2.Hukuman

50 2 0
                                    

Happy reading.

Hari senin, hari keramat dan sakral bagi murid SMA Pelita. Dan yang paling para murid benci adalah Upacara. Selain kepanasan, mereka juga malas mendengarkan pidato Kepala Sekolah yang itu-itu saja, membuat pusing kepala dan berujung pingsan seperti para siswi.

Tapi kata pusing dan lelah tidak berlaku untuk kedua siswi yang baris dibelakang, siapa lagi kalau bukan Acel dan Gladys yang asik mengobrol. Entah apa yang mereka bicarakan, yang jelas mereka terlalu asik sampai tidak menghiraukan pidato dari Kepala Sekolah.

Acel dan Gladys memilih berbaris paling belakang agar leluasa mengobrol dan juga mereka tidak kepanasan karena terhalang dedaunan dari pohon. Mereka sengaja memilih tempat baris paling belakang, selain adem juga tidak terlalu di perhatikan oleh para anggota osis.

"Uh enaknya baris dibelakang, adem banget kena angin sepoi-sepoi," ujar Acel.

Acel melirik teman sekelasnya yang terkena panas matahari. "Kalian pasti kepanasan ya? duh kasian," sindirnya sambil tertawa.

"Kasian banget si teman-temanku. Sini aku kipasin," ejek Gladys seraya mengibaskan tangannya ke arah temannya yang kepanasan.

"Songong banget lo, itu juga awalnya tempat gue dulu," seru Diana nyolot.

"Yah tapi gue sama Acel yang dapet," timpal Gladys.

"Ih awas aja ya lo," gertak Diana.

"Iri bilang bos, palpalepalpale palpalepalpalepale." sorak Acel, sambil menggoyangkan pinggulnya kekiri dan kekanan yang diikuti Gladys.

Dari kejauhan ada Osis yang melihat kelakuan Acel dan Gladys.

"Heh kalian berdua yang lagi joget, bukannya dengerin Kepala Sekolah amanat, kalian malah asik-asik joget. Dimana sopan santun dan tata krama kalian hah?" tegur salah satu anggota osis yang bernama Arini Sumarni.

Mampus, batin Acel.

"A-ah i-itu kak kita lagi pemanasan kok biar ngga pegel. Iya kan Dys?" dalih Acel, sambil mengedipkan sebelah matanya ke arah Gladys.

Acel mengganti gerakannya ke gerakan pemanasan, yang langsung di ikuti Gladys

Gladys yang paham langsung mengangguk mengiyakan. "Iya kak bener kok yang dibilang temen saya."

Osis yang melihat itupun merasa jengah, memang adik kelas sekarang susah di atur menurutnya, dan suka sekali melawan.

"Selesai upacara, kalian temuin gue di depan Ruang Osis,,," matanya menelisik melihat ke arah name tag Acel dan Gladys, "Acellin Angela, dan Gladys Dysahara. Gue tunggu kalian, jangan sampe ngga dateng." ucapnya mengancam.

"Makanya jangan sok belagu, makan tuh hukuman," ejek Monik di sertai tawa puas Diana.

Acel mendekatkan wajahnya ke arah Monik dan Diana, lalu ia bersendawa. "Erghh, kenyang tuh makan hukuman."

Monik dan Diana segera menjauhkan diri dari Acel. "Anjir jorok banget si lo Cel."

Gladys yang melihat kelakuan Acel tertawa kecil.

"Gimana? Enak kan mulut gue bau surga," bisik Acel pelan seraya terkekeh.

Monik dan Diana segera menjauh dari Acel, kalo begini lebih baik ia baris di depan saja tadi juga. Segera mereka meninggalkan Acel dan Gladys yang masih tertawa.

Setelah satu jam lamanya, akhirnya upacara selesai. Para murid berhamburan keluar lapangan, ada yang menuju ke kantin untuk mengisi perut, ada yang duduk-duduk dibawah pohon, dan ada juga yang langsung ke kelas menikmati dinginnya AC.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 15, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DUDA GANTENGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang