaan ini?" lanjut bossnya, yang langsung membuat Pepper berfikir betapa ia sialnya hari ini. 

Detik berganti menit, menit berganti jam, jam berganti hari, hari berganti minggu, minggu berganti bulan, dan tidak terasa Pepper sudah 6 bulan bekerja di Stark Industries. Dan selama itu pula ia sudah semakin dekat dengan bossnya itu, ia berfikir bossnya tidak seburuk itu, hanya saja ia sering mabuk-mabukan yang membuat ia terus kerepotan, dan juga karena hal itu secara tidak sadar ia mulai jatuh dan jatuh terus ke pesona bossnya itu. 

Pada suatu pagi, Pepper masuk ke dalam ruangan bossnya untuk memberitahu apa saja kegiatan yang harus dilakukan bossnya seharian ini. Tetapi ia merasa ada yang aneh di dalam diri bossnya, ia merasa kejadian pagi ini mirip kejadian dimana hari pertama ia bekerja. Ia berfikir hubungan mereka diluar kantor sudah seperti teman sekaligus sahabat, tapi hari ini ia benar- benar merasa seperti tidak kenal satu sama lain, suara bossnya yang begitu dingin tetapi satu sisi ia juga mendengar suara parau bossnya, ia berfikir apakah bossnya ini sedang menangis, jujur saja ia belum pernah melihat ataupun mendengar bossnya ini menangis. 

Pepper berjalan mendekati Tony, lalu ia benar- benar dapat melihat dengan jelas bossnya itu menangis. Ia merasa bingung sekaligus khawatir,  "Are you okay?" bukannya menjawab Tony malah memeluk  dan menyembunyikan wajahnya di ceruk leher sekretarisnya sekaligus sahabatnya itu. Pepper dibuat semakin bingung akan hal itu, tetapi ia membiarkannya dan menunggu sampai Tony menceritakan apa yang terjadi. 

"Aku bertemu dengannya" hanya itu yang mampu Tony keluarkan, tetapi Pepper tidak dapat mengerti maksud bossnya itu karena selama ini Tony tidak pernah menceritakan hal-hal yang membuatnya sedih ataupun sakit, jika sakitpun ia tidak akan memberitahu Pepper hanya berdiam diri di rumah, dan Pepper akan datang ke rumahnya karena bossnya itu tidak masuk ke kantor. Karena ia tidak mau terus bingung ia segera bertanya "Siapa?" "Masa laluku" jawab Tony. "Lalu apa masalahnya? Sampai kau menangis seperti ini?" Pepper bertanya dengan sangat lembut. "Karena..." ketika Tony akan menjawab tiba- tiba ada suara ketukan pintu, Pepper pun langsung melepas pelukannya kepada Tony, dan masukklah masa lalu Tony ke dalam ruangan itu. Pepper pun segera pamit keluar, tetapi sebelum itu ia mengucapkan sesuatu kepada Tony dengan sangat- sangat pelan "..." 

Complicated LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang