Best Friend

217 18 3
                                    

🎶 iKON - Best Friend

<Jinyoung's Voice>



Aku baru saja selesai mandi. Aku keluar dari kamar mandi dengan rambutku yang masih basah sambil mengeringkan rambut basahku dengan handuk kecil yang menggantung di leherku. Mataku tertuju pada jam meja yang berada di atas meja belajar, pukul sebelas lewat empat belas menit. "Apa dia masih belum pulang?" gumamku pelan, beralih mengambil ponsel yang terletak di atas meja belajar.

Sekitar lima jam yang lalu, aku menyuruh Jisoo untuk menghubungiku begitu dia tiba di rumah. Dan sampai detik ini juga dia masih belum menelepon, atau pun mengirim pesan. Hari dan tanggal akan segera berhenti kurang lebih satu jam lagi. Tidak mungkin bukan anak itu belum pulang ke rumah? Aku yakin, Jisoo masih ingat kalau ibunya akan mengomelinya jika dia berani pulang lewat dari tengah malam.

Siang tadi Jisoo bilang padaku kalau dia akan pergi berkencan dengan Kibum, pria yang sedang dekat dengannya akhir-akhir ini. Hatiku sedikit tersayat saat mendengarnya. Jisoo mengatakannya tanpa berpikir dua kali—kalau mungkin saja dia akan menyayat perasaanku dengan kalimatnya. 

"Kibum menyatakan perasannya padaku tadi dan mengajakku keluar untuk berkencan malam ini. Aku sangat senang dan tidak sabar Jinyoung-ah!!"

Aku hanya bisa tersenyum dan memasang topeng—seakan aku turut gembira dengan kabar baik itu. Bagaimana pun juga, Jisoo adalah sahabatku. Aku akan ikut gembira jika Jisoo gembira—dan ikut sedih jika Jisoo sedih. Di saat aku ingin melangkah, dia malah mengenggam tangan pria lain dan pergi menjauh. Selalu saja begitu.

Jisoo dan aku sudah bersahabat sejak kami masih kecil. Kedua orangtua kami berteman dengan baik—itulah yang membuat kami bisa kenal dan bersahabat dari kecil. Saat berada di bangku sekolah dasar, aku dan Jisoo membuat perjanjian yang berisi larangan-larangan yang tidak boleh kami langgar. Dan salah satu dari larangan itu adalah: tidak boleh menyukai atau menyimpan perasaan lebih dari seorang sahabat.

Dan sekarang... apa yang sudah kulakukan? Aku melanggar perjanjian itu tanpa sepengetahuannya. Jika Jisoo tahu, maka persahabatan kami akan runtuh—atau lebih mengerikannya lagi, berakhir. Maka dari itu, aku hanya memendam perasaanku sendiri selama dua tahun belakangan ini.

Aku baru menyadari kalau aku menyukainya—mencintainya dua tahun yang lalu, tepatnya saat malam dimana salju pertama turun. Malam itu, aku dan Jisoo menghabiskan waktu kami bersama. Kami berjalan di pinggir Sungai Han setelah keluar dari toko buku Paman Yoon yang kebetulan berada di dekat Sungai Han.

Aku masih ingat dengan jelas setiap detail yang malam itu. Kami berjalan dengan berdampingan. Jisoo mengenakan mantel berwarna coklat dan rambut berwarna coklatnya digerai. Dia memanggil namaku dengan suara khas miliknya, "Jinyoung-ah."

"Hm?"

"Aku sangat senang hari ini."

Aku menoleh untuk melihatnya. Dari samping, Jisoo sangat cantik dan aku baru menyadarinya. Kemana saja aku selama ini? Saat dia menoleh, hatiku berdebar dengan sangat cepat.

"Kau tidak tanya balik?" tanya Jisoo.

"Tanya apa? Bukannya kau memang salalu senang dan gembira setiap saat?"

Dia berdecak kesal. Dan itu membuatku terkekeh. Tangan kananku memegang kepalanya dan mengacak-ngacak rambutnya sampai berantakan dengan gemas.

"Jinyoung!"

Jisoo memukulku dengan pelan, kemudian mendorongku menjauh darinya. Dia merapikan kembali rambutnya yang kubuat berantakan tadi.

Aku tertawa. Jisoo memang tidak suka ada yang memainkan—menyentuh rambutnya. Tapi aku suka melihat dia kesal, jadi aku sengaja meski sudah tahu dia akan marah dan kesal denganku. Aku tidak tahu kenapa, tapi bagiku menganggu Jisoo dan membuatnya kesal adalah sesuatu yang wajib.

You & I - Jinji One Shot StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang