Seseorang terlihat membuka pintu kamarnya, berpakaian rapi dengan kaki yang melangkah menuruni anak tangga satu persatu. Tubuhnya kini menghadap ke suatu ruangan, melihat seorang wanita yang tengah sibuk menyiapkan sarapan di dapur. Tangannya memegang sebuah name tag yang bertulis - Araya Putri Samuel - atau yang sering dipanggil Raya, langkah Raya terhenti di sebuah meja makan. Menarik salah satu kursi seraya meletakkan tas punggungnya. Wanita yang tengah sibuk itu pun menyadari seseorang yang melihatnya sedari tadi, kemudian beralih melihat Raya dan memberikan tersenyum tipis. Tidak berselang lama seseorang berbadan cukup besar mendekati mereka berdua seraya membenarkan dasi yang terkalung di lehernya.
"Panggil abangmu" ucapnya dengan suara yang berat.
Kemudian Kaki Raya melangkah menaiki anak tangga dan menuju sebuah pintu kamar berwarna hitam bertuliskan "JANGAN DIGANGGU" dengan garis berwarna kuning bersilang. Tangan kanan Raya mulai mengetuk kamar tersebut, sebelum ketukan kedua seorang pria keluar dari balik pintu tersebut dengan tas selempang yang berada di tangan kirinya, tanpa melihat Raya pria itu langsung meninggalkan Raya yang masih berada di depan pintu kamarnya. Kaki Raya kini mengikutinya menuju meja makan.
"Nanti saat study tour ayah mau Ataya bisa jaga Raya disana" ucapnya memulai pembicaran di meja makan. Matanya melihat Raya dan Ataya - Ataya Putra Samuel - yang masih terlihat melahap makanan yang ada di hadapan mereka.
"Yah, dia udah besar gak perlu di jaga" matanya kini beralih melihat Raya.
"Benar kata Ataya" perlahan menyentuh pergelangan tangan ayah Raya dan Ataya.
"Aku bisa jaga diri sendiri" tangan Raya terlihat membereskan peralatan makannya yang sudah selesai ia pakai. Kaki Raya perlahan meninggalkan mereka bertiga, meninggalkan ayah, ibu, dan Ataya. Sebelum sampai di teras rumah Raya memberhentikan langkahnya dan memeriksa tas ranselnya, tangannya terus mencari barang yang berada di dalam tasnya.
"Cari ini ?" tanya seseorang yang berada di belakang Raya sambil memperlihatkan sebuah note book berwarna hitam.
"Kembalikan" tangan Raya menyambar note book tersebut.
Raya dan Ataya sudah berada dipemberhentian bus, tidak berselang lama bus terlihat berhenti di pemberhentian tepat di hadapan mereka. Raya dan Ataya menaiki bus mereka menuju sekolah, Raya duduk di paling belakang sebelah kanan dan Ataya duduk di depan Raya. Mereka sama-sama memandang jauh keluar dari jendela bus yang tengah melaju.
Saat sampai di sekolah, Raya dan Ataya melangkah menuju lapangan sekolah sekolah tempat mereka berkumpul, murid-murid lain terlihat sudah memenuhi lapangan sekolah dengan beberapa kelompok murid. Raya lebih memilih duduk sendiri seraya melihat beberapa murid yang tengah berlarian ke sana kemari di lapangan sekolah.
"Raya" seseorang memanggil Raya dengan suara yang cukup keras. Raya membalikkan tubuhnya melihat seseorang tengah tersenyum ke arahnya. Raya hanya bisa menghelakan nafasnya berat dan membalikkan kembali tubuhnya.
Dia adalah Abimayu Syahreza teman sekelas Raya, Bima dulunya adalah tetangga Raya dan Ataya, mereka juga berteman dari kecil. Bima, Raya dan Ataya berteman sejak mereka berada disekolah dasar hingga kelas 2 sekolah menengah pertama, Bima dan keluarganya harus pindah ke kota lain saat itu karena pekerjaan dari ayah Bima. Setelah hampir 3 tahun Bima memutuskan untuk kembali ke kora asalnya sendiri dan melanjutkan pendidikan sekolah menengah atas bersama Raya dan Ataya.
"Nah minum" tangan Bima meraih tangan Raya dan memberikan sebotol susu pisang.
"Aku tidak suka, kau saja yang minum" Raya memberikan kembali susu pisang ke Bima dengan suara yang pelan. Bima melihat susu pisang kembali ditangannya pun dengan cepat melemparkannya kearah Raya.
