"Kalo hubungan kita bukan sekedar teman kelas gimana? Lo mau?"
¤¤¤
Dua hari menjadi murid kelas dua cukup melelahkan bagaimana tidak baru selesai pembelajaran guru-guru sudah minta beberapa catatan pembelajaran untuk bab pertama, mana semua harus dikumpulkan pada saat pertemuan kedua. Sia merenggangkan badannya yang terasa kaku, ia melihat kelas yang mulai sepi sejak bel pertama berbunyi tadinya ia diajak Sarah untuk kekantin namun ia menolak karena terlalu malas mengerjakan tugas dirumah jadi ia mengerjakan dengan cepat disekolah. Pandangannya tertuju pada punggung lebar Amar, lelaki itu menelungkupkan kepalanya diatas meja earphone yang terpasang ditelinga membuat ia seperti terlelap dalam tidurnya.
Namun belum sempat Sia berbalik, badan tersebut sudah tertegak. Sia membalikan badannya dengan wajah panik, tangannya kembali mengambil pena lalu mencatat.
Kenapa harus ketauan terus sih?! Mati gue, pasti dia bakal mikir aneh-aneh.
Suara decitan kursi dari sebelahnya membuat Sia menoleh, Amar sudah berada disebelahnya tatapan sayu seperti orang yang baru terbangun itu menatapnya. Sia mengalihkan pandangannya kembali, lalu mengutuk dirinya yang selalu bertindak tidak sesuai.
"Rajin banget nyatat, hasil lo gabakal dinilai juga lagi." Suara berat itu membuat aksi menulisnya berhenti. "Alyssia? Alis? Nama panggilan lo Alis?"
Mata Sia menatap bukunya yang sudah diberi nama. Ia menoleh kearah cowo disebelahnya yang menatapnya dengan pandangan bertanya.
"Gausah kepo!" Peringatnya, lalu membalikan bukunya dengan cepat.
"Emang salah teman sekelas pengen tau nama temennya?"
"Gasalah. Buat lo, terkecuali!"
"Lo gini bukan deg-deg an kan karena ke gep dua kali merhatiin gue?" Pertanyaan itu membuat Sia kembali meruntuki dirinya. Suara tawa kecil dari lelaki itu membuat Sia benar-benar seperti orang bodoh. "Santai aja, gue udah biasa diperhatiin sama cewe-cewe lain."
Mendengar itu Sia menoleh cepat.
"Maksud lo, gue sama gitu kaya cewe-cewe yang kagum sama lo? Dih, gausah ge-er!" Ucapnya dengan kesal.
Sia bangkit dari duduknya. "Minggir!"
Setelah Amar meminggirkan kakinya, Sia bergerak keluar lebih tepatnya menuju tempat Sarah terlalu lama bersama Amar entah mengapa membuatnya panik serta malu.
Bukannya menjauh Amar malah mengikuti langkah Sia yang entah akan bertujuan kemana.
"Nih orang maunya apa sih?!"
Sia berbalik dan menatap sengit Amar yang kini berdiri beberapa meter dari tempatnya. Amar menatap Sia dengan bingung, "kenapa muka lo kaya gitu?"
"Lo gapunya temen ya?" Entah mengapa pertanyaan itu muncul begitu saja dibenaknya.
Amar tampak berpikir sejenak, "punya, Biru."
"Kenapa mau tuh orang berteman sama lo," ucap Sia berbisik.
"Ah iya, sama satu lagi. Alyssia Dian."
Amar tersenyum lebar, sepertinya tampak sangat bahagia ketika melihat wajah terkejut Sia. Bahkan lesung yang berada disudur bibirnya nampak jelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello, Regret
Teen FictionAlyssia Dian tidak pernah mengenal sosok Amar Juandi. Bahkan mengetahui dia sekolah disini saja tidak, apa semonoton itu masa sekolahnya? Sampai akhirnya, ia dan lelaki itu berada diruangan yang sama dan sejak saat itu ia mengetahui siapa Amar-Amar...