Mumpung deadline tugasku masih jumat, aku update lagi saja hehe. Oneshoot dulu untuk melepas rindu. Btw tampilan wattpad yang terbaru rada bikin pusing ya wkwkwk
Kelap kelip lampu bar serta kerasnya bunyi musik yang menjadi latar belakang, tidak membuat Lisa serta merta terbawa suasana bahagia khas pesta ulang tahun. Malam ini, Lisa terbalut gaun pesta dan riasan yang sangat menawan. Rambut legamnya ia bentuk bergelombang, disusun sedemikian rupa hingga membentuk sebuah kunciran tinggi.
Tubuhnya yang tinggi dan ramping, khas seorang model, ia tutupi dengan gaun pesta berwarna hitam dengan taburan glitter ㅡ cocok dengan riasan wajahnya dan anting berlian yang menggantung di telinganya. Kaki jenjangnya ia padukan dengan crystal heels Louboutin berwarna nude, menjadikan sebagai pusat atensi pesta malam ini tanpa terkesan terlalu glamor dan norak.
Di tangan kanannya, sebuah champagne glass tengah ia goyangkan. Sudah gelas ketiga, namun Lisa masih berada di ambang kesadaran sepenuhnya. Hidup sebagai seorang model yang lekat dengan pesta dan kehidupan malam, membuat kadar toleransi alkoholnya sangat baik.
"Do you want a company?" Suara bariton yang terdengar asing baginya menarik atensi Lisa, membuat fokus si perempuan kini beralih ke laki-laki bermata abu di sisinya. Cukup tampan dan seksi, namun suasana hati Lisa sedang tidak baik.
Maka dengan senyuman sopan, Lisa menggelengkan kepala. "No thanks, I'm good."
Si lelaki mengangguk, menghargai keputusan Lisa dan beranjak dari mini bar tersebut.
Sejak ia mendaratkan bokongnya di kursi bar, laki-laki silih berganti mendatanginya dan menawari diri untuk menemani Lisa. Tentunya dengan maksud untuk berusaha pdkt, atau sekedar merayunya dengan tujuan yang tidak jauh berbeda.
Sayangnya, malam ini Lisa memang sedang tidak ingin melakukan all the fun stuff. Ia tidak ingin berbasa-basi, berkenalan dengan orang baru, atau sekedar bertukar tawa. Ia datang ke pesta malam ini, mengingat yang berulang tahun adalah sahabat karibnya di dunia modelling. Kalau bukan, ia tidak segan menolak dan memilih untuk meminum coklat panasnya di apartemen, dengan lantunan lagu Julie London atau Ella Fitzgerald yang menemani.
Lagi, helaan nafasnya terdengar berat. Perlahan ia membawa gelas dan botol champagnenya, dan menghampiri beranda di sisi bar yang berhadapan langsung dengan laut kota Malibu. Lisa menyenderkan badannya pada pembatas beranda, meneguk sebagian dari cairan alkohol yang ada di gelas dan menatap hamparan laut yang tertutup gelapnya malam.
Malibu selalu mengingatkannya pada seseorang, lelaki berdarah Korea Selatan yang sampai detik ini masih memenuhi setiap ruang dalam hatinya meski sudah lima tahun keduanya memutus kontak.
"Five years, Jaehyun." Lisa bergumam, menyunggingkan senyuman yang terlihat miris. "This is our dream place. You said, you wanna see the sea from here. Piknik diatas hamparan pasir pantai Malibu dengan sebotol Champagne, counting the stars."
Lisa terkekeh, tangannya yang memegang botol Champagne ia eratkan. Lima tahun bukan waktu yang singkat, bukan pula waktu yang ringan baginya untuk bisa berada di tempatnya saat ini. Hidupnya sudah jauh lebih baik dari lima tahun yang lalu, dari seorang pengelana di Amerika Serikat menjadi seorang model papan atas.
Lisa yang dulunya bukan siapa-siapa, kini menjadi sosok besar yang memenuhi hampir setiap majalah fashion dan media sosial. Pasang surut ia lalui, namun saat usahanya terbayarkan, lelaki yang menjadi alasan dibalik perjuangannya tidak ada di sisinya.
You would know if you stayed
You would know if you put up a fight
"I am here, but you're nowhere." Kali ini Lisa mendekatkan botol champagne yang ia genggam ke bibirnya, meneguk cairan alkohol tersebut tanpa henti ㅡ berharap rasa sesak didadanya akan menghilang begitu saja.
Jaehyun was and is her everything; tumpuan yang Lisa miliki disaat cobaan hidup menerpanya tanpa henti, petunjuk saat ia kehilangan arah, tempatnya berpulang. Namun Lisa tahu, lebih dari siapapun, bahwa ia seharusnya tidak menempatkan rumahnya pada manusia karena mereka selalu datang dan pergi, meninggalkan kenangan yang sulit untuk dilupakan.
nggatau aku lagi sedih🙂
KAMU SEDANG MEMBACA
Edelweiss (jjh.lmb)
Fanfiction"𝑩𝒆𝒄𝒂𝒖𝒔𝒆 𝒐𝒇 𝒉𝒐𝒘 𝒉𝒊𝒈𝒉 𝒖𝒑 𝒕𝒉𝒆 𝑬𝒅𝒆𝒍𝒘𝒆𝒊𝒔𝒔 𝒈𝒓𝒆𝒘, 𝒊𝒕 𝒂𝒍𝒔𝒐 𝒄𝒂𝒎𝒆 𝒕𝒐 𝒃𝒆 𝒂 𝒔𝒚𝒎𝒃𝒐𝒍 𝒐𝒇 𝒄𝒐𝒖𝒓𝒂𝒈𝒆, 𝒃𝒓𝒂𝒗𝒆𝒓𝒚 𝒂𝒏𝒅 𝒍𝒐𝒗𝒆." ××× jaehyun x lisa short story collection ××× jolinalalisa