"Alex, jam 3 sore nanti, Ibu masih mengajar. Jadi, kalau kamu pulang duluan, jangan lupa kunci pintu." Manda menyodorkan kunci cadangan rumah pada anaknya.
"Pasti bu, lagipula, Alex bukan anak kecil. Alex pasti bisa menjaga diri," jawab Alex sambil mengunyah sandwich yang disiapkan Ibu.
"Hari ini, kamu kuliah jam berapa?" Ibu menyiapkan alat melukisnya. Untuk dipakai mengajar les melukis.
"Entahlah, hehehe." Alex nyengir
"Lho, kok bisa gitu?" Ibu tersenyum. Kemudian duduk di samping Alex.
"Kamu jangan kehilangan semangat belajar, ya. Masih ada Ibu di sini, meski tak ada ayah." Ibu memeluk Alex sebentar.
"Baiklah, Ibu pergi dulu ya. Jaga dirimu baik-baik." Ibu melambaikan tangan sebelum membuka pintu. Alex balas melambai. Kemudian Ibu pergi meninggalkan Alex sendiri di rumah.
Baiklah, Aku harus mencuci piring. Batin Alex. Ia kemudian melangkah ke bak cuci dan mulai mencuci piring
Dulu ketika masih kecil, jika sudah selesai makan, ayah dan aku akan membantu ibu mencuci piring kotor. Batin Alex lagi dalam hati.
"Semua ini, karena gadis bernama bintang!!!" Alex melempar sebuah piring ke tembok. Tak pernah Ia semarah ini, biasanya Ia akan menahannya dalam hati dan mulai membisu.
Tapi hati seorang manusia tetap punya rasa lelah. Alex sudah tak tahan dengan penderitaan yang dialaminya dan ibunya.
Ayah pergi begitu saja bersama seorang gadis yang telah mereka tolong. Entah untuk apa dan entah ada urusan apa. Ayah pergi tanpa menceritakan apa yang sebenarnya terjadi.
Ya, kejadian itu memang sudah lama. Ketika Alex masih berusia sepuluh tahun.
Maret, 2005
Seorang ibu dan anak laki-lakinya bermain kejar-kejaran di halaman rumah. Sementara itu, di teras rumah, seorang gadis dengan rambut sepunggung berwarna kecoklatan itu memperhatikan keduanya dengan tatapan kosong.
"Ibu, apakah aku harus mengajak kak Bintang bermain bersama kita?" Tanya Alex pada ibunya. Dijawab dengan anggukan sang ibu.
Alex kemudian menghampiri gadis yang sedang duduk di teras. Menarik tangannya kemudian berjalan bergandengan.
"Kak, ayo kita main!" Bintang tak merespon. Ia hanya menatap kosong ke dalam mata Alex.
"Sepertinya dia tidak mengerti" Sang ibu terlihat kecewa.
"Hei! Kalian masih menampung orang gila itu! Kenapa tidak dikirim ke rumah sakit jiwa, hahaha" Cemooh tetangga yang sedang lewat di depan rumah.
"Maaf, paman, tapi Kak Bintang bukanlah orang gila. Dia itu petualang luar angkasa. Kalau tidak percaya, lihat saja dinding rumah kami! Kak bintang melukiskan tata surya di sana ketika aku menanyakan di mana rumahnya!" Jawab Alex lantang
"Maafkan ucapan anakku, pak." Ibu terlihat menundukan kepala ke arah paman tadi.
"Ayo, kita masuk!" Ibu menggandeng tangan Bintang dan Alex ke dalam rumah.