02. Thanks

27 14 0
                                    


'Jika kau bertanya kenapa aku tidak pernah membela diri ku sendiri? Hei? Apa yang bisa di lakukan seorang gadis buta seperti ku?'

|Infirmum|

"M-makasih" ucap Shana pelan.

"Hm" jawab Kay singkat sambil menutup mata membiarkan angin di atas rooftop menyapu wajahnya inci demi inci.

Entah ini kebetulan atau tidak Shana melakukan hal yang sama yang di lakukan Kay. Shana menutup matanya mendongakkan kepalanya ke atas merasakan sejuknya angin di atas sini.

Yah mereka sedang ada di rooftop sekolah. Setelah kejadian tadi, Kay membawa Shana ke rooftop dan jadilah mereka membolos.

Kay membuka matanya melirik Shana yang masih memejamkan matanya. Ia menatap lekat wajah pucat milik Shana. Di antara ribuan pertanyaan di benak Kay untuk Shana, dia mengeluarkan salah satunya.

"Kenapa Lo ngga ngelawan?" Tanya Kay masih menatap wajah Shana.

"Maksud mu?" Shana balik bertanya.

"Kenapa ngga pernah ngelawan kalau mereka ngebully lo?" Kay mengulangi pertanyaannya lebih jelas.

Mendengar itu, Shana membuka matanya. Lagi-lagi gelap, hitam, hening. Padahal saat menutup mata, Shana berharap saat ia membuka matanya lagi, dia bisa melihat dunia.

Shana terkekeh kecil dengan harapan bodohnya itu. Kemudian menatap kosong langit yang terbentang nyata di depannya tapi sayangnya sama sekali tak bisa ia lihat.

Dari dulu Shana bertanya-tanya hingga pertanyaannya sekarang berkarat karena tak pernah terjawab.

Bagaimana bentuk wajah mama nya? Papa nya? Kakak laki-lakinya? Kakak perempuan nya? 

Bagaimana bentuk langit dan awan? Apakah pelangi benar-benar indah? Apakah matahari seterang itu? Bulan dan bintang itu seindah apa?

Bagaimana bentuk sekolahnya, wajah-wajah teman-teman yang membully-nya? Bagaimana bentuk dari makanan yang sering kakaknya masakan itu? Bagaimana bentuk rumahnya?

Dan satu lagi pertanyaan muncul di benaknya saat ini, bagaimana wajah orang yang menolongnya tadi?

Pertanyaan yang sangat mudah di wujudkan bukan? Tapi itu untuk kalian.

pertanyaan dan harapannya itu hampir mustahil untuk Shana wujudkan, bahkan mungkin sudah menjadi mustahil.

"Lo denger ngga sih?" Decak Kay merasa sedikit kesal karena Shana malah sibuk dengan lamunannya.

Shana terkejut dan langsung keluar dari lamunannya itu.

"E-eh? I-iya?" Gagap Shana terkejut sekaligus tak enak.

Kay menghela nafas.
"Kenapa ngga pernah ngelawan kalau mereka ngebully lo?" dan untuk ketiga kalinya Kay mengulang pertanyaannya.

Shana terdiam, kemudian tersenyum.

"Aku ngga mau buat masalah." Jawab Shana membuat kening Kay berkerut.

"Aku lahirnya aja itu udah masalah, bernafas ku itu masalah, hidup ku itu masalah, hadir ku itu masalah, karna itu, aku ngga mau menambah masalah lagi" lanjut Shana yang membuat kerutan di kening Kay semakin dalam.

InfirmumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang