Harinya berubah drastis. Freya merasa dia tambah bersemangat untuk pergi ke kampus dan mengikuti mata kuliah Pak Budi yang di gantikan sementara oleh Arnan, sang Politisi Muda. Yah, sepertinya Freya sudah kecanduan seperti para temannya. Jika mereka mengagumi Arnan terang-terangkan, berbeda dengan Freya yang diam-diam mencuri pandang pada Lelaki itu.
Lengan kemeja yang digulung sampai siku. Tulisan tangan yang rapi serta suara Arnan yang selaku sukses membuat bulu kuduknya merinding membuat jantung Freya tidak karuan. Apalagi mereka sepertinya mulai dekat sejak makan siang bersama di ruang BEM waktu itu.
"Ku rasa aku gila!" Hani mendesah berat di sisinya sambil cemberut. "Bagaimana aku tidak gila? Kalau setiap hari mata kuliah Pak Budi diisi oleh Politisi Muda seperti Arnan! Oh My God!" seru Hani mencuri perhatian semua mahasiswa di ruang kelas. "Body goals! Bokong seksi dengan celana khaki. Perfect! Pengen gue remas-remas tahu!" Hani mendesis gemas. Wajahnya sangar membuat Freya tersenyum.
"Berhenti HALU, Hani! Lo kira kita typenya? Kita cuma semut yang beruntung mencicipi gula semanis Pak Arnan!"
"Pak? Please! Dia belum punya anak! Panggil Mas, dong!"
Tawa semua mahasiswa di kelas membludak. Freya juga ikut tertawa lalu sudut matanya menemukan sosok yang menjadi topik perbincangan mereka. Arnan menggerakkan kepala memberi isyarat pada Freya. Gadis itu mengangguk kemudian menyenggol lengan Hani.
"Han.. Aku ke perpustakaan dulu, ya?"
"Oke!" sahut Hani. "Berani lo panggil Mas Arnan?" Hani masih melanjutkan guyonannya dengan yang lain.
Freya merapikan bukunya dan melesat menuju perpustakaan. Jam tangannya menunjukkan pukul 12.15. Di jam istirahat seperti ini sudah pasti perpustakaan sepi. Para mahasiswa memilih menghabiskan waktu di kantin.
"Maaf..." Freya menghentikan langkahnya di bangku di ujung rak dekat jendela. Di sana Arnan sedang membaca buku besar. Wajahnya terangkat tersenyum pada Freya.
"Tidak! Duduklah..."
Freya langsung duduk. Dia mulai membuka laptop, buku catatannya dan buku-buku. Tidak ada yang tahu kalau setelah pertemuan mereka di ruang BEM, Arnan dan Freya sering ke perpustakaan. Arnan menawarkan diri untuk membantu Freya menyelesaikan skripsi.
Keduanya tidak sadar bahwa waktu terus berlalu. Diselingi canda tawa pelan. Freya nyaman berbincang dengan Arnan.
"Bagaimana? Sudah?"
"Sebentar..."
Sepuluh jari Freya menari diatas keyboard. Mencuri perhatian Arnan. Lelaki itu bertopang dagu memperhatikan Freya. Kerutan di kening gadis itu membuktikan bahwa dia sedang berpikir keras. Arnan ingin sekali mengusap kerutan itu. Sungguh... Arnan seperti remaja yang di mabuk cinta.
Cinta?
Benarkah Arnan jatuh cinta pada gadis ini? Secepat inikah?
***
Freya menutup kotak makan ukuran besar yang sudah dia isi dengan makanan kesukaan Ayah Mertuanya. Senyumnya mengembang mengingat kebaikan dari kedua orang tua Arnan. Freya berpikir dia beruntung. Dia disambut dengan hangat dalam keluarga Candrakanta, mengingat dirinya yang sudah menghancurkan nama baik keluarga itu.
Jam dinding menunjukkan pukul 16.05 dan Arnan belum juga pulang. Freya cemas. Dia bahkan beberapa kali memikirkan untuk menghubungi Arnan namun takut jika mengganggu lelaki itu. Jadi, Freya hanya menunggu di ruang tengah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Still With You [TAMAT]
Romance[Cerita Lengkap silahkan Baca di app CABACA, update setiap hari RABU] *** Menyandang gelar Mahasiswa tingkat Akhir selalu dibayangi oleh namanya Skripsi. Akan tetapi, Freya Ayu Maharani tidak demikian. Karena obsesi Ayahnya terhadap seorang Arnando...