Pagi sekali, Changmin sudah mendatangi rumah Juyeon. Bukan tanpa alasan dia datang sepagi ini di hari libur. Jika bukan karena rasa penasarannya akan cerita Juyeon dan Yuna kemarin, dia tidak akan mau pagi-pagi menemui temannya itu.
Sebagai seorang yang tidak terlalu sering bangun pagi, Juyeon tentu saja masih tidur nyenyak di kamarnya. Selain itu, tidak ada yang membangunkannya.
Ayahnya terlalu sibuk untuk mengurusnya, sedangkan ibu tirinya terlalu takut untuk membangunkannya, mengingat temperamen Juyeon yang sulit ditebak (walau kebanyakan dia menunjukkan amarah kepada ibu tirinya itu).
Diantara teman-temannya, selain Changmin yang suka bersikap seenaknya dan memiliki sifat yang sama dengan Juyeon, tidak ada yang berani membangunkan Juyeon.
"Morning, Prince!" Sapa Changmin begitu dia membuka pintu kamar Juyeon lebar-lebar. Juyeon membuka sedikit matanya kemudian kembali menyembunyikan tubuhnya di balik selimut.
"Keluar!" Geramnya.
Changmin tetap bertindak semau dia. Dibukanya tirai jendela Juyeon, membuat sinar matahari langsung masuk menerangi kamar Juyeon tanpa aba-aba lagi.
"Lo hutang cerita sama gue" rengek Changmin menarik-narik tangan Juyeon yang memberikan hasil percuma saja.
Juyeon hanya semakin menggeram kesal dan pada akhirnya menendang Changmin yang untungnya tidak kena.
"Ntar siang bisa" ucap Juyeon kemudian pasrah.
"Gue mau ngajak lo ke kontrakan ayah Yuna padahal" ucap Changmin membuat kedua mata Juyeon terbuka seluruhnya.
"Ngapain?"
"Hey, kita libur semester itu cuma dua minggu, dan ini udah seminggu kita libur. Yuna gak punya banyak waktu kayak cewek lain"
Juyeon memutar bola matanya malas. Jika bukan karena ide konyol Changmin yang menyuruhnya mendekati teman masa kecil cowok itu, dia pasti tidak akan pusing.
Ya, setelah Juyeon mengatakan bahwa dia cukup penasaran dengan Yuna, Changmin lalu menyuruhnya untuk mendekati saja Yuna jika dia merasa penasaran. Cowok itu sama sekali tidak berniat melindungi teman masa kecilnya. Dan dengan penuh misteri berkata, "Ini untuk kebaikan kalian berdua"
Yuna sendiri adalah cewek pertama yang sulit untuk dia dekati. Dia memang pendiam dan pemalu, tapi Juyeon sudah pernah berhasil menggoda tipe cewek seperti itu. Sayangnya, Yuna beda kasus. Cewek itu tidak pernah sekali pun menunjukkan ketertarikan pada Juyeon. Mungkin, sebagai teman, dia menunjukkannya. Tapi sebagai pacar? Juyeon ragu.
"Lo aja. Gue males" ucap Juyeon kemudian kembali menyembunyikan dirinya di balik selimut.
Changmin berdecak kemudian pamit pergi untuk menemui Yuna.
Selepas Changmin pergi, Juyeon menatap langit-langit kamar. Jika dipikir lagi, kondisi dia dan Yuna hampir sama, yaitu memiliki keluarga yang tidak utuh lagi dan ikut ayah kandung yang menikah lagi. Bedanya, Yuna dan mama tirinya bisa dikatakan lumayan dekat dan saling menghormati, sedangkan Juyeon sangat membenci ibu tirinya.
Karena dia lah yang membuat ibu kandungnya pergi. Bagaimana dia bisa tidak membenci wanita seperti itu?
