Kamu sosok pemaksa,
Yang membuat ku hilang arah tanpa kemudi hingga hilang rasa tanpa permisi~Azrinas Fiela
"Azrinas!!" Teriak salah satu siswi lengkap dengan seragam putih abu-abu dan lambang SMA Perwira Nusa disebelah kiri lengannya
Merasa namanya dipanggil,ia membalikan badan dan mencari arah suara teriakan cewek yang seumuran dengannya dan sangat akrab ditelinganya
"Ada apa Win?" Tanya Azrinas yang membalikan badannya dan melihat Winda yang berlari-lari kecil kearahnya
"Lo dicariin Ghani,katanya susulin dia diruang osis,ada yang mau dibicarain "
Seketika itu wajah Azrinas menciut dan memucat
Melihat kondisi Azrinas yang menggambarkan ketidaknyamanan membuat Winda berinisiatif untuk mendekat.
"Nas? Lo ga papa kan?" Tanya Winda khawatir sambil memegang pundak temannya tersebut
"Gapapa win,kalo gitu gue mau pergi dulu ya" Azrinas tersenyum tipis lalu meninggalkan Winda dikoridor sekolah
Namun Winda tak membalasnya,ia hanya melihat pundak belakang Azrinas hingga menghilang dipersimpangan
⚘⚘⚘
Begitu lama dirinya bertengger digawang pintu kelas XI IPA3 belum juga membuat cowok berperawakan tinggi yang memakai jaket jeans hitam berbalut merahnya itu bergerak menjauh dari tempat berdirinya. Sama seperti prinsip hatinya,ia tidak akan menyerah sekalipun yang ia inginkan pergi melenggang begitu saja
"Lo kenapa gak datang pas gue suruh keruangan osis?" Tanya cowok yang kira-kira tingginya lebih dua kilan dari cewek yang sudah lama ia tunggu sedari tadi.
"Sibuk ngurusin data adiwiyata" Singkat Gadis itu yang sibuk mengikat kedua tali sepatunya. Ia sama sekali tidak melirik kepada Ghani sedikitpun untuk memastikan kepada siapa ia berbicara. Karena sudah diluar ubun-ubun ia tahu setiap harinya lelaki tersebut menunggunya didepan kelas.
"Gue tau lo boong" Sambil memiringkan senyumnya. Cowok yang memiliki name tag Ghani Alfyando didada sebelah kirinya menyikut bahu Azrinas. Ia merupakan Ketua Osis disekolah SMA Perwira Nusa sekaligus anak pemilik sekolah swasta yang sekarang ia duduki
Azrinas terdiam,dia hanya dapat berbicara pada batinnya sendiri. Ingin sekali saat itu ia berlari melebihi cepatnya kilatan untuk menjauh dari tempat itu. Namun tidak memungkinkan jika yang dihadapannya adalah Ghani. Tubuhnya yang berjarak hanya serentang keduabelah tangannya memutuskannya Azrinas untuk mundur perlahan agar tidak terlihat tegang
"Capek,makanya ga datang"
"Gue ga marah kalo itu alasan lo. Cuman ya lo harus ikut gue sekarang"
"Ke-kemana?" Tanya Azrinas yang menatap dengan raut tidak setuju
"Kemana gue mau lah. Dan penolakan lo gue anggap persetujuan!" Ghani mengedipkan matanya
Azrinas mendengus mendengar ucapan Ghani yang kesekian kalinya.
"Temenin gue Ke Fidgamart ya?" Ucap Ghani yang terlihat fokus menelusuri jalan penuh simpangan didaerah jakarta.
Azrinas mengangguk tak bersuara. Ingin menolak sudah tentu tidak bisa. Menolak seperti biasanya hanya membuat perdebatan tak berkesudahan. Bagaimana pun ia akan selalu kalah. Ia pasrah,menjadi skandal anak beasiswa seperti dirinya sungguh menyedihkan untuk dirinya. Dimana ia harus mematuhi segala ucapan dan perintah Ghani. Sekali-kali ia menginginkan menjadi anak beasiswa lainnya yang dapat bersekolah tanpa beban. Walau kadang mendapat bully-an dari teman satu kelas. Setidaknya mereka lepas dari kekangan oknum tak bertanggung jawab seperti Ghani dan juga teman-temannya. Ia juga tak jarang dibully karena dianggap anak yang kurang mampu dan semacamnya. Namun sekali lagi ia selalu mendapat perlindungan dari Ghani.