"Dasar" cetus Raya yang melihat Bima berlari meninggalkannya.
Beberapa murid tengah berbaris rapi menunggu nama mereka dipanggil untuk naik ke dalam bus pariwisata, Bima berada tepat dibelakang Raya yang terlihat sesekali menjahili Raya dengan memalingkan wajahnya ke depan untuk melihat wajah Raya. Murid perempuan yang berada didepan Raya membalikkan tubuhnya seraya menatap Raya dan Bima. Bima sedari tadi tersenyum melihat Raya yang tidak merespon dirinya sama sekali dan terus menjahili Raya.
"bima, nanti sebangku sama ku ya ?" murid perempuan itu kini memandang bima yang terdiam melihatnya dam dengan cepat menggelengkan kepalanya perlahan.
"Aku sebangku sama Raya" tangan Bima kini merangkul Raya.
Seseorang memanggil nama lengkap Raya, dengan cepat Raya menepis tangan Bima dan berjalan menaiki bus. Pandangan Raya kini beralih melihat - lihat bangku bus yang masih kosong. Raya berjalan menuju bangku bus nomor 7 dan berusaha menaikkan tasnya ke tempat penyimpanan tas yang berada di atas kepanya. Tubuh Raya yang pendek membuat kakinya berjinjit sedari tadi, seseorang meraih tas Raya dan memasukan tas Raya ke tempat penyimpanan barang.
"Makanya diminum susunya supaya tinggi" suaranya tidak terdengar asing ditelinga Raya, Raya yang sudah tau kalau itu adalah Bima hanya menghelakan nafas dan beralih duduk dibangkunya.
Bima duduk disamping Raya yang tengah memalingkan wajahnya, mata Raya melihat keluar jendela bus. Raya melihat Ataya yang tengah menaiki bus, mata Raya tidak lepas dari saudaranya yang sedari tadi melemparkan senyuman ke semua orang yang melihatnya. Raya hanya menghelakan nafas kembali seraya menutupi wajahnya dengan topi.
"Raya... Raya..." Bima memanggil Raya berulang kali, Raya yang merasa terusik langsung melihat Bima melihatnya.
"Aku ada permen, mau gak ?" bima menyenggol tangan Raya pelan, Raya perlahan menggelengkan kepalanya memberi tahu kalau raya tidak mau.
"Kalau sandwich mau gak?" Bima masih saja menawarkan beberapa makanan.
"Kalau minuman soda ?" Raya menghelakan nafasnya dan kini memandang bima lagi. Tangan Bima masih penuhi dengan makanan dan minuman yang sedari tadi ditawarkan ke Raya.
"Aku gak mau" senyuman Bima kini memudar dan Raya kembali menutupi wajahnya dengan topi, seorang guru berdiri menghadap murid-muridnya dengan pengeras suara ditangan kanannya. Suasana bus kini semakin ricuh karena musik yang diputar dan beberapa murid mulai bernyanyi dengan suara yang keras. Raya mencoba membenarkan posisi duduknya dan melihat Bima yang terdiam disampingnya.
Raya melihat Bima yang terdiam, Bima yang menyadari Raya tengah melihatnya langsung memalingkan wajahnya ke wajah Raya. Bibir Bima terlihat kesal karena Raya tidak memperdulikan Bima sama sekali. Pandangan Bima dan Raya masih tidak lepas, perlahan Raya tersenyum tipis di hadapan Bima.
"Boleh aku minta sandwich ? aku lapar" Bima kembali tersenyum, dengan cepat Bima memberikan sandwich yang Bima untuk Raya.
"Aku yang buat sendiri" terdengar tawa kecil Bima yang melihat Raya memakan sandwich yang katanya Bima buat sendiri.
"Enak" ucap Raya seraya membulatkan matanya.
Raya tersenyum melihat Bima yang tertawa sedari tadi sambil memakan sandwich yang ia bawa dan Bima sampai tersedak.
"Pelan - pelan makannya" suara Raya terdengar sangat lembut, Bima yang mendengar suara Raya langsung tersenyum dan mengangguk pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Answer : Love MySelf
Novela JuvenilSaat mencoba dicintai oleh orang lain tanpa raya sadari selama hidupnya ia melupakan dirinya sendiri. Semua yang raya sadari tentang perjuangannya selalu berakhir dengan sia-sia. Benarkan dengan diberikannya luka dan sakit menjadikan seseorang itu...