Chapter 2 | Tatapan Tanpa Arti

7 3 0
                                    

“Tadi aku lihat Erian keluar rumah kamu, jangan macem-macem sayang.”

Sinisnya terlihat begitu kentara saat Reyna mendengar suara itu. Pras lah pelakunya. Ia saat ini berada didepan rumah kekasihnya, tepatnya didepan gerbang sambil duduk di motor. Hatinya sedikit tergores kala melihat seorang laki-laki yang begitu ia kenali keluar dari rumah Reyna.

“Itu kak Erian baru habis ngobrol sama kak Reyhan. Tolong jangan salah paham dulu, ya. Kak Pras percaya kan sama aku?”

Reyna berusaha menjelaskan agar Pras tidak salah paham. Toh, Reyna juga baru mengenal Erian yang notabene nya cukup famous di sekolahnya. Tak mau menunggu lama, ia pun beranjak dari kasur dengan tergesa-gesa pergi keluar untuk menemui Pras. Sambungan teleponnya pun belum terputus. Ketika pintu gerbang dibuka oleh Reyna, tatapan tajam dari Pras yang pertama kali menyambut.

Memang Pras mudah sekali emosi jika berurusan dengan hal semacam ini. Reyna selalu berusaha mengalah dan meminta maaf terlebih dulu walaupun itu bukan kesalahannya, ini semua demi mempertahankan hubungannya dengan Pras agar tidak kandas begitu saja.

“Bener, tadi Erian kesini cuma ngobrol sama kakak kamu?” selidik Pras dengan pandangan lurus kedepan tanpa melihat Reyna.

“Beneran, aku juga baru kenal kak Erian tadi.”

“Nggak usah kenal aja sih sekalian, nggak penting juga.”

Mendapat jawaban seperti tadi membuat Reyna menundukkan kepala karena tak memiliki nyali untuk membantah Pras. Jika sudah begini, ia hanya bisa diam sembari menunggu marahnya Pras mereda dan meminta maaf. Ya, seperti itulah alur hubungan mereka.

“Iya udah, aku pulang daripada kita marahan kaya gini. Jalan-jalannya bisa kapan aja. Aku pamit.”

Setelah itu, ia memasang helm merah fullface nya dan melajukan motornya meninggalkan Reyna yang masih diam mematung disana. Untuk urusan hubungan, Reyna akui dirinya lemah dan selalu menjadi pihak yang selalu mengutamakan perasaan Pras ketimbang perasaannya sendiri.
                                    *****
Jam menunjukkan pukul 6.20 pagi. Dikamarmya, Erian sudah siap dengan seragam sekolahnya. Sebenarnya sekarang ini ia cukup terlambat.

Menyambar tas yang tergeletak dimeja belajar dan ponsel tak lupa dengan airpods ia bawa. Suasana rumahnya masih sama, sepi. Erian melihat Bi Ira---pembantunya di halaman samping yang sedang menyiram tanaman. Ia lalu pergi kesana untuk berpamitan.

Kemudian, ia melajukan motor ninja hitamnya menuju sekolah dengan kecepatan tinggi. Hari Rabu yang sial, sesuai dugaannya ia terlambat dengan ditandai gerbang sekolah yang sudah tertutup rapat.

Selama hampir 3 tahun sekolah disini, inilah pertama kalinya Erian terlambat. Melepas helm fullface nya, Erian lalu celingukan mencari Pak Sobri---satpam sekolahnya untuk meminta membukakan pintu gerbang yang sudah digembok.

“Anjir Pak Imam nongol!”

Bodohnya Erian mengumpat saat kaget melihat guru BK yang terkenal killer dan disiplin itu muncul secara tiba-tiba dihadapannya. Ia lantas menyengir kuda tak berdosa saat tatapan tajam pak Imam yang melihatnya diluar gerbang sekarang ini.

“Kamu ini berdosa banget, guru di anjir-anjirin. Kenapa kamu telat?!”

“Hehehe…maaf banget Pak. Baru kali ini Pak saya telat. Tadi malem nggak bisa tidur saya.”

“Alesan saja kamu ini. Memang kalau terlambat cuma satu kali nggak dihukum? Enak saja, kamu kira ini sekolah mbahmu to. Cepat masuk dan saya kamu beri hukuman buat nyapu ruang guru sampai bersih.”

Perintah Pak Imam membuat Erian menghela nafas panjang. Jika Erian ini bukan murid kesayangan sekolah, sudah dipastikan ia akan mendapat hukuman lebih berat lagi. Menguras kamar mandi cewek, misalnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 26, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

GUSTO IN REYNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang