Prolog

364K 8.9K 572
                                    

Kilau cahaya bulan menerpa wajah seorang anak laki-laki yang sedang duduk sambil memandangi sebuah pohon besar dengan daun yang rimbun di hadapannya. Di tangannya terdapat segelas jus jeruk yang menjadi minuman favoritnya, sementara di kanannya sang ibu mengelus kepala si anak laki-laki dengan lembut.

"ibu," panggil sang anak sambil mendongak ke arah sang ibu.

"ya, sayang?"

"apa ibu tahu bagaimana pohon ini bisa tumbuh di dalam istana?" tanya sang anak dengan wajah polos. Pipi bundar kemerahaannya membuatnya terlihat semakin menggemaskan. Apalagi matanya yang besar dengan bulu mata super lentik.

"ceritanya cukup panjang, apa kau yakin ingin mendengarnya sekarang?"

Sang anak berpikir sejenak. "apa ibu tidak bisa membuat ceritanya dalam versi pendek?"

Mendengar hal itu, sang ibu tertawa. Satu lesung pipi muncul setiap kali ia tersenyum dan tertawa, lesung pipi itu juga yang diwarisinya kepada putranya.

"baiklah, ibu akan mencoba menceritakan keseluruhan ceritanya dengan versi singkat," ujar sang ibu sambal mengelus puncak kepala sang anak.

Ratusan tahun yang lalu, hiduplah seorang raja dan ratu yang tinggal di kastil ini. Raja dan Ratu itu sangat disayangi rakyatnya. Mereka menaruh kepedulian yang tinggi pada siapapun dan memimpin kerajaan dengan adil dan bijaksana. Rakyat hidup sengan sejahtera tanpa kekurangan apapun. Ladang digarap dengan baik, panen yang selalu melimpah, hasil kebun dan laut yang tak pernah mengecewakan, membuat semuanya hidup berbahagia.

Kebahagiaan mereka adalah salah satu hal yang membuat iri kerajaan lain.

"memangnya ada berapa kerajaan di negeri ini, ibu?"

"nanti kamu akan belajar mengenai hal itu lebih jauh saat bersekolah, ya?" sang ibu tersenyum lembut. "sekarang apa ibu boleh melanjutkan ceritanya?"

Sang anak mengangguk dengan semangat.

Kerajaan ini juga menginginkan tanah mereka, tanah yang subur, tanah yang bisa ditanami apa saja. Mereka juga menginginkan letak strategis kerajaan ini yang berada di dekat laut, di tempat dimana ikan-ikan berkembangbiak dengan cepat. Mereka menginginkan pengajar yang berasal dari kerajaan ini, pelajar yang pintar, yang tahu mengenai sejarah, untuk menjadi pengajar mereka.

Pengajar yang mengajar para bangsawan di kerajaan ini telah berkelana ke tempat yang tidak pernah siapapun kunjungi sebelumnya. Ilmu yang mereka miliki telah diwariskan secara turun-temurun. Tak ada pengajar lain yang sepintar pengajar yang kerajaan ini miliki.

Maka dimulailah peperangan yang berlangsung selama berhari hari lamanya. Kerajaan ini tentu menyiapkan pasukan khusus dengan kemampuan bertarung tiada tanding. Kerajaan telah menyiapkan benteng kuat yang menahan pasukan kerajaan lain untuk menyerang kerajaan ini. Kerajaan telah menyiapkan orang-orang terkuat untuk membantu para prajurit perang mengatasi serangan-serangan yang terus dilancarkan.

Namun sayang, pasukan itu terlalu kuat, prajurit mereka takbada habisnya sementara kian hari pasukan kerajaan ini semakin berkurang. Banyak anak muda yang berada di desa ikut turun padahal mereka hanya memiliki keahlian bertarung seadanya. Mereka mengorbankan nyawa demi keselamatan kerajaan ini. Sementara sang ratu dan anak mereka yang baru berusia tujuh tahun bersembunyi di dalam ruang rahasia istana Bersama dua orang prajurit dan seorang pembantu kerajaan.

Raja terus melawan, tidak sedikitpun semangatnya putus untuk mempertahankan kerajaan yang telah ia bangun dengan susah payah. Pertarungan berlangsung ber jam-jam, menghabiskan energi kedua raja itu dengan cepat. Tidak ada yang mau mengalah. Sampai akhirnya prajurit pertahanan semakin menipis, dan raja terdesak untuk menyerah. Celakanya, prajurit penyerang menemukan tempat persembunyian ratu dan anaknya. Mereka digiring keluar menjadi tawanan yang diancam untuk dibunuh apabila raja tidak juga menyerahkan tahtanya saat itu.

"menyerahlah, atau mereka mati." Sang penawan menarik paksa tangan ratu. Untungnya sang pangeran berhasil melarikan diri lebih dulu sebelum tertangkap. Ratu menahan gerak penyerang sehingga pangeran dan ajudan raja memiliki waktu untuk pergi.

Genggaman Raja pada pedangnya yang sebelumnya erat mulai mengendur. Sungguh pilihan yang sulit untuk diambil. Rakyatnya, atau keluarganya.

Untuk sejenak, raja dan ratu saling menatap. Ratu mengangguk pelan, jelas ia tahu raja tidak boleh mempertaruhkan rakyatnya demi apapun.

Tanpa ragu, ratu mengambil belati yang ada di dekat penawannya dan menusuk dirinya sendiri. Raja kembali bertarung, walaupun setengah jiwanya kini telah terbaring di lantai ia tidak gentar. Ribuan rakyatnya harus tetap ada dalam perlindungannya. Setitik air mata jatuh ketika ia tertusuk oleh pedang lawan, dengan sisa energinya, ia memanfaatkan lawannya yang sedang lengah untuk memberikan serangan terakhir yang akhirnya berhasil mengalahkan pemimpin pemberontak istana.

Darah raja dan ratu bertemu di titik ini. Sang ibu menunjuk sebuah titik ditengah ruangan, dimana pohon itu tumbuh.

Percikan keemasan mulai muncul sedikit demi sedikit lalu semakin banyak seiring hembusan angin yang kuat datang entah dari mana. Pusara debu keemasan memenuhi ruangan dan melukai para pemberontak yang masih tersisa. Mereka terdesak keluar dengan tumpahan debu keemasan terus bertambah. Bagaikan kutukan yang dibuat tanpa batas waktu, dalam sekali hentakan, boom! Debu itu membuat siapapun selain rakyat kerajaan berubah menjadi patung, tak berselang kubah transparan terbentuk mengelilingi kerajaan ini. Kubah itu menjadi pelindung negeri sampai saat ini.

"jadi begitulah ceritanya kenapa pohon ini bisa tumbuh di dalam kastil,"

"berarti pohon ini pohon ajaib, Bu?"

Sang ibu mengangguk. "rakyat kerajaan menganggap bahwa itu adalah pengorbanan terbesar dari Raja dan Ratu yang mereka cintai, memberikan perlindungan bahkan setelah mereka tiada."

"boleh aku tahu kerajaan apa yang menyerang kerajaan ini waktu itu?"

"kau benar-benar ingin tahu?"

Sang anak duduk tegak. "ya, ibu. Aku rasa aku tidak akan bisa tidur nanti malam menahan rasa penasaranku jika ibu tidak memberitahuku."

Untuk sejenak ibu tampak bimbang. Tidak ada yang bisa menyebutkan nama kerajaan itu dengan lantang selama ini. Lebih karena tidak ada yang ingin diingatkan tentang kisah kelam yang telah terjadi dua ratus tahun silam. Duka yang semua orang miliki masih terasa dan membayang sehingga mereka memilih untuk tidak menyebutkan nama kerajaan itu.

Seseorang yang beberapa saat lalu masuk ke ruangan tanpa diketahui keduanya kini melangkah mendekat. Sang ibu dan anaknya menoleh terkejut, namun tersenyum ketika menyadari bahwa yang datang adalah Raja.

"anakku.. kerajaan itu adalah kerajaan bayangan."

~

Halo semua!

Prolog ini jujur masih mentah, sebenernya bukan ini yang Fal rencanain untuk jadi prolog, tapi last minute execution akhirnya ini yang Fal rasa lebih cocok jadi prolog TGT 1. Maaf telat sehari ya readers. Semoga suka! Kritik dan saran sangat diterima.

Have a great day!

xx

Fal

The Golden Tree 1 : HUNTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang