Part 2🕧

100 15 8
                                    

Aruto sampai pada sebuah rumah mewah dan besar,bahkan halamannya bisa diperkirakan seukuran dengan rumah-rumah biasa dan itu belum cukup sampai taman belakang.

Seorang satpam segera membuka gerbang dan Aruto pun masuk dan memarkirkan mobil nya di garasi,lalu ia pun masuk kedalam rumah tersebut.

"Assalamualaikum" ucap Aruto saat membuka pintu.

Tak ada jawaban,namun beberapa saat kemudian ada seseorang datang dari arah dapur.

"Waalaikumsalam" ucap seorang pembantu.

"Mama kemana bi?" tanya Aruto pada bi Wati.

"Ibu lagi ke butik,katanya mau ngurusin klien,pulangnya pulang katanya" jelas Bi Wati.

Aruto hanya mengangguk-angguk pelan,lalu ia segera menaiki tangga menuju kamarnya.

Saat sampai,ia langsung membuka pintu dan melepas sepatunya dan menaruh tas nya di meja belajarnya,lalu ia berbaring di kasur,ia merasa ada yang aneh dari dirinya saat ini.

"Kayanya ada yang salah" gumamnya menatap plafon kamar.

Lalu ia memejamkan matanya dan berharap rasa menggebu dalam dirinya saat ini hilang,tak biasa nya ia seperti ini.

Lain dengan Azu yang sedari tadi masih memikirkan kejadian saat Aruto,cowo paling tampan dan cuek di sekolah mengantar dirinya pulang.

Ia sempat merasa heran dengan tingkah lelaki itu,padahal ia baru saja bertemu,namun rasa nya ia sudah mengenal laki-laki itu.

Azu pergi keluar kamar nya lalu turun menuju dapur untuk membuat segelas susu.

Ia segera membuat nya,sesekali ia melirik sekitar,tampak sepi,karna hanya ada dirinya dan ayahnya yang tinggal disana.

Samar terdengar oleh nya suara mesin mobil terparkir di halaman rumahnya,ia yakin pasti ayahnya.

Dan benar saja,sudah ada ayahnya dan istri barunya,bukan,lebih tepatnya istri kedua karna ayahnya menikah lagi saat ibunya masih hidup.

Ada rasa benci saat melihat ayah dan ibu tirinya itu datang kerumah ini,namun hanya bisa ia tahan karna rumah ini punya ayahnya,dan itu haknya.

Azu segera melintas melewati mereka untuk naik ke dalam kamarnya,namun terhenti saat ayahnya berkata sesuatu yang menyakitkan.

"Kamu nggak punya sopan santun?!" celetuk ayah Azu dengan sedikit nada ditinggikan.

Azu segera menoleh pada ayahnya yang terlihat emosi,lalu ayahnya melanjutkan kalimatnya.

"Salim atau apa kek sama ibu kamu,ini mah malah dilewatin aja,dasar anak gak tau adab!" sontak Azu tergores hatinya saat mendengar ayahnya berkata seperti itu.

"Kenapa diam?!" bentak Erlan pada Azu.

"Udah mas jangan emosi terus,dia kan anak kamu" ucap Erika disamping Erlan.

"Dia anak kamu juga,kalau dia seperti ini terus sama kamu,aku nggak terima" balas Erlan pada Erika dengan emosi yang di alirkan.

Azu hanya terdiam,lalu saat melihat Erlan kembali menatap nya serius,azu segera mendekat pada Erika dan mencium punggung tangan Erika.

"Gitu dong jadi anak,jangan malah durhaka" ucap Erlan lagi.

Hati Azu semakin remuk,lalu ia langsung melenggang pergi menuju kamarnya dan menangis.

Ia tak tahan seperti ini,ayahnya seperti sudah tak menganggap nya lagi sebagai anak,mungkin ini juga yang membuat ibunya depresi lalu terkena struk parah sampai nyawanya hilang.

You're My Lost DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang