Bian hanya diam seraya melihat wajah Izumi yang pucat, lalu bian hanya mengangguk kan kepalanya dan menambah kecepatan mobil agar cepat sampai di rumah Izumi.
****
"Makasih untuk hari ini. Sampai ketemu besok,"
pamit Izumi lemah. Tatapan nya sedikit meredup.
"Lo beneran nggak apa-apa?"
tanya bian memastikan, ia dapat melihat jelas wajah izumi yang bertambah pucat.
Izumi menggeleng pelan. "Nggak apa-apa kok."
Setelah itu Izumi segera membuka pintu mobil bian dan keluar. Gadis itu berjalan lemas menuju gerbang rumahnya.
Izumi merasa kepalanya berat dan kaki nya tak bertenaga. Izumi memegangi gerbang sebagai penopang tubuh, kepalanya tertunduk. Izumi berusaha mengatur napas.
Bian sedari tadi memperhatikan izumi dari kaca spion, ia langsung keluar dari mobil ketika melihat tubuh izumi tiba-tiba merosot dan tertunduk lutut di atas paving. Bian segera mendekati izumi.
"Lo beneran nggak apa-apa?"
untuk kesekian kalinya bian memastikan, ia ikut berjongkok di sebelah izumi.
Izumi tidak bisa membalas, ia sibuk mengatur napas nya yang sesak. Izumi memegangi lengan bian kuat. Bian dapat merasakan gadis itu memegangi lengannya dengan kuat, gadis itu benar-benar kesakitan.