Empat

27 4 0
                                    

Sekarang aku telah sampai di depan rumah besar dengan gerbang tinggi yang menjulang di depannya. Aku berjalan ke pos satpam yang berada tepat disamping gerbang tersebut.

"Pak?" aku memanggil satpam tersebut karna rupanya dia mengantuk.

"PAK?" kucoba untuk sedikit berteriak untuk membangunkan satpam tersebut.

"Eh non ada apa malam malam kesini? Ada perlu sama aden ya?"  untunglah satpam tersebut cepat bangun karna kalau tidak aku tidak tau apa yang akan terjadi padaku setelah tadi berjalan dari rumahku kesini dengan jarak sekitar sepuluh kilometer.

"Iya pak, orangnya ada di dalam?"

"Ada non silahkan masuk"

"Terima kasih pak"

"Sama sama non"

-+-+-+

Aku berjalan ke depan pintu salah satu kamar di rumah ini. Aku tau pasti dia sudah tidur sekarang karna memang ini sudah pukul sebelas lewat.

Tok tok tok

"Vin? Lo belum tidurkan?" tidak ada jawaban dari dalam, aku mencoba untuk lebih keras memanggilnya.

"Vin, ini gue Zakia" ucapku sambil terus mengetuk pintu.

Tak lama kemudian pintu dibuka dan munculah cowok dengan muka bantalnya, yang sontak membuatku tersenyum karena wajahnya yang kentara masih sangat mengantuk dan tak rela untuk bangun. Tangisanku pun sudah berhenti dari tadi sebelum aku sampai di rumah ini.

"Ada apa kesini malam malam?"

"Aku..diusir dari rumah, jadi boleh nggak nginep disini malam ini?" tanyaku berharap, sebenarnya akupun ragu untuk menginap disini tapi mengingat ini sudah malam dan yang tau kehamilanku saat ini-selain keluargaku- hanya Vino saja maka kuputuskan untuk menginap disini malam ini.

"Oh, masuk aja" jangan heran jika dia menyuruhku masuk kedalam kamarnya, karna kami maksudku aku dan Fania sudah sering keluar masuk kamarnya. Beberapa bulan terakhir ini memang orang tua Vino jarang pulang jadilah rumah Vino ini basecamp kami.

"Maaf, Vin karna aku memang nggak punya tempat tinggal lain jadi aku nginep disini dulu ya malam ini"

"Iya gapapa, sini!" dia menyuruhku untuk mendekat ke ranjang dan duduk disampingnya. "Emang kenapa kamu kok bisa diusir?."

Mengingat kejadian di rumah tadi hatiku menjadi perih kembali dan tanpa sadar air mataku meleleh lagi.

"Za kalau gak kuat cerita gak usah cerita" dia memelukku dengan erat dan membuatku merasa kalau aku tidak sendiri di dunia ini. Tangisanku bertambah kencang saat aku berada dalam dekapannya, aku memeluknya balik dan pelukan ini sangat nyaman. Andai saja hati Vino milikku pasti aku sangat bahagia sekarang, meskipun tidak memungkiri kalau aku juga tengah bahagia di di dalam pelukannya.

Setelah sekian menit aku menangis dalam dekapannya, kini aku merasa lebih baik dan siap menceritakan apa yang sebenarnya terjadi.

"Keluargaku sudah tahu tentang kehamilanku Vin"

"Jadi kamu diusir karna kamu hamil di luar nikah?"

Aku hanya menggangguk untuk membenarkan ucapannya.

"Setelah malam ini aku tinggal dimana Vin?"

"Aku juga bingung, oh aku ingat aku punya uang tabungan dan itu cukup untuk sewa apartemen sederhana selama satu tahun. Kamu maukan tinggal di apartemen?"

"Aku mau aja, tapi gak papa kalau sewa apartemennya pakai uang kamu? Soalnya aku gak punya uang sebanyak itu buat sewa apartemen."

"Gak papa pakai uang aku aja, kamukan istriku" ucapnya dengan tatapan menggoda yang membuatku ingin muntah.

Dan berlanjut dengan aku yang menggebukinya dengan bantal, sedang dia terus lari menggelilingi kamarnya dan aku yang mengejar di belakangnya sambil membawa bantal yang siap kulempar ke wajahnya.

Jikalau saja ini tidak tengah malam aku akan mengejarnya sampai aku puas, tapi ini sudah tengah malam dan tubuhku sudah lelah setelah tadi aku berjalan dari rumahku ke sini. Jadi kuputuskan untuk menghentikan aksiku tengah malam ini.

"Kenapa berhenti Za? Kamu cuma pukul aku sekali lho emang udah puas?"

"Udah malam, aku capek"

"Gayanya kayak habis di ajak ngapain aja"

"Vin! jangan mulai deh aku mau tidur" aku membaringkan tubuhku di tempat tidur Vino ini, rasanya kaki dan pungunggku atau seluruh tubuhku sudah sangat lelah dan merindukan tempat tidur.

Dia segera menyusul dan berbaring disebelahku lalu menarikku kedalam dekapannya disertai dengan elusan lembut dikepalaku yang membuatku semakin cepat ke alam mimpi.

"Selamat tidur Za"

ZakiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang