Part 1

15 7 0
                                    

First

JNA Group

Tok...tok...

"Masuk!"

"Tuan, kami sudah menemukannya. Orang yang Anda cari."

Pria berjas biru tua itu mengalihkan pandangan dari layar komputer, ia menatap dua orang pria berpakaian serba hitam di depannya dengan saksama.

"Kamu serius?" tanya pria berjas biru itu, sejenak ia mengembangkan senyumnya, namun kembali menatap serius dua pria yang berdiri di depannya.

"Kami serius, Tuan." Kedua orang berpakaian serba hitam itu mengangguk.

"Di mana kalian menemukannya?" Ekspresi pria berjas biru itu terlihat sumbringah, namun ia masih belum bisa percaya.

"Selama ini dia tinggal di tempat pembuangan sampah dengan membangun rumah kardus di pusat kota, Tuan. Namun sekarang tempat itu mengalami kebakaran hebat," jelas salah satu pria yang memiliki kumis tipis.

Pria berjas biru itu berdiri, ia terkejut mendengar perkataan anak buahnya.

"Apa dia terluka?!" tanya pria itu menggebu.

"Tidak, Tuan. Kami bisa menyelamatkannya sebelum api benar-benar besar. Namun dia terus menolak dan memberontak ketika kami mengajaknya pergi dari sana." Pria lain juga mulai menjelaskan.

"Baiklah, antar saya ke sana."

Veer Aji Pratama, pria berusia 21 tahun yang diberi kekuasaan untuk mengelola satu perusahaan yang masih berkembang oleh sang ayah. Berwajah tampan dan ramah, membuatnya banyak segani orang.

Dengan perasaan campur aduk, Veer meremas jasnya hingga terlihat kusut, kini ia sudah berada di dalam mobil menuju tempat seseorang yang sudah ia cari selama 2 tahun ini. Adiknya, adik yang bahkan tidak pernah ia ketahui sebelumnya.

Akhirnya, setelah menunggu selama lebih dari 2 tahun sekarang ia bisa bertemu dengan sang adik, ia sangat senang dan tegang. Lihat saja keningnya sudah banjiri oleh keringat.

"Huhsss." Veer menghembuskan napas. Aneh sekali, ingin bertemu dengan adiknya saja ia sudah seperti ingin bertemu dengan calon mertua ketika ingin melamar.

"Ada hal yang harus Tuan, tahu."

Suara bariton nan tegas, membuat Veer melupakan sejenak rasa gugupnya. Ia menoleh ke sumber suara yang tepat berada di sampingnya.

"Hal apa?" tanya Veer, bulu alis tebalnya bertaut, menandakan bahwa pria itu sedang binggung.

"Adik Anda ... ia tidak bisa melihat dan mengalami kelumpuhan," imbuh anak buah Veer.

"Apa! Maksud kamu, dia buta?" tanya Veer tak percaya.

"Iya, Tuan. Kami tidak tahu pasti apa dia sudah buta sejak lahir atau pernah mengalami kecelakaan, tapi menurut orang-orang yang juga tinggal berdekatan dengan adik Anda. Mereka bilang bahwa adik Anda sudah mengalami kebutaan sejak kecil," jelas Tarji, pria bertubuh besar dan kekar itu menatap Veer, iba.

Veer menghela napasnya, ia sedikit berguncang dengan penuturan anak buahnya.

"Apa ini yang membuat mama membuang dia?" batin Veer.

"Namanya Sa_"

"Jangan! Biar saya saja yang menanyakan langsung nama dia," ucap Veer, memotong perkataan Tarji yang akan memberitahu nama sang adik.

30 menit berlalu, kini Veer telah sampai di suatu tempat yang di penuhi oleh gundukan sampah. Veer keluar dari mobil seraya melihat sekeliling.

Veer menutup hidungnya ketika aroma sampah lancang menusuk indra penciumannya. Di tempat itu juga terlihat satu BOMKAR terparkir lumayan jauh dari tempat Veer, asap-asap tebal masih terlihat jelas di sekeliling tempat ini. Sepertinya benar telah terjadi kebakaran.

Not! Im Your BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang