5

828 150 7
                                    

Kuroo Tetsurou--Dia yang selalu ingin mendapat nilai terbaik


Hari ini adalah hari pertama liburan musim panas. Pembagian raport tengah semester ganjil sudah dilakukan dua hari yang lalu. Ketiga chilhood friends itu memutuskan berkunjung ke rumah Kuroo yang selalu tampak sepi.

Kuroo mengacak rambutnya kasar. [Name] dan Kenma yang melihat itu hanya bisa saling bertanya lewat tatapan. Kini ketiganya tengah berada di ruang tengah rumah Kuroo. Kenma dan [Name] sedang fokus memainkan stick controller PS saat pemuda berambut jelaga itu mengumpat kesal.

Kenma langsung terdiam, stick controller game-nya hampir saja terjatuh dari tangannya. Sedangkan [Name] yang sudah terlampau kesal langsung menaruh stick controller-nya kasar. Kemudian menatap sengit Kuroo yang masih menatap frustasi selembar kertas ditangannya.

“Tetsurou-san! Berhenti mengumpat! Kau menganggu konsentrasiku!!” pekik [Name] kesal.

Kuroo menulikan pendengarannya. Sang pemuda bernetra hazel masih sibuk mondar-mandir di ruang tengah. Kuroo pasti akan dicap sebagai gelandangan jika hoodie putih yang dilipat sampai siku, celana jeans, dan jam tangan merk ternama tidak melekat ditubuhnya. Karena—lihat saja rambutnya yang menjadi dua kali lebih berantakan akibat terlalu banyak diacak-acak.

Benci diabaikan, gadis berambut coklat kemerahan itu menarik kasar kertas digenggaman Kuroo. Mencari tahu apa yang membuat pemuda berambut jelaga itu tampak depresi. Tapi netra coklatnya tidak menemukan kejanggalan apapun yang bisa membuat orang frustasi. Hanya sederet huruf A sampai B+ yang ada pada kertas tersebut.

“Kenma, coba kau lihat ke sini,” panggil [Name]. Sang pemuda berambut sebahu menurut. “Apa yang aneh dari nilai tengah semester ganjil milik Tetsurou-san?”

Kenma mengobservasi raport milik Kuroo. Kemudian mengangguk paham. Ditunjuknya dua mata pelajaran bernilai B+.

“Semester kemarin, Kuroo mendapat A- dikedua pelajaran ini,” kata Kenma.

“…lalu?” balas [Name] tak paham.

“Yah, kau tahu sendiri bagaimana Kuroo,”

Sang gadis kembali menatapi nilai yang tertara. Keningnya mengerut heran. Sungguh, baginya tidak ada yang aneh dengan nilai sang pemuda berambut jelaga.

“Masih pintar seperti biasanya kok. Sangat memuaskan seperti biasa. Kenapa Tetsurou-san seputus-asa ini?” Mendengar ujaran [Name], Kenma menghela nafas.

“Nilainya turun,” kata pemuda itu.

Kuroo mengangguk cepat, dengan wajah yang seperti mau menangis, ia menunjuk-nunjuk horror kertas yang tengah dipegang [Name].

“Turun! dari A- menjadi B+! padahal aku sudah belajar keras meningkatkan nilai sejarah jepang dan bahasa inggrisku menjadi A di semester ini!” Kuroo merengek tidak jelas.

“Pokoknya aku mau lulus dengan hasil raport terakhir A sampai A+!!” tekad pemuda itu.

Ah, sang gadis berambut coklat kemerahan kemerahan lupa kalau Kuroo termasuk jajaran tiga besar pemegang rangking pararel seangkatan. Pemuda berambut jelaga itu memang sudah sangat ambisius sejak kecil. Prestasi akademiknya tak pernah kalah dengan prestasi non-akademik.

Bahkan sebenarnya, Kuroo adalah tutor yang bagus kalau pemuda itu lagi niat mengajar. [Name] dan Kenma sudah berkali-kali ditolong oleh sang kapten voli agar terhindar dari remedi.

[Name] dan Kenma saling berpandangan, kemudian menghela nafas bersamaan. Sifat Kuroo yang ini memang positif—sangat, malah. Tapi pemuda itu selalu berakhir sakit setelah mendapatkan nilai incarannya. Mungkin setelah ini [Name] dan Kenma akan bergantian memastikan Kuroo merawat diri.

"Kuroo, daripada kau mondar-mandir tidak jelas, sebaiknya kau memikirkan tentang persiapan training camp. Kau tahu kan kalau orang seperti Lev dan Yamamoto itu perlu diperingatkan dengan ekstra?"

Perkataan Kenma membuat Kuroo berhenti. Pemuda itu mengangguk mengiyakan. Ponsel touch screen miliknya di atas meja ruang tengah di sambar.

[Name] berdecak. Gadis itu mengerucutkan bibirnya. Kemudian menatap ke arah Kuroo yang kini tengah sibuk memainkan ponselnya.

"Tetsurou-san. Aku tak mau ikut mengurusi anak-anak yang susah diatur. Aku hanya akan datang dan membantu para manajer. Tidak ada yang lain," kata [Name].

"Iya-iya. Aku tahu kok," balas Kuroo.

[Name] dan Kenma kembali menekan tombol play pada PS. Memainkan game yang tadi sempat tertunda.

"[Name], kenapa kau tidak mau menjadi manajer Nekoma saja? Padahal kau juga ikut training camp musim panas sejak tahun lalu," kata Kuroo.

"Sudah kubilang kan. Aku tidak mau mengurusi klub voli. Kalian susah diatur. Bisa-bisa, nilaiku ikutan anjlok karena stress mengurusi kalian," ucap [Name].

Keheningan melanda. [Name] mengerutkan kening bingung. Tumben sekali Kuroo tak membalasnya dengan argumen atau tawaran lain. Sang gadis menoleh ke arah Kenma yang meliriknya. Sang pemuda berambut pirang kembali menghela nafas lelah.

[Name] berbalik menoleh ke arah Kuroo yang duduk di sofa belakangnya. Pemuda itu tengah menatap kesal ke arah sang gadis berambut coklat kemerahan.

"Kena--"

"JANGAN BAWA-BAWA TENTANG NILAI DONG!!"

Protesan Kuroo tak berhenti sampai di situ. Sang pemuda berambut jelaga kembali menggerutu dengan suara pelan yang terdengar seperti dengungan di telinga [Name].

"Sudahlah, abaikan saja,"

Kali ini sang gadis berambut coklat kemerahan menyetujui ucapan Kenma dan melanjutkan game-nya.

K--Aii : hnngg, sudah berapa aku menelantarkan work ini? 😭

I Know You - Kuroo x ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang