Ibnu

9 0 0
                                    

"Aku udah bilang kita harus putus Nu! Hubungan ini gak mungkin bisa di terusin lagi.Kamu ngerti gak seh?"

"Gak !! Aku gak akan bisa ngerti.Kamu egois dengan ngasih keputusan sendiri kayak gini,Fan!"

Aku lelah Ya Tuhan...
Kenapa laki laki ini tidak bisa menerima takdir percintaan ini seh?

"Kamu udah gak sayang lagi sama aku? Kamu udah gak cinta lagi sama aku? Kamu udah punya cowo lain,hah? Jawab aku,Fania Agista!!"

Sudah lebih dari satu jam aku beradu argumen,namun tetap hasil nya seperti ini.Siapa yang sudah tidak cinta,siapa yang sudah tidak sayang lagi seh? Kalau bisa aku gak akan mau  pergi dari laki laki sebaik Ibnu.Satu satu nya,laki laki yang bisa membuat aku jatuh cinta,merasakan indah nya di cintai.Hampir tiga tahun kebersamaan kami,bahkan kami sudah merencanakan melangkah ke jenjang yang lebih serius selepas Ibnu wisuda. Namun tak ada yang menyangka di acara wisuda itulah aku tau bahwa papanya Ibnu adalah kekasih ibuku.Bahkan mereka sudah merencanakan untuk menikah satu bulan yang lalu.

Aku yang tak pernah membawa Ibnu ke rumah mulai menyalahkan diri sendiri,mengapa sampai ibuku tidak mengenal pacar ku sendiri,begitupun sebalik nya,ke engganan ku untuk datang ke rumah Ibnu membuat aku tak mengenal keluarga pacar ku sendiri.Semua karena rasa traumaku dulu.

"Kamu tau kan bukan karena semua alasan itu,aku minta kita putus? Aku mau ibu ku bahagia Nu,dan beliau bahagia bersama papamu.Biarin kita jadi saudara,biarin aku jadi adik kamu."

"Gak Fan,aku gak mau jadi kakak kamu.Aku mau nya jadi suami kamu.Biarin aku bilang sama papa juga ibu kamu,kalau kita berdua udah pacaran lama.Harus nya mereka yang ngalah Fan!"

"Mereka berdua itu berjodoh Nu,buktinya terpisah lebih dari 20 tahun mereka bisa ketemu lagi dalam kondisi sama sama single parent,apalagi mereka dulu pernah pacaran juga."

"Itu kisah masa lalu,ngapain harus di ulang lagi."

"Kamu gak mau papa kamu bahagia?"

"Ya aku mau,tapi jangan sama ibu kamu dong nikah nya lagi."

Aku menghela napas panjang,entah sudah yang ke berapa kalinya.Masa masa sedih sudah mulai bisa aku lewati,tapi Ibnu tetap tidak bisa menerima keadaan ini Aku tau dia sangat frustasi,Ibnu ingin mengatakan tentang hubungan kami,tapi aku mengancam akan pergi dari hidup nya kalau sampai ibu dan papa nya tau.

"Kamu kok masih tenang kayak gini seh,pernikahan mereka minggu depan Fan."

"Emang apa yang bisa kita lakuin Nu? Kamu gak liat ibu sama papa kamu bahagia banget mau nikah.Kita iklasin aja yah,kamu bisa dapat perempuan lain yang lebih baik dari aku,aku juga semoga bisa ketemu dengan laki laki yang baik juga."

"Gak.Selain aku,gak boleh ada laki laki yang milikin kamu."

"Apa seh maksud kamu Nu?"

"Gak akan ada yang boleh jadi  suami kamu selain aku,gak boleh ada yang nyentuh kamu selain aku!"

Aku baru melihat luapan amarah Ibnu.Dia mendorong ku ke dinding,dan mencium paksa bibir ku.Kedua tangan ku di cekal dengan satu tangan nya dan di letak kan di atas kepalaku.Ciuman nya kasar.Menyakitkan.Ini bukan Ibnu yang aku kenal.Sekuat tenaga aku meronta.

"Kamu gila!!"
Setelah menginjak kaki Ibnu aku bisa bebas dari cengkraman nya.

"Ya aku gila!!.Aku gila karna aku akan kehilangan kamu!Kenapa kamu gak mikirin perasaan aku? Kenapa kamu egois? Sekarang biarin aku nentuin sendiri pilihan aku.Aku mau kamu sekarang!!!"

Ibnu menjadi lebih marah,sekarang bahkan aku sudah terlentang di atas tempat tidur nya.

"Kalau aku bikin kamu hamil,pernikahan mereka akan batal.Dan kamu gak akan bisa pergi dari aku."

Aku membiarkan Ibnu melakukan apa yang dia mau.Bahkan sekarang tiga kancing teratas kemejaku sudah terbuka.Ciuman nya terus turun dari rahang ke leher hingga ke dadaku.
Andai Ibnu tau,hatiku juga sama sakit nya,harus berpisah dengan orang yang aku sayang.Mataku terpejam erat,saat Ibnu kembali menghujani ku dengan ciuman nya.Tak ada rasa manis,tak ada bahagia dalam ciuman itu.Yang ada hanya rasa putus asa.Saat aku membalas ciuman nya,Ibnu malah berhenti.

"Kalau dengan tubuh aku,bisa bikin kamu ikhlas nerima keadaan ini,aku gak apa apa.Aku akan kasih apa yang kamu mau."

Sekarang aku yang mulai mencium nya dengan rakus.Mencoba membangkitkan gairah Ibnu,bahkan dengan sengaja aku menggesekkan dadaku ke tubuh nya.Namun bukan nya membalas perlakuan ku,Ibnu malah menangis.

"Maafin aku Fan,aku salah,aku khilaf."

Runtuh sudah pertahananku,aku kembali menangis,kali ini bersama Ibnu.

"Aku sayang sama kamu,aku cinta sama kamu."

"Aku juga Nu.Aku sayang banget sama kamu."

Ibnu memeluk ku dengan erat.Aku pun tak kalah erat membalas pelukan nya.Tanpa kami sadari,Ibu dan papa nya Ibnu sudah berdiri diambang pintu.

"Fania ! Ibnu ! Ada apa ini??"

-End-

Frist StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang