Sejak mengisi Kuliah Tamu beberapa hari lalu. Pak Budi, salah satu guru besar Arnan, dosen paling berpengaruh terhadap kariernya sekarang meminta bantuan untuk menggantikannya mengisi materi di kelas. Dan Arnan menerimanya dengan senang hati. Pucuk di cinta ulam pun tiba. Arnan tidak menyangka dia akan mengisi materi di kelas gadis waktu itu. Mata mereka saling bertemu. Arnan tersenyum dan gadis itu tersipu malu melangkah memasuki kelas, duduk di deret empat.
Arnan belum pernah merasakan sensasi seperti ini. Rasanya dia ingin terus memandang gadis itu. Apa Arnan sudah jatuh cinta pada pandangan pertama? Tidak. Arnan memang tidak pernah memikirkan hal itu, bukan berarti dia tidak menginginkan perasaan itu. Yang menjadi fokusnya sekarang adalah karier. Arnan belum merasa puas dengan kariernya sekarang.
***
Freya merutuki kebodohannya sendiri. Bisa-bisanya dia meninggalkan bekal makan siangnya di ruang BEM. Dia jadi berputar melewati gedung A menuju gedung C hanya untuk mengambil bekal makanannya. Bodohnya dia...
Freya memasuki ruang BEM, dia melintasi ruang santai, saking terburu-buru. Freya tidak menyadari ada seseorang di sana yang memandangnya heran. Saat itu, Freya langsung masuk ke ruang rapat. Dimana pagi-pagi tadi mereka harus rapat mengenai Acara Kemah Alam yang akan diadakan dua minggu lagi.
"Ketemu!" seru Freya saat menemukan tas rajut yang sengaja dia buat untuk tempat bekalnya. Tubuh gadis itu berbalik, Freya bersenandung keluar dari ruang rapat dan terkejut saat menyadari siapa yang duduk di ruang santai dengan kotak makan penuh makanan. Freya mematung. Dia seperti kucing yang ketahuan hendak mencuri makanan.
"Maaf..." ucapnya kemudian menunduk dalam.
Arnan terkekeh, "Kenapa harus meminta maaf? Kau tidak melakukan kesalahan..."
Freya menggigit bibitnya tidak tahu harus mengatakan apa. Dia berpikir untuk berpamitan dan langsung melarikan diri tapi—
"Duduklah. Kau juga membawa makan siang. Kita bisa makan siang bersama..."
Mata Freya menatap tas rajut berisi bekalnya kemudian beralih pada kotak makan penuh makanan di hadapan Arnan. "Itu—sepertinya saya mengganggu makan siang, Anda."
"Tidak! Duduklah!" Arnan menepuk kursi di sebelah kanannya. Keraguan terlihat jelas di mata gadis itu, karenanya Arnan kembali membuka suara. "Kau tidak mau menemaniku makan siang, begitu? Oh.. Tidak masalah. Kau pasti ingin makan siang dengan temanmu..." Arnan berkata dengan nada sedih, sudut matanya melirik bagaimana ekspresi gadis itu.
"Tidak. Maksudku. Bukan begitu. Saya—" Freya meringis sedih. Dia tidak tahu harus berkata apa.
"Hahaha... Pergilah! Temanmu pasti menunggumu. Aku akan makan siang sendiri."
"Itu—" akhirnya Freya menghela napas dan duduk di kursi sebelah Arnan. "Maaf... Saya hanya terkejut melihat Anda di sini. Dan—" mata Freya melirik bekal di hadapan Arnan.
Arnan menyadari hal itu. Dia malah menyodorkan bekalnya pada Freya. "Ada menu yang kau sukai? Kau bisa mengambilnya..."
"Tidak!"
"Hahaha.. Pasti kau terheran kenapa aku membawa bekal sendiri?" Freya spontan mengangguk. Gadis itu heran, jelas sangat penasaran kenapa politisi seperti Arnan membawa bekal makan siang. "Dulu... saat aku masih kecil. Aku pernah sakit typus. Sejak saat itu, aku selalu membawa bekal sendiri. Menggelikan, ya? politisi sepertiku selalu membawa bekal makan sendiri."
"Tidak!" Freya tersenyum malu, "Aku pikir itu pilihan baik. Makanan rumah jauh lebih enak daripada beli di luar. Terlebih, itu menghemat uang saku..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Still With You [TAMAT]
Romance[Cerita Lengkap silahkan Baca di app CABACA, update setiap hari RABU] *** Menyandang gelar Mahasiswa tingkat Akhir selalu dibayangi oleh namanya Skripsi. Akan tetapi, Freya Ayu Maharani tidak demikian. Karena obsesi Ayahnya terhadap seorang Arnando...