Awalnya Juyeon berpikir Yuna akan sama seperti wanita yang dia kenal sebelumnya, namun nyatanya tidak. Yuna sangat jauh berbeda, bahkan bisa dikatakan lebih dewasa dibanding dengannya.
....
Mengingat sikap Changmin yang suka seenaknya, maka tidak heran jika pagi sekali cowok itu sudah ada di depan kontrakan ayahnya.
"Gue bawa sarapan! Bubur ayam lho..." ucap Changmin penuh semangat.
"Ya, masuk aja kak" ucap Yuna memberikan izin agar cowok itu masuk.
"Yuna sayang, ibu ke pasar dulu ya. Nanti bangunin ayah kamu setengah jam lagi. Kamu bisa kan buatin dia kopi?"
"Oke"
Changmin mengamati tingkah Yuna dan mama tirinya dengan senyuman penuh arti. "Kenapa? Naksir sama mama tiri gue?" Ejek Yuna.
"Ogah banget jadi ayah lo" balas Changmin kemudian tertawa saat Yuna menatapnya tajam.
"Ngapain ke sini? Selain bawa sarapan tentunya"
"Suka banget sih to the point" cibir Changmin lalu melanjutkan. "Gimana temen gue?"
"Kak Juyeon? Ganteng, baik, ramah, sopan"
Changmin menyelipkan senyum misteriusnya lagi. "Itu aja?"
"Lo maunya apa?"
"Lo naksir gak?"
Gerakan Yuna mengaduk bubur ayamnya terhenti. Dia menatap tajam Changmin di sampingnya. "Lo tau jawabannya"
"Kalo lo gak mau berhubungan sama cowok manapun? Yun, coba aja buka hati lo. Gak semua cowok kayak dia"
'Dia' yang dimaksud oleh Changmin adalah ayahnya Yuna. Changmin pernah bertanya pada Yuna apa pendapatnya jika dia menyatakan perasaannya pada Yuna, dan cewek itu berkata bahwa dia akan menolak. Bukan karena dia tidak menyukai Changmin, hanya saja dia memang tidak ingin memiliki hubungan apapun dengan cowok manapun selain teman.
"Mending lo pulang aja kalo cuma mau bilang ini" ancem Yuna. Changmin mengangkat tangannya pasrah.
Tapi, dia yakin, jika dua temannya ini pasti akan mampu saling mengobati luka masing-masing.
....
Besoknya, Juyeon datang dengan membawa sebungkus coklat dan juga boneka alpukat yang sebelumnya Yuna lihat saat mereka ke toko buku kemarin.
"Untuk lo" ucap Juyeon, kali ini senyumnya lebih lebar dan tulus dari kemarin.
"Makasih" Yuna tentu menerimanya dengan senang hati. Dia tidak berhenti mencium boneka berwarna hijau itu, membuat Juyeon merasa gemas.
"Kalian giliran ke sini?" Tanya Yuna.
Juyeon memainkan daun telinganya gugup. "Ya, tapi cuma gue sama Changmin aja yang berani ke sini"
Yuna mengangguk mengerti, tidak bertanya apapun lagi. Entah apa karena dia sudah tau atau karena dia tidak ingin tau.
"Boleh gue bawa lo jalan?" Tanya Juyeon hati-hati.
Yuna menatap mata penuh harap Juyeon.
Ya, apa salahnya jika dia pergi bersama Juyeon lagi? Jika pun tujuan mereka berbeda, tapi Yuna sudah merasa senang dapat mengenal Juyeon.
Trick 4: Half Success Half Fail
....
To be continue...
![](https://img.wattpad.com/cover/241701628-288-k621738.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] Juyeon | The Stealer
FanfictionJuyeon terkenal punya banyak mantan, tapi gak ada yang membekas di hati dia. Sampai akhirnya dia ketemu satu cewek yang gak jatuh cinta sama dia dan malah bikin dia kepikiran terus. Cerita tentang siapa yang hatinya direbut duluan