Part 3

1 1 0
                                    

Setahun berlalu sejak kata sah yang cukup menyakitkan bagi Duta berkumandang. Dia berusaha keras untuk melupakan bayang Anggi yang sudah berakar terlalu dalam di hatinya. Namun, tetap saja rasa cinta itu tertanam rapi, dan sangat sulit dicabut.

Lelaki itu memilih serius dengan bandnya. Hanya dalam setahun, dia membawa Clever Band menjadi salah satu band yang diperhitungkan di Indonesia. Apalagi dengan tampang Duta yang lumayan tampan, membuat para fans semakin terpesona. Personil-personil tampan, suara bagus, pintar bermusik, membuat band mereka semakin diidolakan. Hampir tiap hari banyak kegiatan yang harus mereka jalani. Walau rontok seluruh badan, Duta, Tio, Budi, Irwan, dan Setyo tersenyum bahagia. Mimpi sedari sekolah kini telah terwujud nyata.

Dalam setahun Duta sudah berganti kekasih tiga kali, semua kekasih-kekasihnya adalah model-model dalam video klipnya. Entahlah … sudah beberapa kali berganti, seakan sosok Anggi tak mampu terganti.

"Iya, bentar lagi harus tampil acara jumpa fans. Ini lagi di Surabaya." Duta sedang asyik berbicara melalui telepon genggamnya.

"Hati-hati. Banyak berdoa moga semua lancar," nasehat Erna selalu setiap Duta menghubungi.

Sudah sejak setahun lalu, Erna selalu setia mendampingi. Walau jarak jauh, tetapi komunikasi mereka selalu lancar. Berawal dari tangis Duta saat mendengar jika sang kekasih telah resmi dimiliki lelaki lain, Erna menjadi tempat sampah Duta dalam masalah apapun.

"Iya, ya udah aku mesti tampil dulu di panggung. Nggak nyangka ternyata udah waktunya untuk tampil. Assalamualaikum."

"Walaikum salam." 

Erna menjawab salam yang tidak mungkin terdengar di telinga Duta, karena lelaki itu telah menutup teleponnya secara sepihak.

Clever Band tampil begitu memukau di hadapan para fansnya. Duta dan teman-teman banyak bercerita suka duka mereka sejak band berdiri. Setelah lelah bercuap-cuap, akhirnya tiba saatnya seluruh personil memberikan tanda tangan kepada para fans.

Mereka semua mengantri dengan rapi sambil membawa poster atau majalah tentang sang idola. Ada juga yang menggunakan buku tulis untuk mendapatkan tanda tangan dari band kesayangan.

Duta dan teman-teman lumayan lelah karena acara yang dilakukan oleh managemen tempat mereka bernaung sangat meriah dan berakhir dengan sangat sukses. Walau badan remuk, mereka bisa tersenyum bahagia karena sudah memuaskan para fans yang mengangkat nama band menjadi grup yang cukup diperhitungkan di dunia musik.

Setelah berjuang keras keluar dari gedung acara, akhirnya seluruh personel Clever Band berhasil kembali lagi ke hotel. Sungguh ternyata menjadi terkenal walaupun menyenangkan kadang melelahkan juga, apalagi kalau harus ketemu fans rese. Bibir harus tetap tersenyum, padahal hati begitu dongkol.

"Loe ganti pacar lagi, Ta? Perasaan baru kemarin jalan sama Tia, tiba-tiba udah ganti jadi Ariska?" tanya Setyo terkejut.

Dulu Duta adalah lelaki yang jarang sekali peduli dengan yang namanya perempuan. Dia hanya peduli dengan Osis dan band. Bahkan saat sang vokalis mengenal cinta, kesetiaan kepada Anggi benar-benar teruji.

Dahulu, Duta tidak pernah berusaha tebar pesona kepada kaum hawa walau tampangnya masuk menjadi salah satu cowok most wanted di sekolah. Satu band memang semua memiliki wajah yang cukup diperhitungkan, tapi hanya Duta yang paling mencolok dari mereka semua.

"Iya, yang kemarin putus, bosen banget. Gaweannya ngerecokin gue Mulu. Telepon kagak berhenti, ya mending gue putusin," jawab Duta santai sambil mengangkat telepon tersebut dan meninggalkan Setyo.

"Karena kamu cuma sibuk nyari sosok perempuan sempurna seperti Anggi, Ya, membuatmu lupa kalau tidak akan ada anggi kedua selamanya." gumam Setyo trenyuh melihat nasib Duta.

"Hallo … kenapa, Sayang?" tanya Duta setelah menjauh dari Setyo.

"Kamu kok dari siang nggak hubungin aku, Sayang. Aku tahu kamu sibuk, tapi kalau kirim kabar sebentar bisa, 'kan?" cerocos Ariska.

Duta menghela napas lelah. Dia teringat jika tadi siang lebih memilih menghubungi Erna karena teringat Anggi daripada Ariska.

Duta mengacak rambutnya frustrasi, kenapa selalu Anggi dan Anggi yang dia pikirkan? Kenapa sulit sekali melepas bayangan mantan kekasihnya itu? Padahal dia tahu pasti jika sekarang dia tidak berhak memikirkan isteri orang. Namun, wajah dan semua kenangan selalu terbayang walau sudah dilarang.

Erna berusaha fokus pada keterangan dosen di depan kelas. Fokusnya cukup terganggu saat di kantin kampus dia melihat di televisi yang sengaja dipasang di tempat makan yang murah itu untuk menghibur para mahasiswa yang datang, justru sedang menayangkan gosip tentang Duta.

Duta kembali menggandeng perempuan yang berbeda, padahal beberapa hari yang lalu, dia masih berhubungan dengan artis yang bernama Tia. Namun, kabar kembali berhembus, kini dengan Ariska.

Dada Erna begitu nyeri melihat perubahan Duta yang begitu signifikan. Siapa yang menyangka, lelaki yang dulu membuat kagum para kaum hawa, yang walaupun berwajah sangat tampan, tapi begitu setia terhadap pasangan, kini berubah menjadi seorang playboy yang begitu dinikmati bahkan ditunggu berita-beritanya.

Betapa beruntungnya Anggi, begitu dicintai oleh Duta, hingga perpisahan mereka begitu menghancurkan pria itu, pria yang diam-diam namanya selalu Erna selipkan di doanya saat sepertiga malam. 

Lamunan Erna buyar kala mendengar salam perpisahan dari dosen yang mengajar. Untung saja aksi melamunnya kali ini tidak dipergoki oleh siapapun di dalam kelas.

Erna melangkah keluar kelas dengan lunglai. Fisiknya memang lelah, tapi hatinya jauh lebih lelah. Dia memutuskan untuk beristirahat di kantin sekalian mengisi perut yang sedang keroncongan.

"Bu, soto sama es teh satu ya." Erna memesan makanan begitu sampai di kantin.

"Siap Neng Erna. Tunggu sebentar,"kata ibu kantin.

Erna mengangguk, dan melangkah menuju meja yang kosong.

Dia menikmati santap siang dengan nikmat. Soto adalah salah satu makanan favoritnya, apalagi harganya lumayan murah untuk kantongnya.

Saat asyik menikmati makan siangnya, handphonenya berdering. Ternyata sang ibu yang menghubungi. Tanpa menunggu lama, dia segera mengangkat telepon tersebut.

"Assalamualaikum, Bu." Erna mengucapkan salam pembuka Seperti biasa.

"Walaikum salam. Gimana kabarmu di sana, Nak?" tanya sang ibu terdengar begitu kuatir.

"Alhamdulillah sehat, Bu. Kenapa ini tumben menghubungi siang-siang? Biasanya malam, Bu."

"Ini, Bapakku kayaknya ada rencana mau jodohin kamu sama anak Pak Lurah yang baru datang dari kota. Dia teman kecilmu si Sapto. Sekarang sudah sukses lho, Nak orangnya. Makanya Ibu kasih tahu biar kamu nggak kaget. Kayaknya Sapto setuju juga dengan perjodohan kalian." 

Sang ibu menjelaskan dengan menggebu-gebu, tanpa tahu jika putrinya sangat syok dengan penjelasan ibunya, bahkan handphone di tangan Erna hampir terlepas karena sangat terkejut dengan kabar dari kampung.

"Sepertinya doaku untuk bersanding denganmu, hanya akan menjadi mimpi, Ta," gumam Erna.

Tbc








Saat Jodoh telah DitentukanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang