~Tak Terduga

42 6 0
                                    

Tangan mungilnya membawa setumpuk buku. Rania berjalan sangat pelan untuk menjaga keseimbangannya agar buku-buku tersebut tidak jatuh.

"Cepetan dikit Ran, kapan kita sampai kalau jalan lo kaya gini?" ucap Dinda sahabat Rania.

"Duluan aja lo, gue takut bukunya jatuh," balas Rania.

"Jatuh diambil lagi, gitu aja kok ribet." Decakan kesal keluar dari bibir Dinda.

"Rasanya bakal beda," ucap Rania.

"Iya beda, karena lo tambahin merica," balas Dinda.

"Siapa bilang lo masak?" ucap Dinda.

"Ibuk kantin," balas Rania asal.

"Man----"

"Buruan jalan, capek nih tangan gue bawa banyak buku," ucap Rania.

"Lah, padahal dari tadi jalan lo yang kayak siput Rania," balas Dinda.

"Astagfirullah, anak manusia begitu menguji kesabaran," sambung Dinda mendramatis.

"Lo bukan anak manusia ya?" tanya Rania.

"Gak dengar gue," ucap Dinda.

"Amin, ucapan adalah do'a," balas Rania.

"Iyain aja," ucap Dinda mengalah.

Setelahnya tidak ada pembicaaraan. Rania tak menanggapi ucapan Dinda. Keadaan kembali hening. Koridor kelas pun masih sepi. Sebagian siswa/i ada yang masih memulai kegiatan belajar mengajar.

Rania kelas XI IPA 2. Saat ini kelasnya sedang jam kosong. Siswa/i kelas XI IPA 2 disuruh untuk membantu membawakan sebagian buku-buku baru ke perpustakaan.

Senyum terbit kala dirinya telah sampai di depan perpustakaan. Ia menyerahkan buku-buku tadi ke petugas perpustakaan untuk diletakkan di rak buku.

"Tangan gue capek." Rania duduk dibangku yang ada di depan perpustakaan.

Dinda mendudukkan dirinya di samping Dinda. "Manja sekali kamu."

"Iri tanda tak mampu," balas Rania.

"Mampu, bisaku menjagamu dengan semampuku,"

"Dih, gue masih normal," ucap Rania.

"Lo kira gue penyuka sesama jenis!" ucap Dinda ketus.

"Mungkin aja kan," balas Rania.

"Bego, gue masih normal ya." Dinda menonyor kepala Rania.

"Awsh---"

"Mampus," ucap Dinda.

"Gak sakit, tadi cuma sandiwara," balas Rania.

"Hidup lo penuh drama," ucap Dinda.

"Ngaca ya bund," balas Rania.

"Tidak perlu," ucap Dinda.

"Sangat perlu supaya hidup lo makin tertata," balas Rania.

"Iya aja, bicara sama lo gak ada habisnya," ucap Dinda.

"Kantin sekarang atau nanti?" sambung Dinda.

"Sekarang aja, nanti rame malah desakan." Rania bangkit dari duduknya meninggalkan Dinda.

"TUNGGUIN GUE INEM!" Dinda berlari menyusul Rania.

"Nama gue bukan Inem," balas Rania saat Dinda berada di sampingnya.

"Suka-suka gue dong," ucap Dinda.

"Gue gak suka!" balas Rania.

"Harus suka!" ucap Dinda.

NAGAZA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang