Part 1

6 2 0
                                    

"Duta maafkan aku. Keluargaku tetap tidak merestui hubungan kita." Anggi menggenggam telapak tangan Duta erat. 

Genggaman tangan yang seharusnya membuat Duta bahagia, justru berujung pilu. Karena genggaman tangan tersebut adalah genggaman tangan pertama Anggi sekaligus yang terakhir. Duta dan Anggi telah lulus sekolah sejak dua tahun lalu. Setahun setelah lulus, Duta memutuskan merantau ke Jakarta setelah demo kaset anggota band yang dia pimpin mendapat panggilan dari salah satu perusahaan rekaman.

Duta tidak pernah menyangka, ajakan Anggi untuk pulang kampung, dan bertemu di taman kota, tempat mereka dulu sering bertemu, justru berakhir menyesakkan. Anggi datang bersama Erna, sahabatnya sejak masih sekolah. Sejak awal berpacaran dengan kekasih tercinta, Anggi selalu membawa Erna, ketika bertemu dengannya. "Bukan mahram." Selalu itu katanya, jika ditanya. 

Selama ini, mereka benar-benar berpacaran secara sehat. Bagi Anggi bersentuhan dengan lain jenis adalah dosa besar yang sebisa mungkin harus dihindari. Apalagi orang tua Anggi yang juga pemilik sebuah pesantren sekaligus memiliki keturunan Habib,  selalu mewanti-wanti agar Anggi tetap mentaati jalur agama, serta berkelakuan sesuai perintah Islam.

Setiap Duta mengantar Anggi kemanapun dengan kuda besinya, Duta harus puas dipisahkan oleh tas punggung, dengan tangan Anggi berpegangan dengan besi yang berada belakang. Walau begitu Duta tetap bahagia, cintanya semakin bertambah, dan bersumpah menjaga kesucian Anggi sampai mereka halal. Namun, kisah indah mereka harus dihentikan secara paksa karena takdir.

Netra Anggi berubah arah menatap Erna, sahabatnya. Telapak tangan gadis manis itu, ia letakkan di atas telapak tangan Duta. Mata Duta dan Erna terbeliak terkejut. "Tolong … jaga Duta untukku. Walau raga kami tak mampu bersatu, tapi cinta ini hanya untuknya."

"Maksud kamu apa, Nggi?" tanya Duta tidak habis pikir.

"Maafkan aku tidak bisa menepati janji untuk bersatu di pelaminan. Aku berharap, Erna bersedia menggantikan posisiku menjadi kekuatanmu kelak," ucap Anggi sambil mengusap air mata di pipi. Anggi menyerahkan sebuah undangan ke tangan mereka berdua, dan berlari menjauh tanpa berkata apapun lagi.

Sepeninggal Anggi, aliran sungai membentuk di pipi Duta. Sungguh hatinya retak berkeping kini. "Apa harus seperti ini akhir untuk kita berdua Nggi. Sakit, saat perjuanganku harus terhenti sampai di sini.," guman Duta terluka.

Pelan tapi pasti, Duta melepaskan tangan dari genggaman Erna. "Maafkan aku yang membuatmu terbeban, Er. Sungguh bukan ini yang kumau. Maaf kamu harus terlibat dengan permasalahan kami." 

Air mata tidak mau berhenti mengalir walau diusap berkali-kali oleh Duta. Waktu seakan berhenti seiring kepergian Anggi dari hadapannya. Tanpa perlu membaca undangan yang kini berada di tangan, dia tahu, jika nama Anggi tertera di sana.

"Maafkan aku, Duta. Aku sudah berkali-kali mencoba membantu kalian, tapi … semua tidak dapat dielakkan. Semua tidak ada yang mampu merubah keadaan ini," ucap Erna pilu.

Erna adalah saksi betapa cinta Duta dan Anggi begitu indah. Empat tahun mereka merajut kasih. Namun, semua hancur ketika kenyataan ada di depan mata. Anggi tidak bisa menikah dengannya, karena Anggi keturunan habib, dia harus menjaga nasab sang anak agar tidak terputus kelak,  membuat sang kekasih harus menikah dengan keturunan Habib juga. Cinta kepada Allah harus diutamakan, terbukti Anggi rela menghancurkan cinta mereka untuk menjaga ketaatannya meneruskan nasab Nabi Muhammad SAW. 

Setelah Anggi tidak terlihat, Duta menawarkan diri mengantar Erna. Tadi Erna dan Anggi datang dengan kuda besi milik kekasih Duta itu, tetapi karena gadis mungil pematah hati tersebut telah menghilang, dengan penuh tanggung jawab, Duta mengantar Erna sampai rumah.

Sesampai di rumah Erna, Duta segera menghentikan kuda besinya. " Sabar , Ya. Aku harap kamu akan selalu kuat, Duta. Yakinlah ada takdir yang indah untukmu nanti." Erna berusaha memberi semangat setelah turun dari jok motor.

"Makasih, Na. Gue cabut ya. Maaf kalau selama ini lo berada di tengah-tengah hubungan kami. Pasti membuat lo serba salah." 

Erna berusaha tersenyum. Jujur saja, sebenarnya Erna memiliki perasaan tersembunyi untuk Duta. Hati Erna mendadak nyeri mendengar kata-kata Duta. Dia bahkan belum berjuang sama sekali

Siapa yang tidak tertarik dengan lelaki itu. Alisnya  yang tebal bertaut, dengan mata tajam, hidung mancung, bibir tipis disertai rahang yang tegas. Tidak lupa kulitnya yang putih membuat Duta begitu digandrungi banyak perempuan.

Anggi, gadis imut nan lucu. Alisnya indah tersusun, mata perempuan itu begitu cemerlang, sinarnya seindah bulan, menaklukkan siapa pun yang memandang. Hidung kecil mancung dengan bibir tipis merah alami, berkulit putih, rambutnya selalu ditutup hijab panjang, yang menambah kecantikan Anggi.

Duta memutar gas pelan. "Aku pergi." 

Duta ….

Ketua OSIS sekaligus vokalis band pujaan di sekolah dulu sebelum mereka lulus. Duta dan Anggi bagai mentari yang menyinari sekolah. Mereka bersinar dengan fisik dan caranya masing-masing. Begitu Duta dan Anggi mengikrarkan diri menjadi sepasang kekasih, banyak teman-teman di sekolah yang patah hati sekaligus mendukung keduanya karena pasangan itu begitu serasi.

Hubungan pasangan kekasih yang saling mencinta itu berjalan dengan lancar. Walau ada masalah, dengan bijak keduanya mampu menyelesaikan permasalahan. Saling setia dan saling percaya adalah prinsip pacaran Anggi dan Duta. Masalah muncul saat orang tua Anggi tahu hubungan mereka.

Sedari lahir, Anggi sudah ditetapkan jodohnya. Entah berapa kali Anggi berusaha membuat pikiran sang ayah berubah. Cinta Anggi begitu tulus untuk Duta. Duta juga berusaha menjadikan dirinya pantas untuk Anggi. Namun, takdir yang sedari lahir tidak dapat diterjang, berakhir menjadi pemenang.

Duta bersusah payah memperdalam agama lewat sepupu Anggi, karena tahu jika Ayah Anggi pemilik pesantren terkemuka di daerah mereka. Dia juga mendengar, jika untuk mempersunting Anggi, vokalis band itu juga harus menguasai tentang agama Islam secara mendalam, membuat sepupu Anggi, Ahmad bersedia mengajari kekasih saudaranya itu menjadi jauh lebih baik. Duta ingin terlihat layak bersanding dengan Anggi. 

Namun, semua usaha itu sia-sia. Terbukti seminggu lagi pernikahan Anggi dan calonnya akan segera dilaksanakan. Saat kata sah terucap, haram untuk Duta memikirkan Anggi, walau hanya sekejap, karena gadis yang sudah merontokkan hatinya itu telah resmi menjadi istri pria lain.

Duta menghentikan kuda besinya di pinggir jalan. Walau patah hati, lelaki itu tidak berharap mati sia-sia. Masih ada orang tua, saudara dan keluarga besar yang harus dipikirkan. Tidak terasa air mata yang sedari tadi dia tahan, akhirnya menetes di pipi dengan deras. Tiada isakan terdengar walau air yang matanya keluarkan, tidak juga bisa dihentikan.

Tbc

#BenitoPublisher

#LombaRomanceBenito

Saat Jodoh telah DitentukanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang