Hai! ^^
Wecha minggu ini, bikin cerita mini dengan genre teenlit.Teenlit adalah singkatan dari Teen Literature merupakan sastra populer dengan tema kehidupan remaja beserta segala macam kisah yang sering dialami oleh remaja pada umunya, Ceritanya bertema ringan dan meliputi kehidupan remaja seperti keluarga, sekolah, teman, cita-cita, hingga percintaan.
Itu sedikit penjelasan, yang aku copy paste dari temanku.
langsung aja ke ceritaa><
***
JADIANSudah setengah tahun aku hanya di rumah. Mengikuti anjuran pemerintah demi keselamatan bersama. Tapi tidak untuk ketenangan pikiran dan hatiku. Pikiranku terus dipenuhi dengan keyakinan untuk mencari jati diri, karena kurang dari dua belas bulan, aku akan menentukan kemana akan melangkah. Tapi, hatiku disesakkan oleh segala hal tentang dia, dia yang dua tahun ini selalu menjadi salah satu hal yang membuatku semangat untuk pergi sekolah. Otak dan hatiku setiap hari memperebutkan egoku, berharap aku mengikuti keinginan salah satu dari mereka. Ya ... hatiku menang. Hampir setiap hari. Padahal aku berharap otakku akan lebih egois untuk megambil alih diriku, agar waktukku tak terbuang sia-sia. Tapi hatiku lebih keras kepala.
Hari-hariku, penuh akan bayangan aku dan dia yang saling berbagi canda tawa, dengan status yang tidak hanya sekedar teman. Setiap hari, daya khayal ku semakin kreatif, membuat alur cerita yang begitu meninabobokan, kisah yang seakan nyata, yang membuatku menjadi candu untuk terus memikirkannya.
“Cukup! Udahlah! Dia sekarang mungkin lagi chat sama yang lain,” ucapku pada diri sendiri, berusaha menghentikan perasaan yang semakin hari, semakin melambung tinggi. Setengah tahun tak bertemu, bahkan memberi kabar lewat chat pun tidak, membuat aku selalu menduga-duga, apa yang sedang dia lakukan di sana? Bola mata yang terarah keatas, mencoba menerawang segala kegiatan yang dilakukannya di sana.
Dulu, chat whatsApp darinya tak berarti apapun bagiku, hanya sekadar obrolan sewajarnya antara anak remaja. Tidak ada hal romantis yang membuat bibir ini tersenyum semalaman. Tapi mengapa efeknya bisa separah ini?
***
Malam ini aku rindu. Rindu dia. Hatiku sampai sesak. Memendam perasaan itu, ternyata setidak menyenangkan ini, ya? Aku rebahan sambil memandang foto aku dan dia di hapeku. Saat itu kami pernah foto berdua. Tentu saja aku yang mengajak, karena katanya, cowok itu gengsi buat ngajak foto duluan. Jadi saat itu, murni atas dasar pertemanan dan tak memiliki perasaan apapun, tanpa malu aku mengajaknya foto.“Senyum dong! Kaku bener kalo di foto, sesekali nyenengin gue, kek,” omelku padanya.
“ck, iyaa iyaaa, nih udah senyum, mmmmmm,” dia memaju-majukan wajah senyumnya di kamera depan hapeku. Aku ikut tersenyum, dan memasang gaya andalanku, peace.
Tak ku sangka foto itu menjadi satu-satunya foto aku dan dia, sejak saat itu kami tidak pernah foto berdua lagi, karena aku gengsi terus-terusan mengajaknya foto bareng. Mataku perlahan terpejam. Aku tertidur.
“Dia kok tiba-tiba muncul di mimpi gue sih, anjir,” umpatku yang baru saja bangun beberapa menit yang lalu. “Dia ... rindu gue?” pertanyaan bodoh tiba-tiba keluar dari mulutku, karena aku pernah baca “Jika seseorang muncul dalam mimpimu, berati orang itu ingin melihatmu”.
Aku mengambil hapeku dan melihat story WhatsApp, aku membaca status salah satu temanku. “Jika seseorang muncul dalam mimpimu, bukan dia ingin melihatmu, tapi kamu yang terlalu rindu”.
Sial.
Sejak malam itu, sudah lebih 10 kali dia muncul dalam mimpiku. Ini gila. Aku harus secepatnya menghentikan ini.
***
Hari ini aku termenung, duduk di salah satu sofa dekat jendela kamar, menggegam segelas teh hangat yang baru saja dibuatkan ibu, menatap keluar rumah yang basah karena rintik hujan, di temani ceramah dari salah satu dai favoritku. Nikmat tuhanmu yang mana lagi yang kau dustakan.
Tehku sudah habis sejak setengah jam yang lalu, bersamaan dengan ceramah dari youtube yang aku dengar tadi. Kali ini logika lebih mengendalikan diriku. Bibirku rapat. Terbesit dalam otakku hal yang seharusnya aku lakukan selama ini. “Tujuanmu di ciptakan tuhan ke dunia ini, untuk ibadah, dirimu harus menyiapkan bekal untuk pulang”
Hari mulai gelap. Setelah makan malam, aku rebahan di ranjang kamar, mataku membesar saat membaca pesan masuk, aku merasa sesak amat dalam, rasanya benar-benar patah. Aku dapat berita kalau dia jadian dengan cewek yang dulu memang pernah di ceritakannya padaku, hatiku rapuh, tapi aku tersenyum. Senang. Akhirnya ada alasan untuk diriku, agar tak mengingatnya lagi.
Perasaan yang terbang, tidak selalu berujung mendarat dengan selamat. Cinta yang sembunyi-sembunyi, tidak selalu berujung ditemukan. Tangan yang saling menggenggam, tidak selalu berujung dipastikan. Jika memang harus kandas sebelum bersemi, ya sudah, tenang, tuhan sedang mempersiapkan kisah yang lebih baik untukku. Waktunya diriku untuk lebih mengenal tuhan dan ingat tujuanku hidup di dunia ini.
***
Selesai><
Mohon koreksinya, apabila terdapat kesalahan pada kata atau kalimat^^Bye! ^^
CreaWiLi MaaLjs Tangan_Kiri Tiuplylyn AudyaAprilia RGNyamm NyaiLepetj Quinhiems hermonietha lailiyahh6 Ellme07 vanilla-shawty