Nafas Kinara terengah-engah setelah keluar dari kamar Rahsya. Padalah hanya berlari tidak sampai sepuluh meter. Tapi beruntung Kinara tadi bisa menghindari Rahsya, kalau tidak bisa habis ia dihajar Rahsya dan uang yang tadi didapatnya bisa kembali diambil balik. Salah Kinara sendiri sih memang.
Beberapa menit kemudian setelah dirasa aman, Kinara kembali ke depan kamar Rahsya. Kali ini Kinara melakukannya dengan sopan, dia mengetok pintu karena kali ini pintunya tertutup.
"Tok tok tok"
"Kak Rahsya. Bukain pintunya dong." pinta Kinara.
"Tok tok tok"
"Kaaak, maafkanlah adikmu yang malang ini," ucap Kinara lembut dari balik pintu.
"Kak Rahsya, bukain!" teriak Kinara menggedor-gedor pintu.
Tidak ada jawaban, Kinara mencoba membuka knop pintu karena sejak tadi belum dicoba.
"Klek"
Kinara sedikit terkejut saat tiba-tiba saja pintu dapat dibuka. Ternyata sejak tadi pintunya tidak terkunci.
Kinara menghela nafas. 'Sia-sia gue, teriak-teriak nggak jelas' gumamnya.
"Kak," ucap Kinara memasuki kamar.
"Apa!?" ujar sinis Rahsya tanpa menatap Kinara. Dia masih fokus menatap layar didepannya.
"Santai bos, santai. Kan udah minta maaf."
"Hmm, terus ngapain kesini?" tanya Rahsya. Kinara tersenyum.
Ini salah satu alasan Kinara paling suka dengan Rahsya. Karena senakal-nakal dan sebab koq jahilnya dia, Rahsya pasti dengan cepat memaafkan Kinara dan melupakan kejadian itu. Kakaknya ini orangnya bisa diajak bercanda dan tidak seperti kakaknya yang lain, yang terlalu serius dan galak.
"Kak Rahsya," panggil Kinara lembut. "Kakak gue yang paling ganteng, paling pinter, paling uwu deh pokoknya...."
"Pasti ada maunya kan lo. Nggak usah puji-puji gue, nggak bakal mempan buat gue." sela Rahsya tanpa merubah posisi duduknya. Rahsya merasa malas untuk menghadap Kinara.
Rahsya tau pasti adiknya itu ada maksud tersendiri jika sudah mengeluarkan kata-kata pujian seperti itu.
Sedangkan Kinara hanya nyengir lebar saat Rahsya mengatakan itu. Kakaknya ini tau saja maksud kedatangannya.
"Pinjem laptopnya dong?" ujar Kinara.
Sebenarnya Kinara sudah minta dibelikan laptop, tapi hingga saat ini dirinya belum juga dibelikan. Padahal itu barang yang dibutuhkan Kinara untuk mengerjakan tugas-tugasnya. Akibatnya Kinara harus meminjam pada kakaknya. Dan entah kapan dirinya akan memiliki laptop sendiri.
"Ogah." tolak Rahsya cepat.
"Plis kak pinjemin dong, mendesak ini, tugasnya tuh dikumpulin besok,"
"Ogah,"
"Yaudah kalo nggak mau, gue aduin ke Kak Aqil loh." ancam Kinara ketus membawa-bawa nama kakaknya.
"Sono kalo berani, pasti lo yang kena omel balik." Kinara diam sejenak, menghela nafasnya saat mendengar jawaban Rahsya. Nyali Kinara menciut jika teringat bagaimana seramnya Aqil jika sedang marah.
Kinara menempelkan kedua tangannya didepan dada, seperti orang yang sedang memohon. "Plis kak pinjemin dong. Penting ini,"
"Ogah." tolak Rahsya ketus, tapi detik berikutnya ia tersenyum, terlintas pikiran untuk menjahili Kinara. Rahsya lalu memutar kursinya agar menghadap Kinara. "Gue bakal pinjemin kalo lo bisa ambil ini dari gue," ucap Rahsya menyodorkan laptop ke arah Kinara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kinara
Teen FictionKinara anak bungsu dari empat saudara. Ia anak paling cantik dikeluarganya. Tentu saja begitu, semua kakaknya berjenis kelamin laki-laki. Hidup dikelilingi oleh laki-laki yang berwajah tampan dengan sifat yang berbeda-beda. Menjadikan ia jauh dari...