BAB 1 - SATU JAM

17.1K 154 1
                                    

Lily, seorang sekretaris pribadi Leo, bukan hanya berparas cantik dan seksi, Lily orang yang cepat tanggap. Apa yang dibutuhkan oleh bos, dia sanggup melakukannya. Sudah empat tahun lamanya dia melayani Leo, dari memakai dasi hingga urusan pekerjaan, termasuk menghandle urusan Hotel Mutiara.

Leo nelpon Lily, "Sherly kamu tidak usah ikut meeting dengan saya. Setelah selesai bekerja, kamu bisa pulang."

Lily mematung di kursinya, apa dia salah dengar tadi. Masa bos yang semenah-menah padanya itu, tidak mengajaknya dalam meeting? Seperti mendapat durian runtuh. Wanita itu akhirnya terbebas dari Leo.

Benar saja, setelah selesai bekerja, tepat pukul empat sore Lily pulang ke rumah. Yang dilakukan gadis itu adalah menonton drakor, membaca novel hingga memasak untuk dirinya sendiri. Hal simple yang jarang ia lakukan selama empat tahun. Sederhana namun berkesan.

When somebody love me 🎶

Itu tidak berlangsung lama, Lily menghentikan film yang ditayangkan sejenak. Dia melihat ada nomor asing yang menelponnya tengah malam. Ingin rasanya mengabaikan nomor tersebut, tapi diurungkannya.

"Hallo."

"...." Terdengar suara bass dari seberang.

"Benar saya sekretarisnya Pak Leo."

"...."

"Apa? Baik saya akan kesana." Gadis itu mendesah pasrah.

Sudah menjadi kebiasaan wanita itu jika dirinya dibutuhkan semalam ini. Untungnya Lily mendapat fasilitasi mobil dari kantor, membuat dirinya mudah pergi kemanapun dan kapanpun, seperti sekarang.

"Le Le, kapan sih Lele Goreng bisa buat hidup kutenang?!" gerutu Lily beranjak dari mobil.

Orang pertama yang dilihatnya di Lobby adalah Bram, Lily lumayan kenal dengan Bram, Manager Hotel Mutiara. "Di mana dia?" Sebal Lily tanpa embel "bapak".

Bram sudah paham posisi Lily yang cukup lelah menghadapi kelakuan Leo, Sang Bos. "Pak Leo ada di kamar VVIP, Bu. Silahkan Ibu lewat sini." Bram menunjukkan jalan, hingga Lily masuk pada ruangan tersebut.

"Kapan kamu nggak nyusahin aku Lele Goreng!" ucap Lily kesal melihat Leo sudah setengah sadar di atas ranjang.

Lily berjongkok mengambil kaos kaki dan sepatu Leo. "Kalau kamu gini terus, besok aku akan kasih surat pengunduran diriku yang sudah sejak lama aku simpan di laci." Ancam gadis itu dengan percaya dirinya karena dia pikir Leo tertidur.

Tanpa disadarinya, Leo mendengar semua makian dari bibir sekretarisnya itu, bibirnya tersenyum tipis. "Lele Goreng."

Lily beralih ke ranjang, berniat melepaskan dasi Leo. Sejenak menatap wajah Leo, wajah tenang seperti bayi baru lahir. Tanpa sadar wanita itu menyentuh wajah Leo. Refleks Leo menangkap tangan Lily dan mata mereka bertemu.

"M-maaf Pak," ucap Lily hendak beranjak dari atas badan Leo. Tubuh Lily ditahan Leo agar dia tetap di posisinya. Lily ingin teriak minta tolong, tapi bibirnya keluh mengeluarkan satu katapun. Hingga tiba-tiba ruangan menjadi gelap gulita. Sontak Lily menutup matanya.

Suara dari microphone, "Diberitahukan Tamu harap tenang akan ada mati lampu serentak dalam waktu satu jam. Tidak perlu khawatir karena teknisi akan segera menangani kendala ini. Diberitahukan Tamu harap tenang akan ada mati lampu serentak dalam waktu satu jam. Tidak perlu khawatir karena teknisi akan segera menangani kendala ini. Terima kasih."

Wajah Leo berkerut melihat wajah ketakutan Lily. Untuk pertama kalinya laki-laki itu tahu kelemahan wanita yang ada di hadapannya ini. Lily takut gelap.

"Lily," panggil Leo. Ya, posisi mereka masih belum berubah. Laki-laki itu sengaja menyalakan lampu dari hapenya. Jika diperhatikan, wajah Lily begitu seksi, membuat Leo mengeratkan pelukannya, diam-diam menikmati wangi strawberry di balik tubuh Lily.

Wanita itu masih menutup matanya, walau jantungnya saat dipeluk Leo berdegug kencang, tetapi rasanya lebih baik seperti itu dibandingkan merasakan ketakutan. Kepalanya mulai bereaksi ketika Leo memainkan telinganya. Mata gadis itu terbuka sempurna, ada raut marah sekaligus takut. "Apa yang Bapak lakukan?" tanya Lily mencoba memberanikan diri untuk protes.

