Setelah insiden aku dan Vino berdebat, akhirnya dia pun mengalah dan membiarkanku duduk di sofa. Dan aku lebih memilih mandi untuk menyegarkan tubuhku kebetulan juga tadi aku bawa baju ganti, sebenarnya bukan kebetulan tapi emang niat soalnya itu udah menjadi kebiasaanku kalau pulang sekolah langsung main, tapi kalau nggak main ya nggak bawa.
Sekarang sudah pukul enam sore sebentar lagi pasti Fania datang, kita juga sudah menyiapkan kue untuk kejutan kali ini.
"Vin, nanti yang bukain pintunya lo apa gue?" tanyaku kepada Vino.
"Barengan aja gimana? Nanti kita bukain sambil langsung bawa kue aja biar cepet" jawabnya.
"Nanti jangan lama-lama ya pestanya keburu malam soalnya"
"Iya"
Setelah menunggu beberapa menit akhirnya pintu rumah Vino diketuk juga. Kami berjalan membukakan pintu dengan aku yang membawa kue berlilin angka 18.
Cklek
"Happy birthday Fania" ucap kami bersamaan setelah pintu terbuka. Kulihat matanya berkaca-kaca pasti sebentar lagi dia akan menangis. Dasar cengeng. Tidak mau kejutan privat kami menjadi konsumsi para tetangga akhirnya aku mengusulkan supaya kami masuk rumah saja.
"Masuk yuk, malu nanti dikira tetangga kita membully anak orang lagi," ucapku dengan diselingi tawa kecil.
Saat masuk rumah terlihat sekali Fania sangat bahagia dengan kejutan kecil yang kami berikan, aku sangat maklum karena orang tua Fania yang jarang di rumah. Lalu kami pun meneruskan kejutan untuk Fania, aku maju ke arah Fania sambil membawa bingkisan kecil.
"Fan maaf ya aku cuma bisa ngasih ini" kataku dengan nada menyesal. Memang benda yang aku kadokan sangat murah, tapi bukankah memberi hadiah tak harus benda mahal? Karna ketulusan tak dinilai dari harga.
"Aku sudah senang kok Za kamu kasih kejutan seperti ini, makasih banget ya Za" katanya dengan penuh haru dan memelukku. Aku sangat senang karna sahabatku menghargai apa yang aku lakukan. Setelah itu kami melepas pelukan kami.
"Fan, aku cuma mau ngasih ini jangan dinilai dari harganya ya" kata Vino kemudian dia maju dan mengambil posisi seperti memeluk Fania dari depan, dari posisiku berdiri mereka tampak seperti berpelukan dangan Vino yang sedang memasangkan Fania sebuah kalung. Entah kenapa bukannya baper dengan tingkah mereka aku malah merasa hatiku seperti sedang diremas dari dalam, ngilu. Itu kata yang tepat untuk menggambarkan hatiku saat ini.
"Makasih ya Vin, i love you" dan sekarang mereka benar benar sedang berpelukan tanpa menyadari kalau aku masih ada disini, dunia serasa milik berdua. Mungkin pikir mereka seperti itu.
"I love you too" ucapnya sambil mencium kening Fania lama.
Lanjut?
Gimana part ini? Sarannya dong 😁
Vote dan komen juga boleh 😁
KAMU SEDANG MEMBACA
Zakia
Teen FictionMereka bersahabat sejak kecil. Mereka hidup bertetangga. Mereka berpacaran. Mereka dijodohkan. Mereka saling mencintai. Sedang aku? Aku hanyalah orang baru diantara mereka. Aku sahabat mereka sejak masuk Sekolah Menengah Atas. Aku mencintai sahabat...