"Nas,kita udah sampai" seru Ghani yang membuyarkan lamunannya
Azrinas membuka pintu mobil dan mengikuti Ghani dibelakang. Melihat Azrinas terlihat seperti seorang pelayan bukan seorang teman makan langsung mensejajarkan langkahnya dan menggandeng lengan Azrinas.
"Gitu dong,kan enak"
Azrinas hampir berteriak terkejut bukan main akibat perlakuan Ghani barusan. Ia kembali bingung apakah ia harus melepaskan lengannya dari Ghani secara perlahan atau mengucapkannya secara langsung bahwa ia tidak suka digandeng cowok.
"Ghani,tangan gue sakit"
Mendengar keluhan singkat Azrinas. Ia langsung melepaskan perlahan pegangannya
"Kita beli baju dulu,terus makan"
Azrinas mengerutkan dahinya,sudah banyak baju-baju yang dibelikan oleh Ghani dalam seminggu ini. Untuk apa lagi dia membelikannya baju. Mengambil hati? Itu tidak akan mampu menggoyahkan rasa sakit yang pernah ia lakukan dahulu. Dia tak pernah lupa setiap detik rentetan detailnya. Namun untuk sekarang yang sudah berbeda keadaannya. Ia malah tidak senang dengan kebaikan cowok tersebut. Jika disuruh memilih ia akan lebih senang jika Ghani membullynya sama seperti teman-teman yang lain.
"Pilih aja yang lo suka" Ghani tersenyum sambil mempersilahkan Azrinas memilih
"Kalo lo nolak, lo harus nemenin gue lagi minggu depan. Minggu ini full time - full day" Cowok itu akan mengeluarkan egonya lagi untuk dapat menghalangi aksi penghindaran Azrinas
"Yang itu aja" Azrinas menunjuk salah satu butik pakaian baju abaya muslim yang satu paket dengan kerudung pashminanya
"Lagi?"
"Itu aja cukup" ia tahu menolak sama saja mengajak bagi Ghani. Jadi lebih baik mengiyakan daripada memperbanyak penolakan.
"Yang itu mau juga ga?" Ghani menunjuk Baju style dari Desainer ternama Singapure. Baju itu masih memakai lengan panjang,namun hanya saja menggunakan Celana jeans sebagai pasangannya. Azrinas melihat sekilas kemudian menolak tawaran Ghani
"Lo lebih suka baju muslimah biasa ternyata dibanding baju style terbaru"
Azrinas yang hanya sayup-sayup mendengarkan kata-kata Ghani, lebih terlihat fokus pada salah satu Alat memasak lengkap yang dari dulu Ibunya inginkan. Karena alat masak tersebut edisi terbatas dan hanya ada dipenjualan swayalan dengan harga yang juga fantastik ia sudah pasti tidak bisa menuruti kehendak ibunya. Ia sangat ingin membeli alat masak tersebut,namun dirinya akan lebih bermasalah lagi jika Ghani benar-benar membelikannya
"Liatin apa?" Bisik Ghani ketelinga Azrinas saat dirinya sibuk melihat Toko yang bertuliskan "Cooking-Dapur" dipermukaan pintu masuk toko
"Enggak" Ucap Azrinas singkat dan menjauhi Ghani
"Lo mau beli alat masak nas?" Tanya Ghani yang selalu menyakan benda-benda yang dilihat oleh Azrinas
Azrinas menggeleng dan kembali fokus melihat-lihat majalah yang terpajang ditoko.
"Atau lo mikir caranya lari dari gue ya?"
Azrinas diam dan tak menghiraukan celotehan Ghani. Ia memilih keluar menghirup udara segar dan menghilangkan pikiran hal barusan.
~~~~~
KAMU SEDANG MEMBACA
Rintik Dua Benua
Teen FictionBukan Cerita romantika,ketika cowok dan cewek sama-sama punya rasa. Ini merupakan pencapaian terbesar oleh Azrinas Fiela. Cewek SMA berkerudung yang diberikan tantangan oleh Cowok yang selalu menghalang upaya hal agar tak dapat lolos darinya. Namun...