"Kamu takut gelap?" tanya Leo. Sepertinya laki-laki itu tidak peduli pada pertanyaan Lily. Mata Leo semakin jelalatan menerawang baju putih Lily. Baju itu, seakan tembus pandang. Membuat Leo semakin gila.

"I-iya Pak, saya takut gelap," kata Lily menggigit bibirnya menahan tangisan. Imajinasi Leo semakin liar, membayangkan lekukan tubuh cewek di hadapannya.

"Aku bisa bikin kamu nggak takut gelap lagi, mau tahu caranya?" tantang Leo. Sebetulnya Leo sengaja ngomong itu agar Lily kepancing omongan Leo yang sudah tak tahan lagi ingin merasakan tubuh Lily.

"Maaf Pak sepertinya saya harus keluar dari sini." Perkataan itu membuat Leo terluka, bagaimana tidak dia sudah bersusah payah menahan agar Lily bisa memuaskannya.

"Minum dulu sebelum keluar ya," kata Leo akhirnya mengambil segelas cangkir yang belum diminum olehnya. Lily mengangguk pasrah dan langsung meminum habis minuman yang diberikan olehnya.

Lily menutup matanya sejenak, kepala gadis itu pusing. Tanpa sadar dirinya mencium bibir Leo, membuat Leo kaget melihat keagresifan Lily terhadapnya. Laki-laki itu balas menciumnya.

Leo mengangkat tubuh mungil Lily ke atas ranjang dengan bibir masih berpautan. Leo beralih membuka kancing bajunya sambil memperlihatkan bentuk tubuh idealnya itu. Lily sempat terpukau dengan tubuh bidang itu. Refleks tangannya melingkar di leher Leo. Memberi kesan genit. Sedangkan yang Leo lakukan adalah membuka baju Lily hingga menampakkan keindahan tubuh gadis itu.

Bra Pink masih melekat pada dada gadis itu. Leo terkagum melihat dalamnya, ia mulai beraksi mencium perut Lily perlahan-lahan membuat Lily mengeliat seperti cacing. Laki-laki itu mengusap payudara ukuran cukup besar milik Lily, lalu menjilatnya kiri dan kanan. Leo semakin napsu pada Lily, hingga gadis itu memunculkan kegairahan sex. Lihat reaksi Lily seperti itu, membuat Leo ingin segera memasukkan jagoan ke bagian intim gadis itu.

"Li, aku masukin ya?" tanya Leo yang dibalas anggukan Lily, tidak menyangka jika sekretarisnya itu seenak ini.

"Tahan ya Sayang, ini cuman sebentar dan nggak sakit kok," bisik Leo menenangkan Lily. Untuk pertama kalinya Lily merasakan sesuatu yang menusuk dalam tubuhnya. Tubuh Lily bergetar merasakan hantaman Leo padanya. Perlahan gadis itu juga ikut menggerakkan tubuhnya agar seirama dengan gesekan Leo, hingga jagoan milik Leo akhirnya masuk juga.

Leo menghisap bagian intim gadis itu, membuat Lily mengeliat dan mendesah. Ya, gadis itu sekarang sudah berada di atas Leo. Ia kembali kagum pada sekretarisnya yang sangat panas itu. Hanya beberapa goyangan saja, membuat Leo memuncretkan cairan hangat ke dalam tubuh gadis itu.

Keduanya lemas sambil berpelukan mesra.

Alarm berbunyi tanpa permisi, menandakan Pagi sudah kembali hadir. Leo membuka matanya perlahan. Merasakan mimpi indah bersama sekretarisnya lenyap begitu saja. Dia melihat ada wanita di sampingnya yaitu sekretarisnya sendiri.

"Berarti itu bukan mimpi?" batin laki-laki itu girang.

Dilihatnya mata gadis itu bergerak, refleks Leo pura-pura tidur.

Lily berkali-kali mengusap wajahnya, lalu mengambil pakaiannya sambil menangis, ia langsung berlari ke kamar mandi. Leo melihat Lily sedikit cemas, takut dia melakukan hal buruk.

Tanpa sekatapun, gadis itu pergi meninggalkan Leo. Yang dilakukan laki-laki itu sekarang adalah membersihkan tubuhnya. Dia masih ingat jelas apa yang dilakukannya pada Lily. Terlebih lagi, Lily saat di ranjang berubah menjadi wanita yang sangat agresif. Mata Laki-laki itu beralih ke selimut, menatap bercak darah di sana. Menandakan Lily masih perawan, membuat laki-laki itu semakin bersalah.
.
.
.
Give me STAR. What do you think about this story? Please comment. Follow instagram (et)fnns766 dan (et)PenulisKelabu_

My Hot Secretary Lily [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang